Dampak Seikerei bagi Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
Konten dari Pengguna
27 April 2024 20:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Perlawanan tersebut terjadi karena K. H. Zainal Mustofa menganggap upacara tersebut merupakan tindakan menyekutukan Tuhan. Faktanya, seikerei merupakan simbol ketaatan kepada Dewa Matahari, Amaterasu Omikami.
Dampak Seikerei bagi Indonesia
Setiap penjajah akan menanamkan pemahaman yang menurutnya terbaik kepada bangsa jajahan. Hal tersebut terjadi ketika Jepang melakukan penjajahan terhadap bangsa Indonesia .
Ketika menjajah Indonesia, Jepang pernah memerintah rakyat untuk melakukan seikerei. Seikerei adalah sebuah upacara penghormatan yang dilakukan dengan cara berdiri dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pagi, tepatnya pukul tujuh.
Mengutip dari buku KH. Hasyim Asy'ari - Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri, Museum Kebangkitan Nasional (2019: 87), seikerei merupakan simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut ternyata menimbulkan dampak besar bagi Indonesia. Dampak seikerei bagi Indonesia adalah memicu perlawanan rakyat Singaparna.
Walaupun terkenal sebagai “perlawanan rakyat Singaparna”, fakta sejarah menunjukkan bahwa bukan rakyat Singaparna yang mudah tersulut dan selalu ingin melawan. Perlawanan tersebut justru terjadi karena Jepang tidak mau berkompromi dengan baik.
Selintas tentang Perlawanan Rakyat Singaparna
Fakta sejarah menunjukkan bahwa perlawanan rakyat Singaparna memang mempunyai kaitan dengan upacara seikerei. Guna mengetahui faktanya secara lebih lanjut, berikut kronologi perlawanan rakyat Singaparna.
1. Jepang Memaksa Melakukan Seikerei
Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas VIII, Supriatna, dkk. (2008: 234), gerakan sosial rakyat Sukamanah yang dipimpin oleh K. H. Zainal Mustofa terjadi karena tentara Jepang memaksa santri-santri pesantren Sukamanah melakukan seikerei.
ADVERTISEMENT
Padahal seikerei tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dipelajari oleh para santri. K. H. Zainal Mustofa menganggap bahwa seikerei bertentangan dengan ajaran Islam sebab merupakan tindakan menyekutukan Tuhan Yang Maha Esa.
2. K. H. Zainal Mustofa Melakukan Antisipasi
Zainal Mustofa kemudian melarang rakyat melakukan seikerei. Selain itu, Zainal Mustofa juga melarang rakyat menyetor padi serta bekerja untuk tentara Jepang.
Ketika melakukan larangan bagi rakyat, K. H. Zainal Mustofa mempersiapkan para santrinya dengan mempertebal keyakinan agama serta mengajarkan bela diri. Tujuan persiapan tersebut bukan untuk menyerang, melainkan sebagai upaya antisipasi.
3. Jepang Tidak Mau Berkompromi
Jepang mengirim utusan untuk menangkap Zainal Mustofa ketika mendengar larangan serta antisipasi yang terjadi di Singaparna. Utusan Jepang tidak mau berkompromi sehingga rakyat mengeroyoknya sehingga utusan tersebut pergi ke Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Pihak Jepang semakin geram dan akhirnya mengirim pasukan guna menggempur Sukamanah serta menangkap Zainal Mustofa. Perlawanan pun terjadi di wilayah tersebut.
Setelah menyimak pemaparan di atas, jelas bahwa dampak seikerei bagi Indonesia adalah terjadinya perlawanan rakyat Singaparna. Hal tersebut terjadi karena Jepang tidak mau melakukan kompromi dengan baik dengan rakyat Singaparna. (AA)