Kompleksitas Dunia Modern dan Solusi Islam

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
4 Januari 2023 8:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Shamsi Ali Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Shamsi Ali Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia modern yang terbangun di atas paham materialisme melahirkan ketidakpuasan abadi. Manusia berlari dan berlari mencari dunia. Tapi tujuan pencarian itu semakin jauh dari mereka. Dunia memang ketika disikapi dengan cara pandang dirinya (duniawi) akan menjadi fatamorgana.
ADVERTISEMENT
Akibatnya manusia semakin tertipu oleh dunia yang penuh tipuan (ghurur). Dan anehnya manusia takkan pernah tersadarkan hingga masanya meninggalkan dunia itu. “Mereka dijadikan tidak sadar oleh kecenderungan memperbanyak (harta) hingga mereka dipaksa berpisah dari dunia (masuk ke dalam kubur)”.
Situasi ini melahirkan kegersangan hidup tanpa akhir. Semakin banyak memilki semakin merasa kurang dan ingin lebih banyak lagi. Batin merana, menjerit mencari ketenangan. Tapi dunia yang menjadi sandaran ketenangan justru menjadikan manusia semakin risau penuh kekhawatiran (khauf).
Di sinilah sesungguhnya Islam hadir untuk membawa ketenangan hakiki. Islam pada dirinya dan seluruh tatanannya sebagai jalan hidup terbangun di atas dasar kedamaian, ketenangan, dan ketentraman. Situasi itu yang digambarkan dalam doa seorang muslim di setiap akhir salat: “allahumma antas salaam, wa minkas salam, wa ilaika ya’udus salaam…”.
ADVERTISEMENT
Islam sendiri berasal dari kata “salima” yang terdiri dari tiga huruf: siim, laam, miim. Dari kata itu kemudian terlahir tiga kata pokok utama yang relevansinya dengan agama Islam. Ketiga kata utama itu adalah: Islaam (الاسلام) silmun (السلم) dan salaam (السلام). Ketiga kata ini menggambarkan secara totalitas Islam sebagai tuntunan hidup.
Pertama, dari “salima” tadi melahirkan kata Islaam. Kata ini terbentuk dengan tambahan alif di depan “aslama-yuslimu-islaam”. Makna literal dari kata ini adalah “berserah diri, menyerah, tunduk, patuh, dan yang semakna”.
Kata Islaam disebutkan beberapa kali dalam Al-Quran. Satu di antaranya adalah “sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islaam”.
Pada aspek ini, Islam dimaknai sebagai pintu kebenaran. Kata Islaam (الاسلام) adalah pintu utama (main gate) untuk masuk ke dalam tatanan agama kebenaran. Sehingga yang masuk ke pintu tersebut adalah mereka yang telah mengimani. Jika belum mengimani maka seseorang itu tidak bisa dikategorikan masuk Islam.
ADVERTISEMENT
Sehingga perintah-perintah keagamaan kepada orang-orang Islam pada gholibnya dimulai dengan seruan: “wahai orang-orang yang beriman”.
Masalahnya kemudian adalah ketika seseorang telah masuk ke pintu utama (main gate) Islam itu, seseorang tersebut belum tentu telah melaksanakan semua tuntunan (kurikulum) hidup yang digariskan oleh Islam. Itulah sebabnya Allah menyeru mereka untuk masuk ke dalam agama dengan penyebutan: SILM (lihat di bawah) secara sempurna.
Kedua, dari salima juga terlahir kata “SILM” (السلم). Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: “wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam SILM (agama Islam) secara kaffah (sempurna)”.
Islam pada sisi “SILM” ini merupakan rincian tuntunan atau kurikulum hidup yang tercakup dalam tatanan agama Islam. Tuntunan itu terbagi kepada empat bagian yang saling terkait: akidah, ibadah, mu’amalat, dan akhlak.
