Pemilih dan Populisme Pilkada

Heru Wahyudi
Dosen di Prodi Administrasi Negara FISIP Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
11 September 2023 5:39 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Heru Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pemilih (Foto : pexels.com/edmond-dantès)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemilih (Foto : pexels.com/edmond-dantès)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pilkada, ajang pesta demokrasi yang seringkali jadi sorotan, adalah momen di mana kita, rakyat, berperan penting dalam menentukan pemimpin daerah. Dalam perhelatan di tahun politik kedepan, kita mestinya berhati-hati terhadap pengaruh populisme yang kadang merusak proses pemilihan.
ADVERTISEMENT
Populisme, semacam retorika politik yang mengutamakan isu-isu rakyat dan mengkritik elit politik, bisa menjadi bumerang. Sebab, seringkali, janji-janji manis yang ditawarkan oleh kandidat populis tak masuk akal dan membuang kenyataan. Punya potensi merusak kepercayaan kita pada pemimpin yang terpilih kelak.
Untuk melawan dampak negatif populisme, kita perlu menggali lebih dalam tentang visi, misi, dan program-program yang ditawarkan oleh para kandidat. Jangan lupa untuk menyelidiki rekam jejak mereka dan pastikan bahwa integritas serta kemampuan yang dibutuhkan untuk memimpin daerah kita benar-benar ada.
Jangan biarkan emosi mendominasi dalam pemilihan, karena masa depan daerah kita adalah taruhannya.

Regulasi Pilkada

Ilustrasi Pemilu (Foto : pexels.com/element-digital)
Regulasi Pilkada, sesungguhnya, adalah pilar yang kuat dalam menjaga integritas dan transparansi Pemilihan Kepala Daerah. Setidaknya, kita perlu bertanya apakah regulasi ini benar memenuhi harapan kita untuk sebuah demokrasi yang sejati. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang menjadi sumber regulasi Pilkada telah menjadi subjek perdebatan.
ADVERTISEMENT
Beberapa punya pendapat bahwa regulasi ini masih memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh peserta Pilkada yang tidak jujur untuk mencapai tujuannya. Dalam praktiknya, kita kerap kali menyaksikan pelanggaran aturan yang terjadi selama Pilkada, dan sanksi yang diberikan sering kali dianggap tidak sesuai.
Pertanyaannya adalah, apakah regulasi Pilkada saat ini benar-benar menciptakan lingkungan yang adil dan demokratis untuk kontestan Pilkada? Ataukah kita perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap sistem ini untuk memastikan bahwa Pilkada benar-benar mencerminkan keinginan rakyat?
Diskusi ini semakin penting mengingat Pilkada adalah salah satu pilar penting dalam pemerintahan daerah. Seyogyanya, kita perlu memahami dengan baik dan kritis regulasi Pilkada ini agar dapat memperbaiki sistem yang ada dan mengarahkan Pilkada menuju demokrasi yang lebih kuat dan berkeadilan.
ADVERTISEMENT

Syarat dan Kategori Pemilih

Ilustrasi Rawan Politik Uang (Foto : pexels.com/karolina-grabowska)
Dalam Pemilu dan Pilkada, ada persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh pemilih untuk dapat memberikan suara mereka. Pemilih ini adalah individu yang memiliki usia minimal 17 tahun atau mereka yang telah menikah dan terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Untuk memenuhi syarat sebagai pemilih, seseorang harus mencapai usia 17 tahun atau lebih pada hari pemungutan suara, atau telah menikah.
Mereka juga harus dalam keadaan jiwa dan ingatan yang sehat, sesuai dengan surat keterangan dari dokter, dan tidak boleh kehilangan hak pilih mereka berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
Jika seseorang belum terdaftar sebagai pemilih, mereka dapat mendaftar sebagai Daftar Pemilih Khusus (DPK) dengan mengunjungi Panitia Pemungutan Suara (PPS) di kantor kelurahan atau Panitia Pemilih Kecamatan (PPK) di kantor kecamatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemilih pemula memiliki peran penting dalam Pemilu 2024. Pemilih pemula adalah yang baru pertama kali berpartisipasi dalam Pemilu atau Pilkada. Mereka punya potensi besar untuk memengaruhi hasil pemilihan tersebut.
Oleh karena itu, krusial untuk memberikan pendidikan dan sosialisasi kepada pemilih pemula tentang pentingnya hak memilih dan bagaimana cara melaksanakannya dengan benar, berdasar sumber "Indeks Kerawanan Pemilu dan Pemilihan Serentak" (Bawaslu, 2023).

