Sekaten sebagai Tradisi Turun Temurun di Keraton Jawa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
6 Mei 2024 21:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sekaten adalah. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekaten adalah. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekaten adalah tradisi yang dilaksanakan setiap hari kelahiran Nabi Muhammad, yakni 12 Rabiul Awwal, di dua keraton yang ada di Jawa, yaitu Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Artikel di bawah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang pengertian tradisi sekaten dan tata cara pelaksanaannya.

Mengenal Tradisi Sekaten

Ilustrasi sekaten adalah. Foto: Pexels
Menurut buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs, sekaten adalah tradisi yang diciptakan oleh Sunan Bonang.
Sumber lain mengatakan kalau tradisi ini juga dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga sejak masa permulaan perkembangan Islam di Jawa menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah karya Murodi.
Tradisi sekaten dilaksanakan setiap Maulid Nabi Muhammad SAW atau antara tanggal 5 hingga 12 penanggalan Jawa, sebagai sarana menyebarkan agama Islam pada masa tersebut.
Ketika membunyikan gamelan, Sunan Bonang melantunkan nyanyian yang berisi ajaran Islam. Setiap pergantian pukulan gamelan, diselingi dengan pembacaan dua kalimat syahadat.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan menyebut syahadatain inilah yang akhirnya disebut sekaten. Tradisi sekaten ini terus dilakukan hingga saat ini di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Terdapat dua set gamelan yang digunakan pada saat itu, yakni Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas untuk datang menikmati pertunjukan karawitan.
Sekarang, sekaten tetap dilakukan dengan menggunakan gamelan milik keraton. Sebelum puncak acara sekaten, akan diadakan pasar malam.
Puncak acara sekaten sendiri adalah berebut isi gunungan sebagai persembahan raja untuk masyarakat. Masyarakat juga percaya bahwa mengikuti acara sekaten akan membawa keuntungan tersendiri.
Merayakan sekaten dipercaya akan mendapat pahala dan berkah dari Tuhan. Namun, sebelumnya juga ada ritual lain yang harus dilewati, seperti mengunyah sirih.
ADVERTISEMENT
Ritual itu akan dilakukan di halaman Masjid Agung pada hari pertama perayaan sekaten. Tidak heran kalau waktu tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang daun sirih dadakan.
Selain itu, banyak juga pedagang nasi gurih bersama lauk pauknya di alun-alun utara maupun depan Masjid Agung Yogyakarta yang dihadiri oleh berbagai kalangan.
Demikian adalah pengertian tradisi sekaten dan juga tata cara pelaksanaannya yang menarik diketahui. (SP)