Mengapa Partai Masyumi Bubar pada Tahun 1960? Ini Alasannya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
16 Maret 2024 23:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengapa partai masyumi bubar, sumber foto: August de Richelieu by pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengapa partai masyumi bubar, sumber foto: August de Richelieu by pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) merupakan partai politik Islam yang ada selama demokrasi liberal, sayangnya harus bubar di tahun 1960. Mengapa Partai Masyumi bubar pada tahun 1960? Karena adanya keterlibatan tokoh-tokoh dalam PRRI.
ADVERTISEMENT
Soekarno merupakan presiden yang membubarkan Partai Masyumi karena alasan yang sangat penting. Dulunya Partai Masyumi memang menjadi salah satu partai politik terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.
Dikutip dari buku Sejarah Pergerakan Nasional karya Wahyu Iryana, berikut ini alasan dibubarkannya Partai Masyumi.

Mengapa Partai Masyumi Bubar?

Ilustrasi mengapa partai masyumi bubar, sumber foto: Mikhail Nilov by pexels.com
Partai Masyumi merupakan partai politik Islam yang dibentuk Jepang saat sedang terlibat Perang Pasifik pada 24 Oktober 1943. Sayangnya pada 13 September 1960, partai politik terbesar di Indonesia ini harus bubar.
Mengapa Partai Masyumi bubar? Hal ini karena Partai Masyumi diduga mendukung pemberontakan PRRI. PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) adalah sebuah gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dan Republik Indonesia.
Gerakan PRRI muncul karena ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat pada waktu itu. Bahkan para pimpinan Masyumi diduga terlibat dalam PRRI, seperti Sjafruddin Prawiranegara, Natsir, dan Burhanuddin Harahap.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibuktikan dengan ketiga tokoh tersebut yang sering mengkritisi pemikiran Presiden Soekarno. Namun kritikan yang disampaikan oleh para pimpinan Masyumi berdasarkan oleh perbedaan dasar pemikiran yang dimiliki.
Natsir memiliki dasar pemikiran untuk memadukan tradisi khilafah awal dengan menekankan pada musyawarah dan sistem pemilihan yang demokratis. Berbeda dengan Soekarno yang menginginkan sistem demokrasi terpimpin.
Hal ini tentu saja terjadi bentrok yang membuat Partai Masyumi sering dicap mengkritisi dan menentang gagasan serta kebijakan dari Soekarno. Bahkan perbedaan pemikiran tersebut membuat Partai Masyumi dianggap terlibat dalam pemberontakan PRRI.
Dugaan ini semakin kuat ketika Partai Masyumi menolak untuk mengutuk gerakan revolusioner tersebut. Sehingga Soekarno mengecam Partai Masyumi dengan memberikan dua pilihan yaitu dinyatakan sebagai partai terlarang atau bubar.
ADVERTISEMENT
Partai Masyumi kemudian memilih untuk membubarkan diri pada tahun 1960. Hingga saat ini tuduhan bahwa Masyumi terlibat dalam PRRI belum dapat dibuktikan.
Alasan mengapa Partai Masyumi bubar pada tahun 1960 adalah dugaan terlibat dalam pemberontakan PRRI. Sayangnya tuduhan ini masih perlu dikaji lagi dan disertakan bukti sejarahnya. (DSI)