Jadi Korban Asusila 18 Teman Sekelas, Siswi SMP di Riau Malah Dirisak

Konten Media Partner
19 Maret 2019 18:58 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MEDIASI antara pihak sekolah dengan IN, orang tua siswa berinisial LP.
zoom-in-whitePerbesar
MEDIASI antara pihak sekolah dengan IN, orang tua siswa berinisial LP.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Seorang siswi kelas IX SMP Negeri 39 Pekanbaru, yang tinggal di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau, menjadi korban pelecehan seksual 18 teman sekelasnya. Tapi bukannya dibela, siswi berinisial LP (12 tahun) ini justru dirisak teman-temannya yang lain.
ADVERTISEMENT
Para pelaku kemudian menyebarluaskan apa yang dilakukan di sekolah ke lingkungan tempat tinggal siswi tersebut, termasuk panggilan-panggilan tak patut disematkan ke dirinya. Melihat anaknya diperlakukan tak senonoh dan dirisak, orang tua LP pun mendatangi sekolah untuk melaporkan kejadian tersebut, pada Senin (18/3).
Walau awalnya IN, orang tua LP, tak percaya dengan apa yang dialami anak perempuannya. Namun, ia meradang saat mengecek langsung apa ia dengar ke anaknya sendiri. IN menceritakan, anaknya mendapat perlakuan tak senonoh dari rekan-rekan sekelasnya sejak awal Januari 2019 dan terakhir awal Maret 2019 ini. Ketika itu, LP ketiduran di kelas karena kelelahan
"Saat itulah, sekitar belasan, sekitar 18 orang teman sekelasnya saat jam istirahat mendatangi anak saya. Bagian vital anak saya dipegang-pegang mereka secara bergantian," kata IN menceritakan apa dialami anak perempuannya.
Pihak sekolah, SMPN di Pekanbaru saat mediasi dengan orangtua siswa korban asusila dan Bullying, IN.
Kejadian 18 teman sekelasnya memegang bagian organ vital anak gadisnya, kemudian menyebar ke seluruh siswa.
ADVERTISEMENT
"Kejiwaan LP terganggu. Ia jatuh sakit dengan tekanan darah naik mencapai 150/100 saat diperiksa ke dokter terdekat," jelas IN.
Akibat bullying dialami anak perempuannya, LP pun tidak mau kembali ke sekolah. Tak hanya itu, LP lebih memilih mengurung diri di rumah, tidak mau makan, bahkan mandi.
"Mungkin dia selalu memendam emosi hingga jatuh sakit. Apalagi beberapa guru juga mengintimidasinya dengan berbagai pernyataan menyudutkan anak saya," keluh IN.
Sementara itu, pihak sekolah tempat LP menuntut ilmu, terkejut mendengar perlakuan asusila dilakukan dan dialami siswanya. Pihak sekolah bahkan baru tahu jika LP mengalami bullying dari teman-teman sekelasnya, ketika orang tua siswi tersebut datang melapor ke sekolah.
"Kami belum tahu itu, saya saja tahunya tadi, saat orang tuanya melaporkan hal itu ke kami," ujar guru bagian kesiswaan, Nawari, Selasa (19/3).
ADVERTISEMENT
Pihak sekolah pun prihatin dengan tekanan dialami LP, karena ada siswa menambah-nambahkan cerita ke orang tuanya. "Itu kami masih dalami, kata orang tuanya bully tersebut berlanjut ke lingkungan tempat tinggalnya. Ini sangat memprihatinkan, kami akan telusuri dari mana sumber fitnah ini sehingga LP di-bully," tukas Nawari.
Pihak sekolah pun berjanji akan memanggil seluruh orang tua siswa diduga terlibat dalam tindakan pelecehan seksual sehingga mengakibatkan bullying berkepanjangan itu.
Tak hanya itu, pihak sekolah juga berjanji akan memulihkan nama baik korban di sekolah dan lingkungan teman-temannya. "Kami berjanji akan menghentikan praktik bully ini di sekolah. Kami juga akan membujuk LP untuk mau kembali bersekolah lagi," ujarnya.
Terkait tudingan intimidasi dilakukan pihak sekolah, Nawari membantah hal tersebut. Menurutnya semua itu hanya kesalahan komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak mengancam LP dikeluarkan dari sekolah, kami juga tidak ada mempertanyakan hal yang tak pantas untuk ditanyakan ke LP. Semua itu hanya miss komunikasi, tadi itu sudah kita selesaikan dengan wali siswi," ujarnya.