Syarwan Hamid Kembalikan Gelar Adat kepada LAM Riau

Konten Media Partner
17 Desember 2018 12:16 WIB
Syarwan Hamid Kembalikan Gelar Adat kepada LAM Riau
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: Presiden Joko Widodo saat menerima gelar Datu Seri Setia Amanah Negara, Sabtu, (15/12), di LAM Riau.
ADVERTISEMENT
SELASAR RIAU, PEKANBARU - Tokoh masyarakat Melayu Riau yang juga mantan Datuk Seri Lela Negara, Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid, akhirnya menepati janjinya untuk mengembalikan gelar yang pernah diberikan untuknya kepada Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).
Kepada SELASARRIAU.COM, Syarwan Hamid mengatakan pengembalian gelar tersebut akan dilakukannya Rabu (19/12), langsung ke Gedung LAM Riau.
"Itu harga harus saya bayar untuk kehilangan marwah Melayu oleh Syahril Abubakar itu. Rabu (lusa) akan saya kembalikan gelar pernah saya terima ke LAM Riau. Bagaimana caranya, besok saya akan berdiskusi dengan tokoh masyarakat Melayu Riau lainnya," kata Syarwan Hamid, Senin (17/12).
Mantan Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Reformasi di masa Presiden BJ Habibie tersebut menerima gelar adat dari LAM Riau pada 26 November 2000. Di masa Mendagri lahirlah UU Otonomi Daerah dan berdampak terhadap bermunculannya berbagai kabupaten di Provinsi Riau.
ADVERTISEMENT
Syarwan Hamid menjelaskan, ia akan ke Pekanbaru Selasa siang, 18 Desember 2018. Esok ia dan beberapa tokoh Melayu lainnya akan bertemu dan bahas teknis pengembalian gelar adat diterimanya 18 tahun silam.
Sebelumnya, Syarwan menuding pemberian gelar adat ini bukan diprakarsai LAMR, namun hanya oleh Ketua Harian LAM Riau, Syahril Abubakar saja. Ini dibuktikan dengan tidak adanya konsultasi LAM dengan pemuka masyarakat Riau.
"Saya bertanya kepada Syahril (Ketua DPH LAM), apakah anda layak memprakarsai pemberian gelar itu, tanpa berembuk dengan Pemuka masyarakat lainnya?" ujar pensiunan jenderal bintang tiga ini, Minggu (25/11).
Syarwan juga menilai LAM adalah personifikasi dari pribadi Syahril. Padahal, LAM merupakan organisasi tempat tokoh masyarakat bermusyawarah tentang adat istiadat, budaya, dan marwah kemelayuan.
ADVERTISEMENT
"Selama ini terkesan Syahrir telah memosisikan LAM sebagai lembaga pribadinya dan sulit diajak berdialog," ujarnya
"Jika kalian menganggap Jokowi banyak berjasa untuk Riau, seberapa besarkah jasanya? Bisakah dibandingkan dengan sumbangan Negeri Melayu ini kepada pemerintah? Tak ada apa-apanya," katanya.
Apalagi, kata Syarwan, momentum pemberian gelar itu bersamaan dengan waktu pilpres, sehingga sangat kental nuansa politiknya.