Profil Sultan Mahmud Syah dari Kesultanan Malaka

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
1 Februari 2024 22:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Sultan Mahmud Syah (Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Sultan Mahmud Syah (Pexels)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sultan Mahmud Syah, merupakan sosok yang kini menjadi bagian dari sejarah gemilang Kesultanan Malaka.
ADVERTISEMENT
Profilnya mencakup peran penting sebagai pemimpin yang menghadapi masa-masa sulit dalam menjaga keberlanjutan dan kejayaan kesultanan tersebut.

Mengenal Kesultanan Malaka

ilustrasi Kesultanan Malaka (Unsplash)
Mengutip buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, Kesultanan Malaka berlokasi di persimpangan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, tumbuh menjadi pusat perdagangan yang strategis di Asia Tenggara.
Kerajaan Malaka berdiri pada 1402 dengan Raja Pertama bernama Prameswara, seorang bangswan Sriwijaya yang melarikan diri ketika serangan dari Majapahit.
Awalnya kerajaan ini bercorak Hindu-Budha, seiring berjalannya waktu, kemudian Kerajaan Malaka menjadi Kesultanan Malaka yang bercorak Islam.
Dalam perkembangannya, kesultanan ini melibatkan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan berbagai bangsa, termasuk Cina, India, dan Timur Tengah.

Profil Sultan Mahmud Syah sebagai Sultan Malaka

Sultan Mahmud Syah menjadi simbol keberanian dan ketahanan dalam menghadapi tantangan zaman.
ADVERTISEMENT
Berikut ini berbagai aspek penting profil dari Sultan Mahmud Syah:

1. Sultan Malaka Kedelapan

Menggantikan ayahnya, Sultan Mahmud Syah adalah sultan Malaka kedelapan, mengambil alih tahta kesultanan walaupun melewati kakaknya sendiri, Munawar Syah.

2. Runtuh karena Serangan Portugis

Kesultanan Malaka menghadapi nasib tragis ketika pada tahun 1511, Portugis melancarkan serangan besar-besaran untuk menguasai Malaka.
Serangan ini menyebabkan runtuhnya kesultanan yang begitu megah dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.

3. Berpindah ke Bintan

Setelah serangan Portugis, Sultan Mahmud Syah bersama pengikutnya berpindah ke Bintan, mencoba untuk memulihkan kekuatan kesultanan.

4. Wafat di Kampar

Namun, upaya untuk bangkit kembali tidak berjalan mulus. Portugis mengejar dan menyerang Bintan pada 1526.
Sultan Mahmud Syah pun terpaksa berpindah lagi, kali ini ke wilayah Kampar, tempat beliau akhirnya wafat pada tahun 1528.

5. Keturunan Sultan Mahmud Syah

Sultan Mahmud Syah meninggalkan dua putra yang memiliki peran penting dalam sejarah kesultanan di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Putra sulungnya, Mudzaffar Syah, mendirikan Kesultanan Perlak, sementara putra keduanya, Ala’uddin Riayat Syah II, membangun Kesultanan Johor.
Sultan Mahmud Syah, dengan kepemimpinan dan keteguhannya, mencatatkan namanya dalam lembaran sejarah Kesultanan Malaka.
Meskipun harus menghadapi ketidakberuntungan akibat serangan Portugis, warisan dan peranannya masih terus dikenang dalam sejarah maritim dan kebudayaan di wilayah ini. (AZZ)