Elemen Penting dalam Penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada

Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada, ada empat elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu regulasi, pemilihan, penyelenggara, dan peserta Pemilihan.
Regulasi merupakan kerangka peraturan yang mengatur jalannya Pemilu dan Pilkada. Regulasi mencakup berbagai aspek, mulai dari tahapan pelaksanaan Pemilu dan Pilkada, hak dan kewajiban peserta Pemilihan, hingga sanksi yang diberlakukan bagi mereka yang melanggar aturan. Regulasi yang jelas dan terstruktur dengan baik menjadi landasan penting untuk memastikan bahwa proses Pemilu dan Pilkada berjalan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Pemilihan merupakan tahapan kunci dalam Pemilu dan Pilkada, di mana pemilih memiliki peran sentral dalam memilih calon yang masyarakat pilih. Untuk dapat memberikan suara, pemilih harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditetapkan. Selain itu, pemilih pemula, yaitu mereka yang baru pertama kali berpartisipasi dalam Pemilu atau Pilkada, juga memiliki peran. Pemilih pemula memiliki potensi besar untuk memengaruhi hasil dari Pemilu dan Pilkada.
Penyelenggara adalah lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan berbagai tahapan dalam Pemilu dan Pilkada. Terdapat tiga lembaga penyelenggara utama, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Setiap lembaga memiliki peran dan fungsi khusus dalam mengawasi dan melaksanakan berbagai tahapan Pemilu dan Pilkada.
ADVERTISEMENT
Peserta Pemilihan merujuk kepada calon yang akan dipilih oleh pemilih dalam Pemilu dan Pilkada. Mereka harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah diatur dalam regulasi.
Selain itu, peserta Pemilihan juga wajib patuh terhadap semua aturan yang berlaku dalam proses Pemilu dan Pilkada, menjaga integritas dan fair play dalam kompetisi demokratis tersebut.

Populisme dan Pilkada

Ilustrasi Populisme (Foto : pexels.com/andrea-piacquadio)
Populisme memiliki potensi pengaruh yang sangat besar dalam Pilkada. Pendekatan politik ini yang dengan sengaja menekankan kepentingan "rakyat" sering kali dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan kelompok "elit".
Populisme bisa memengaruhi hasil pemilihan dengan manipulasi opini publik dan tawaran janji-janji yang seringkali tidak realistis, sebagaimana yang disoroti (Rydgren, 2005). Dampaknya menciptakan polarisasi dan konflik dalam masyarakat, serta mengancam stabilitas demokrasi.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari dampak negatif populisme dalam pemilihan, ada beberapa tips yang bisa diikuti:
Pertama, penting untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang tepercaya dan beragam. Jangan hanya mengandalkan satu sumber informasi saja, karena ini dapat membantu dalam memahami berbagai sudut pandang.
Kedua, evaluasikan janji-janji yang ditawarkan oleh calon secara kritis dan realistis. Pertimbangkan apakah janji-janji tersebut memungkinkan untuk dicapai dan bagaimana caranya, tanpa terjebak dalam janji-janji yang terlalu fantastis.
Ketiga, teliti rekam jejak calon dan partainya. Periksa apakah calon dan partainya telah memenuhi janji-janji mereka sebelumnya dan apakah mereka memiliki integritas yang baik dalam menjalankan tugas publik.
Terakhir, hindari memilih calon hanya berdasarkan faktor identitas seperti agama, suku, atau gender. Lebih baik memilih calon berdasarkan kualitas, rekam jejak, dan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan berintegritas. Dengan menerapkan tips-tips ini, pemilih dapat lebih cerdas dalam mengambil keputusan yang penting dalam pemilihan.
ADVERTISEMENT

Menghindari Pengaruh Populisme dalam Pemilihan

Ilustrasi Politik Uang (Foto : pexels.com/tima-miroshnichenko)
Pilkada merupakan salah satu momen penting dalam demokrasi di mana masyarakat memiliki kesempatan untuk menentukan pemimpin daerah yang akan memimpin selama lima tahun ke depan. Maka peran pemilih sangat sentral dalam menentukan hasil Pilkada.
Untuk menjalankan peran ini dengan baik, pemilih perlu memahami regulasi yang mengatur Pilkada, syarat dan kategori pemilih, serta elemen-elemen kunci dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada. Elemen ini penting agar pemilih dapat memberikan suara dengan bijak dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Selain memahami aspek teknis, pemilih juga penting mewaspadai pengaruh populisme dalam pemilihan. Populisme dapat memengaruhi proses pemilihan dengan cara memanipulasi opini publik dan menawarkan janji-janji yang seringkali tidak realistis.
Untuk menghindari dampak negatif populisme, pemilih perlu berupaya mencari informasi dari sumber yang dapat dipercaya dan beragam. Selain itu, harus mampu mengevaluasi janji-janji yang ditawarkan oleh calon dengan kritis dan realistis, serta memeriksa rekam jejak calon dan partainya. Terpenting, pemilih harus menghindari pemilihan calon hanya berdasarkan faktor identitas seperti agama, suku, atau gender.
ADVERTISEMENT
Sebagai simpulan, Pilkada adalah momen demokratis yang sangat berarti bagi masyarakat. Untuk mengambil peran dalam proses ini dengan bijak, pemilih harus memahami regulasi, syarat dan kategori pemilih, serta aspek-aspek kunci dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.
Selain itu, pemilih juga perlu waspada terhadap pengaruh populisme dengan menjaga sumber informasi yang digunakan, menerapkan evaluasi kritis terhadap janji-janji calon, memeriksa rekam jejak calon, dan menghindari pemilihan berdasarkan faktor identitas.
Dengan memahami dan mengikuti prinsip-prinsip di atas, pemilih dapat berperan aktif dalam memastikan bahwa Pilkada berjalan sesuai dengan aturan dan prinsip demokrasi yang baik (*)