Hajj Journey 8: Sai

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
3 Agustus 2019 18:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Umat muslim melaksanakan Sai antara bukit Safa dan Marwah. Foto: Darmawan/Media Center Haji
zoom-in-whitePerbesar
Umat muslim melaksanakan Sai antara bukit Safa dan Marwah. Foto: Darmawan/Media Center Haji
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah melakukan tawaf secara sempurna, jika itu tawaf haji atau umrah, maka sudah pasti akan diikuti oleh rukun haji selanjutnya, yaitu melakukan sai antara Sofa dan Marwa.
ADVERTISEMENT
Sai berasal dari kata “sa’aa-yasaa-sa’yun” yang bermakna usaha keras. Kata ini sangat erat relevansinya dengan sejarah Ibunda nabi Ismail AS, Hajar, dalam menemukan air demi menyelamatkan hidupnya dan anaknya ketika itu.
Setelah beliau ditinggal oleh Ibrahim AS di lembah yang tiada tumbuh-tumbuhan itu, Hajar harus hidup mandiri. Perbekalan seadanya yang dibawa dari Jerusalem dalam perjalanan menuju Makkah itu semakin minim. Hingga suatu hari perbekalan itu pun habis.
Tentu saja Hajar panik. Beliau menengok kiri kanan dan yang nampak hanya gunung bebatuan. Beliau berlari ke salah satu bukit terdekat karena nampak di mata beliau seperti ada air yang mengalir. Bukti itulah yang dikenal “as-Shofa”. Ternyata air itu hanya bentuk fatamorgana.
ADVERTISEMENT
Beliau membalik wajah ke arah ujung di seberang sana. Nampak juga seperti ada air yang mengalir. Beliau lalu berjalan ke arah itu (al-Marwa). Sesampainya di ujung bukit seberang itu, ternyata tak ada air. Ternyata itu hanya fatamorgana.
Kemudian beliau mengelilingi kedua ujung bukit As-Shofa dan Al-Marwa sebanyak 7 kali. Tiba-tiba saja beliau dikagetkan oleh tangisan bayinya Ismail.
Hajar AS segera berlari ke arah anaknya itu. Dan di luar dugaannya beliau menemukan air mengalir keluar dari bawah telapak kaki sang bayi, Ismail. Saking gembiranya beliau mengumpulkan atau menampung air tersebut seraya bergumam “zumi, zumi”. Belakangan di tempat keluarnya air itu terwujud sebuah sumur yang dikenal sumur ”zamzam”.
Jemaah Haji Nusantara USA bersiap terbang menuju Tanah Suci Foto: Dok. Pribadi
Itulah selintas soal latar belakang historis dari sai yang hingga kini menjadi sebuah ritual baku dalam Islam. Sebuah praktik yang sekaligus membuktikan jika Islam bukan inovasi baru, bukan ciptaan Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Sai dimulai dari arah bukit Sofa. Angkat tangan ke arah kakbah dan ucapkan: "Bismillah Allahu Akbar”. Lalu membaca ayat: "innasshofa walmarwata min sya’arillah. Faman hajjal awi’tamara falaa junaaha alaihi an yatthowafa bihima. Waman tathowwa’a khaeran fahuwa Khaerun lahu. Innallaha syaakirun aliim”.
Mulailah berjalan hingga di antara dua lampu hijau di dinding. Pada batas ini pria yang sai (wanita tidak) disunahkan "harwalah" atau lari-lari kecil sambil membaca: "Laa ilaaha illallahu shodaqa wa’dahu, wanashora abdahu, wa aazza jundahu, wa hazamal ahzaaba wahdahu."
Setelah selesai, lampu hijau kembali berjalan normal hingga menaiki bukit Marwa seraya kembali membaca ayat yang dibaca di Sofa (innasshofa.min sya’arillah...dan seterusnya..) Lalu berbalik ke arah Sofa seraya angkat tangan ke arah Kakbah sambil membaca seperti di bukit Sofa (Bismillah Allahu Akbar).
ADVERTISEMENT
Demikian dilakukan hingga tujuh putaran yang nantinya akan berakhir di Marwa. Satu hal yang meringankan para jemaah yang sai bahwasanya wudu tidak disyaratkan. Walaupun para ulama kita menganjurkan untuk melakukan sai dalam keadaan suci (wudu).
Hal lain yang perlu dicatat bahwa sai itu hanya bagian dari haji atau umrah. Jadi tidak ada yang disebut sai sunah. (bersambung).....
Madinah: 3 Agusus 2019
* Presiden Nusantara Foundation & Pembimbing Haji Nusantara USA.