ADVERTISEMENT
Akidah adalah tuntunan yang terkait dengan aspek keimanan seorang muslim. Hanya saja aspek ini tidak nampak. Dan karenanya perlu pembuktian dalam bentuk ibadah. Namun ibadah perlu juga dibuktikan dalam relasi sosial yang disebut mu’amalat. Tapi mu’amalat itu hanya akan bernilai ketika terbangun di atas etika yang disebut akhlak.
Maka ketika orang-orang yang sudah masuk ke dalam tatanan Islam (Al-Islaam) diseru untuk masuk Islam (As-SILM) secara sempurna dimaksudkan agar mereka memastikan bahwa akidah mereka benar, ibadah mereka benar, mu’amalat mereka benar, dan akhlak mereka mulia.
Tiga, kata Salima akhirnya melahirkan kata “as-salaam” (السلام). Bahwa ketika keislaman (SILM) itu telah disempurnakan (akidah, ibadah, nu’amalat, akhlak) maka itulah yang akan melahirkan kedamaian dan ketentraman dalam hidup manusia. Karena itu, kedamaian sejati dalam pandangan Islam bukan sekadar tiadanya perang. Kedamaian dan ketentraman hidup justru hadir ketika Islam telah disempurnakan pada keempat aspeknya.
ADVERTISEMENT
Solusi menghadapi buasnya materialisme
Disebutkan terdahulu bahwa konsep materialisme juga melahirkan ragam konsep kehidupan untuk mendukung eksistensinya. Konsep ekonomi kapitalis misalnya dilahirkan untuk semakin memperkuat kungkungan paham materialisme dunia modern. Manusia semakin rakus, egois, bahkan buas demi memperkaya diri tanpa pertimbangan etika dan kemanusiaan.
Di sìnilah Islam kemudian hadir dengan konsep-konsep kehidupan yang terbangun di atas wawasan “mindset” positif untuk mengimbangi kecenderungan destruktif materialisme.
Satu, Islam mengajarkan bahwa kehidupan ini secara totalitas berada di bawah satu kontrol, Allah SWT. Seperti yang digambarkan salah satunya di Surah Al-Mulk ayat 1.
Dua, bahwa semua hiruk pikuk yang terjadi dalam hidup manusia merupakan kreasi atau ciptaan Allah (alladzi khalaqal mauta wal-hayata). Dan dalam pandangan iman semua kreasi Allah pasti baik/sempurna dan membawa kebaikan.
ADVERTISEMENT
Tiga, Islam mengajarkan bahwa tabiat kehidupan dunia itu memang identik dengan cobaan (liyabluwakum). Karennya manusia beriman mempersiapkan diri untuk teruji.
Empat, Islam mengajarkan bahwa tugas manusia dalam kehidupan adalah menjalani proses (wa quli’maluu). Dan proses itu sendiri merupakan tujuan hidup (ibadah). Karenanya manusia beriman menikmati semua proses dengan segala warna-warninya.
Lima, Islam juga mengajarkan bahwa dengan iman semua pasti membawa kepada kesuksesan. Berkali-kali iman dan amalan keimanan dalam Al-Quran diakhiri dengan “la’allakum tuflihuun” (agar kalian sukses).
Enam, Islam pada akhirnya mengajarkan bahwa tingkatan tertinggi dari cita-cita kehidupan manusia adalah “kebahagiaan ukhrawi” yang pasti dan abadi. “Maka barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga sungguh dia telah beruntung” (Al-Imran).
ADVERTISEMENT
Semoga di awal tahun ini kita semua semakin sadar bahwa Islam adalah ajaran keselamatan (salvation) dari ancaman kebangkrutan dunia modern yang semakin senja. Tentu yang terpenting adalah agar Umat ini kembali menguatkan keyakinan bahwa Islam adalah “rahmatan lil-alamin" yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Insya Allah!
Selamat memasuki tahun 2023. Semoga tahun ini membawa kebaikan dan keberkahan yang lebih besar. Amin!
Jamaica City, 1 Januari 2023
* Presiden Nusantara Foundation