Sejarah Monumen Nasional: Ketika Pusat Pemerintahan RI Kembali ke Jakarta

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2024 21:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah monumen nasional. Sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah monumen nasional. Sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejarah Monumen Nasional dimulai setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke wilayah Jakarta dari pemerintahan sementara Yogyakarta pada tahun 1950. Ini menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada 1949.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial karya Waluyo, Presiden Soekarno mulai merencanakan pembangunan Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel. Lokasi Monumen Nasional tepat di depan Istana Merdeka.

Sejarah Monumen Nasional: Ketika Pusat Pemerintahan RI Kembali ke Jakarta

Ilustrasi sejarah monumen nasional. Sumber: pixabay
Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang serta melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945 supaya terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa.
Pada tanggal 17 Agustus 1954, satu komite nasional dibentuk lalu sayembara perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk. Namun hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban dinilai sudah memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia yang dapat bertahan selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Sayembara kedua digelar pada 1960 tetapi sekali lagi tidak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria sayembara. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Presiden Soekarno, tetapi kurang menyukai rancangan tersebut dan menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu. Namun rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya begitu besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu dirasa buruk.
Silaban pun menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil hingga menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek RM Soedarsono untuk melanjutkan rancangan tersebut. Soedarsono memasukkan angka 17, 8, dan 45 melambangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke dalam rancangan monumen itu.
ADVERTISEMENT
Tugu Peringatan Nasional tersebut kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar.
Ketika tahap pertama dimulai, proses pembangunan Monas diawasi langsung oleh Panitia Monumen Nasional serta biaya yang digunakan berasal dari sumbangan masyarakat. Pada tahapan kedua, proses pembangunan juga masih diawasi oleh panitia Monas, dan biaya bersumber dari anggaran belanja pemerintah pusat.
Pada tahapan terakhir, pembangunan Monas diawasi oleh Panitia Pembina Tugu Nasional dengan sumber dana yang asalnya dari pemerintah pusat atau Direktorat Jenderal Anggaran melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita.
Demikian penjelasan mengenai sejarah Monumen Nasional. (ARH)