Kisah Sahabat Nabi yang Mewakafkan Harta Yang Dicintainya

Sahabat Berbagi
Aplikasi untuk komunitas dan kamu yang senang berbagi kebaikan. Menemani #PerjalananWakafmu #BarengSahabat yang didukung oleh Generali Indonesia
Konten dari Pengguna
1 April 2022 23:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sahabat Berbagi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian muslim, wakaf adalah ibadah yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya karena jumlahnya yang besar. Padahal, wakaf bisa dilakukan dengan berjama’ah atau gotong royong dengan nominal perorangan yang ringan. Apalagi, pahala wakaf yang sifatnya mengalir terus-menerus dan kekal di sisi Allah SWT harusnya menjadi motivasi kita untuk menunaikan wakaf.
ADVERTISEMENT
Para sahabat yang hidup di jaman Rasulullah dapat menjadi teladan bagi kita dalam melaksanakan wakaf. Mereka dengan suka cita mewakafkan harta yang dicintainya sebagai investasi akhirat. Yuk kita simak kisah inspiratif para sahabat nabi yang mewakafkan harta yang dicintainya:
1. Abu Thalhah
Abu Thalhah adalah kaum Anshor yang paling kaya dan memiliki sebuah kebun kurma yang bernama Kebun Bairuha. Pada masa itu, kebun kesayangannya ini bernilai sangat mahal karena lokasinya yang berhadapan dengan Masjid Nabawi. Suatu ketika, Ia mendengar ayat Al Qur,an yang artinya “ Kalian sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran : 92).
Setelah mendengar itu, dengan penuh keyakinan dan tanpa pikir panjang ia mewakafkah harta yang dicintainya itu untuk kepentingan umat demi mendapatkan cinta dari Allah dan Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
2. Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi yang terkenal paling kaya dan dermawan. Diriwayatkan pada jaman Rasulullah SAW, Kota Madinah mengalami masa paceklik hingga kekurangan sumber air bersih. Sementara Kaum Muhajirin sudah terbiasa minum air zam-zam di Mekah. Sedangkan satu-satunya sumur yang tersisa dan memiliki rasa yang mirip dengan air zam-zam adalah Sumur Raumah milik orang Yahudi. Kaum Muhajirin bahkan rela antri berjam-jam untuk mendapatkan air tersebut.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk membebaskan sumur itu lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surganya Allah SWT.” (HR. Muslim)
Utsman bin Affan kemudian tergerak untuk membeli sumur itu dan mewakafkannya untuk dimanfaatkan oleh siapa saja termasuk orang Yahudi. Berkah wakaf dari Utsman bin Affan membuat sumur semakin bertambah dan pohon kurma di sekitarnya dapat tumbuh subur serta berkembang hingga berjumlah 1550 pohon.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, kebun kurma tersebut dikelola oleh Departemen Pertanian Arab Saudi. Hasil kebun kurma disalurkan ke pasar-pasar dan hasilnya diberikan kepada anak yatim dan fakir miskin. Bahkan, sebuah sumber mengatakan bahwa wakaf Utsman bin Affan kini berkembang menjadi wakaf produktif yang digunakan untuk membangun hotel dan pusat perbelanjaan.
3. Umar bin Khattab
Sahabat nabi yang juga mewakafkan harta kesayangan adalah Umar bin Khattab. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-7 Hijriyah tepatnya setelah pembebasan tanah di Khaibar. Setelah mendapatkan tanah bagiannya, beliau meminta saran Rasulullah terkait tanah tersebut. Kemudian Rasulullah memerintah untuk mewakafkannya.
Tanah ini sangat disukai oleh Umar bin Khattab karena sangat subur sehingga ditumbuhi pohon kurma dengan baik dan hasilnya banyak. Namun, tanpa berat hati Umar bin Khattab mewakafkan tanah tersebut dan menyedekahkan hasilnya kepada orang-orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Kisah diatas adalah contoh praktek wakaf produktif yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Wakaf produktif adalah wakaf yang memberdayakan masyarakat dimana pokoknya tetap terkelola dan terpelihara. Sementara untuk hasilnya digunakan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat (orang banyak). Para sahabat juga mengajarkan kita untuk mewakafkan harta yang paling kita cintai demi investasi akhirat karena sesungguhnya dunia sifatnya sementara dan akhirat selamanya.