Paradoksal Dating App: Kenalan Online, Apa Bisa Dipercaya?

Chairunnisa Chaisa
Mahasiswi Psikologi - Universitas Mercu Buana
Konten dari Pengguna
17 September 2023 9:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chairunnisa Chaisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Paradoksal Dating App. Source: https://unsplash.com/
zoom-in-whitePerbesar
Paradoksal Dating App. Source: https://unsplash.com/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dating app bukan hal asing lagi di masyarakat zaman sekarang. Kalau dulu bertemu dengan orang baru yang potensial untuk dijadikan pasangan caranya bisa melalui dikenalkan oleh keluarga, kerabat, atau teman, kini metode modern mulai bermunculan, salah satunya dengan menggunakan dating app.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri cukup bervariasi pilihan dating app yang bisa digunakan untuk menemukan pasangan. Dilansir dari databoks.katadata.co.id, menurut businessofapps.com, peningkatan pendapatan dating app cukup stabil terutama karena didukung perkembangan Tinder dan Bumble.
Databoks Katadata juga menyatakan bahwa salah dua dating app dari sepuluh yang paling banyak diunduh secara global pada tahun 2022 adalah Tinder dengan jumlah unduhan sebanyak 64 juta kali dan Bumble dengan jumlah unduhan sebanyak 28 juta kali. Berdasarkan data tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa penggunaan dating app sudah lazim terjadi di masyarakat masa kini.

Sisi Paradoks dari Dating App

Ilustrasi aplikasi kencan online. Foto: Shutter Stock
Namun, apakah semua pengguna dating app dapat dipercaya jika basis penggunaannya adalah online? Seperti yang kita ketahui, cybercrime dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Jangankan di dunia maya, di real life saja kebohongan dan penipuan bisa terjadi dengan mudah. Indikator apa yang bisa dijadikan acuan untuk menentukan bahwa data pengguna di dating app dapat dipercaya?
ADVERTISEMENT
Faktanya, dunia maya mempunyai perangkat besar bernama Google yang bisa menjadi media untuk menemukan beragam informasi tanpa batas. Namun, kebebasan tersebut juga bisa menjadi lahan penipu melakukan kebohongan, bukan? Manipulasi data bisa dilakukan begitu mudah dengan kecerdikan seseorang atau kelompok yang sudah tahu mau ke mana arah dan tujuan penipuannya.
Netflix pernah menayangkan sebuah film dokumenter berjudul The Tinder Swindler yang menceritakan tentang penipuan yang dilakukan oleh Simon Leviev melalui aplikasi Tinder. Pada awal tahun 2022, film Tinder Swindler ini menurut Netflix sudah ditonton lebih dari 50 juta kali.
Meskipun film tersebut viral, fakta miris yang terjadi ternyata masih saja banyak pengguna dating apps yang mengalami penipuan serupa. Media sosial yang kerap dijadikan acuan sebagai referensi kebenaran data pengguna dating app pada nyatanya bisa dimanipulasi sedemikian hebat sehingga terlihat asli dan tidak tampak mencurigakan. Kelihaian seseorang untuk memanipulasi informasi di dunia maya ini bisa dengan mudah dilakukan sebab akses data di internet terbuka lebar. Begitu menakutkan, bukan?
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, tidak sedikit cerita yang terjadi di masyarakat yang berhasil menemukan pasangan hidup melalui dating app, bukan hanya status kencan, melainkan sampai pada status pernikahan. Sebuah paradoksal yang membuat dating app seperti koin yang punya dua sisi mata.

Lantas, Apakah Dating App Bisa Dipercaya?

Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
Bisa dipercaya atau tidak akan tergantung pada bagaimana pengguna bisa waspada dan hati-hati dalam memilih calon match dan mengulik data setajam-tajamnya jika sudah match dan melangsungkan obrolan pada fitur chat.
Mengulik data ini bisa dilakukan selama chat dilakukan, mencari tahu informasi melalui internet atau jika orang yang match merupakan kenalan teman kita, maka proses mencari tahu keaslian identitasnya jadi jauh lebih mudah.
Pengguna dating app harus sangat selektif dan mampu berpikir logis serta realistis saat berkenalan. Sebab tidak jarang bisa terjadi fenomena Love Scamming, dimana pelaku melibatkan perasaan korban dan memanfaatkan kebaikannya untuk melakukan penipuan.
ADVERTISEMENT
Pada fenomena ini, pelaku akan membuat korban merasa nyaman sehingga merasa yakin bahwa dia adalah orang yang tepat untuk memulai sebuah hubungan asmara baru. Kasus penipuan melalui Love Scamming yang membuat kerugian dengan nominal uang yang cukup besar sudah banyak terjadi.
Namun, tidak banyak korban yang berani melaporkan kepada pihak yang berwajib dikarenakan rasa malu dan takut. Wajar sekali karena biasanya korban, baik laki-laki maupun perempuan, baru akan sadar telah dibodohi oleh pelaku setelah kasus penipuan terlaksana.
Kelihaian pelaku melihat celah pada diri korban menjadi kunci terjadinya Love Scamming ini. Perlu diwaspadai walau sudah banyak hal tampak instan di era digital seperti saat ini, namun kisah asmara tidak mungkin berlangsung secepat kedipan mata saja.
ADVERTISEMENT
Namun, jika keahlian pengguna dating app ini seperti intel berkelas, semestinya kewaspadaan ini bisa meminimalisir terjadinya penipuan. Barangkali kisah happily ever after bisa bermula dari sini.