Sejarah Konflik yang Terjadi Antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
29 April 2024 13:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji sebenarnya adalah kisah yang memilukan karena terjadi antara ayah dan anak demi kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji memanas karena hasutan pula dari VOC. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut.

Bagaimana Konflik yang Terjadi Antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji?

Ilustrasi bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Foto: Pixabay
Sultan Ageng Tirtayasa memiliki nama asli Abdul Fatah yang sudah diangkat menjadi Sultan Banten sejak usia 20 tahun seperti yang ditulis dalam buku Pahlawan Indonesia.
Sultan ingin mewujudkan kesejahteraan rakyat Banten sehingga dia menolak perjanjian penguasaan atas pelabuhan dengan VOC yang dianggapnya akan merugikan Banten.
Saat itu, Belanda telah mendirikan kantor dagang di Banten. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan rakyat Banten berusaha menghalangi perdagangan Belanda dengan merusak kapal pada 1655.
Banten justru melakukan kerja sama dengan pedagang Eropa lain, seperti Inggris dan Denmark. Melihat hal tersebut, Belanda mulai menjalankan misi politik adu domba.
ADVERTISEMENT
VOC memengaruhi Sultan Haji untuk memerangi ayahnya sendiri, yakni Sultan Ageng Tirtayasa, demi merebut kekuasaan Kesultanan Banten.
VOC mengatakan bahwa Sultan Ageng Tirtayasa lebih memilih adiknya yang bernama Pangeran Purbaya untuk dijadikan penerus takhta karena dianggap memiliki kepribadian yang jauh lebih baik darinya.
Kala itu, masyarakat Banten terpecah menjadi dua kubu, hingga akhirnya terjadi perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang dibantu oleh Belanda.
Pada awalnya, Sultan Ageng Tirtayasa mendapat kemenangan, tetapi kemudian berhasil ditangkap dan dipenjara di Batavia pada 1683.
Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya meninggal tahun 1962, tepatnya pada usia 61 tahun, dan dimakamkan di dekat Masjid Agung Banten.
Pangeran Purbaya mengungsi ke pedalaman Jawa Barat. Sedangkan, Sultan Haji pada akhirnya memimpin Kesultanan Banten seperti keinginannya.
ADVERTISEMENT
Namun, kepemimpinan Sultan Haji banyak disetir oleh Belanda. Hingga akhirnya, terus mengalami kemunduran hingga dinyatakan tiada saat masa penjajahan Inggris.
Demikian adalah perjalanan konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang berujung pada runtuhnya Kesultanan Banten. (SP)