Kampung Adat Cikondang, Desa yang Menjaga Kearifan Lokal

Seputar Bandung
Menyediakan informasi serba serbi Bandung, mulai dari travel, kuliner, sejarah, dan lainnya.
Konten dari Pengguna
3 April 2024 11:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kampung Adat Cikondang, foto hanya ilustrasi, bukan gambar sebenarnya, Pexels/Serafettin Unye
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Adat Cikondang, foto hanya ilustrasi, bukan gambar sebenarnya, Pexels/Serafettin Unye
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kampung Adat Cikondang disebut juga sebagai bumi adat oleh masyarakat sekitar. Kampung ini merupakan salah satu pemukiman etnis Sunda yang tetap mempertahankan kearifan lokalnya.
ADVERTISEMENT
Karena inilah, kampung adat tersebut kini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya oleh pemerintah Bandung. Tempat ini juga sangat direkomendasikan untuk dikunjungi ketika ingin mengenal lebih dekat mengenai kebudayaan Sunda.

Tentang Kampung Adat Cikondang yang Mempertahankan Kearifan Lokalnya

Kampung Adat Cikondang, foto hanya ilustrasi, bukan gambar sebenarnya, Pexels/Ache Suya
Kampung Adat Cikondang merupakan pemukiman etnis Sunda yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah. Mengutip dari laman blajakarta.kemenag.go.id, kampung adat ini terletak di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Dulunya kampung ini memiliki seke atau mata air yang ditumbuhi pohon besar bernama kondang. Mata air itulah yang menjadi asal nama Cikondang, yaitu perpaduan antara “ci” dari “cai” yang berarti air, dan “kondang” yang mengacu pada nama pohon kondang.
ADVERTISEMENT
Masyarakat setempat meyakini bahwa karuhun (leluhur) Cikondang adalah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Mereka memanggilnya Uyut Pameget (buyut laki-laki) dan Uyut Istri (buyut perempuan) yang diyakini membawa berkah dan lindungan pada anak cucunya. Tidak ada bukti tertulis tentang kapan keduanya membuka pemukiman Cikondang.
Namun, seorang tokoh masyarakat memperkirakan bahwa kampung yang menjaga kearifan lokalnya hingga sekarang tersebut sudah ada sejak awal abad ke-19 atau sekitar tahun 1800an. Karena itu, bisa dikatakan bahwa usia Cikondang kini sudah menginjak 200 tahunan.
Kampung adat ini terkenal dengan berbebagai rumah adat khas Sundanya yang masih terjaga. Rumah-rumah panggung ini menghadap ke utara dan posisinya lebih tinggi dari rumah penduduk sekitar.
ADVERTISEMENT
Rumah tersebut terbuat dari bambu, kayu, dan ijuk. Penggunaan bambu terlihat jelas pada dinding rumah, sebab rumah tradisional Sunda umumnya menggunakan dinding anyaman bambu (bilik). Kayu dijadikan kerangka atau penyangga rumah dan pintu, sedangkan ijuk sebagai penutup atap.
Atap khas Sunda umumnya berbentuk pelana atau julang ngapak, dengan bagian kiri dan kanan yang melebar ke samping. Alih-alih menggunakan paku, masyarakat di masa lampau menggunakan tali ijuk sebagai pengikat antar bagian.
Sebagai rumah adat yang masih dijaga kelestariannya, bangunan ini menyimpan banyak perkakas dari anyaman bambu serta peranti dapur yang masih tradisional.
Selain itu, ada juga sebuah keris kecil yang diletakkan di tengah-tengah pintu masuk, serta pigura-pigura dari anyaman di dinding. Pigura-pigura itu berisikan nama-nama silsilah pemimpin kampung adat dan para tetuanya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mempelajari sejarahnya saja, di sini pengunjung juga bisa menikmati aneka makanan khas Sunda. Makanan tersebut seperti teng-teng, ampeang, kolontong, dodol, wajit, dan masih banyak lainnya.
Karena masyarakat setempat menjunjung tinggi tradisi serta budaya leluhur, di sini pengunjung tidak akan menemukan peralatan elektronik, seperti kulkas, tv, radio, dan lainnya.
Itulah informasi mengenai Kampung Adat Cikondang di Bandung. Tempat ini menjadi salah satu objek wisata kebudayaan yang menarik untuk dikunjungi. (AIN)