Serangan Balik Iran ke Israel: Peningkatan Ketegangan di Kawasan Timur Tengah

Ni Putu Ayu Gita Shanti Pratiwi
Mahasiswi S1 Hubungan Internasional Universitas Udayana
Konten dari Pengguna
22 April 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Putu Ayu Gita Shanti Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Serangan Rudal Iran. Foto: Rudal Balistik antar Benua dok. iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Serangan Rudal Iran. Foto: Rudal Balistik antar Benua dok. iStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangan balik telah dilakukan oleh Iran kepada Israel pada 13 April 2024 atas serangan yang telah dilakukan oleh Israel sebelumnya. Iran melancarkan serangan langsungnya dengan menembakkan 300 rudal dan lebih dari 100 drone yang diterbangkan dan menyerang wilayah militer Israel di Dataran Tinggi Golan bagian utara. Iran telah mengumumkan akan membalas perbuatan Israel yang sebelumnya telah menewaskan tujuh perwira jendral senior Iran yang tewas dalam serangan udara terhadap kedutaan Iran di Suriah pada 1 April 2024.
ADVERTISEMENT
Serangan yang dilakukan Iran menimbulkan ketegangan besar atas ancaman-ancaman yang memungkinkan akan datang pasca serangan balik ini. Kawasan Timur Tengah telah menjadi pusat perhatian dunia dengan adanya konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina yang kemudian diikuti dengan memuncaknya serangan balik antara Iran dan Israel. Penyerangan ini dapat menjadi pemantik peperangan besar dapat kembali terjadi di Timur Tengah sehingga mengancam politik dan stabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah.
Berbagai negara mulai berbondong-bondong untuk menyatakan keberpihakan terhadap salah satu negara atas besarnya dampak yang dihasilkan dari serangan beruntun ini. Kerentanan pun bertambah ketika negara-negara muslim seperti Irak, Suriah, Lebanon, Turki, Qatar, hingga Yordania secara terbuka mendukung Iran sedangkan Inggris dan Amerika Serikat telah mengumumkan secara tegas untuk mendukung Israel. Keberpihakan negara-negara yang berkepentingan ini jika berlanjut tidak akan menutup kemungkinan akan menciptakan dunia yang menjadi dua faksi hingga perang berlangsung.
ADVERTISEMENT
Ketegangan lainnya turut mengganggu stabilitas perekonomian di kawasan Timur Tengah. Energy Markets telah mengumumkan optimisnya terhadap ketegangan yang berlangsung pasca serangan Iran dengan perdagangan gas alam cair yang telah dialihkan dan ditutupnya transit melalui selat Hormuz oleh Iran. Namun, pengecualian penutupan selat Hormuz dilakukan kepada negara tetangganya, yaitu Arab Saudi, Kuwait, dan Irak karena Amerika Serikat yang akan mengerahkan pasukan angkatan lautnya untuk melarang kapal-kapal membawa minyak Iran untuk keluar dari Teluk Persia.
Pasar minyak terlihat mengalami gangguan sejak serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023 dan kemungkinan besar bahwa harga minyak saat ini berada di kisaran $90 per barel yang sebelumnya berada di kisaran $85 per barel. Ancaman geopolitik ini muncul akibat hambatan yang berada di Selat Hormuz yang meningkatkan kapasitas cadangan minyak yang seharusnya 5 juta barel perhari diperkirakan meningkat hingga 6 juta barel perhari. Namun, dengan adanya kebijakan Iran ini memungkinkan sebagian besar kapasitas cadangan tidak dapat dipasarkan atau cukup untuk mengimbangi hilangnya pasokan. Kenaikan harga minyakpun tidak dapat dihindari dan berpotensi mendorong harga melebihi $100 per barel untuk beberapa periode
ADVERTISEMENT