Jagoriko dan WSO: Cara Warga Sedayu Memintal Modal Sosial

Noviana Rahmawati
ASN Pekerja Sosial Dinas Sosial PPPA Kabupaten Kulon Progo
Konten dari Pengguna
23 Juli 2021 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Noviana Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan Layar Grup Warga Sedayu Online, diakses tanggal 23 Juli 2021, pukul 13.00 WIB
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan Layar Grup Warga Sedayu Online, diakses tanggal 23 Juli 2021, pukul 13.00 WIB
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini begitu banyak slogan atau jargon yang dibuat semenarik mungkin, diusung untuk mengkampanyekan berbagai kepentingan. Jagoriko adalah akronim program yang dibuat oleh Pemerintah Kapanewon Sedayu, Bantul: Jajan Tonggo, Nglarisi Konco. Yang diterjemahkan bebas sebagai membeli dagangan tetangga, melarisi teman.
ADVERTISEMENT
Meskipun mirip dengan program di daerah lain yang bertujuan mendorong untuk membeli produk lokal, namun Jagoriko bukan sekadar jargon. Program ini diikuti dengan pembuatan grup Facebook dengan nama Warga Sedayu Online yang kemudian lebih populer dengan sebutan WSO. Ini merupakan inovasi di era digital di mana sebagian besar memegang HP pintar.
Program Jagoriko ini diluncurkan oleh Drs. Fauzan Mu’arifin pada Juni 2017 ketika menjabat sebagai Camat, yang sekarang disebut Panewu Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fauzan juga membuat grup WSO pada bulan Juli di tahun yang sama.
Menjadi program unggulan, Jagoriko diharapkan mampu menumbuhkan UMKM lokal yang mampu bersaing, paling tidak untuk memenuhi pasar lokal Sedayu. Pemerintah mendorong pertumbuhan UMKM, masyarakat diharapkan menjadi pangsa pasar yang potensial.
ADVERTISEMENT
Dalam laman resmi Pemerintah Kapanewon Sedayu disebutkan bahwa grup WSO dibentuk dengan tujuan sebagai sarana komunikasi dan penyampaian informasi dua arah antara masyarakat dan Pemerintah Kapanewon Sedayu. Setelah 1 tahun berjalan, Pemerintah Kapanewon merilis berita bahwa group berjalan dengan baik untuk komunikasi dan informasi tentang program-program pembangunan dan pemberdayaan dari pemerintah, aktivitas Pemerintah Kapanewon Sedayu, laporan masyarakat tentang permasalahan warga, informasi potensi ekonomi, usul dan saran warga, serta laporan kegiatan masyarakat.
Hingga tulisan ini dibuat, anggota grup sudah mencapai 53.900. Angka yang cukup fantastis untuk sebuah grup Facebook warga tingkat Kapanewon, jika kita bandingkan dengan grup serupa di kapanewon lain di sekitarnya. Misalnya, grup yang termasuk ramai adalah grup warga Kapanewon Godean yang beranggota 27.446.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari perkembanganya saat ini, selain menjadi sarana bertukar informasi, WSO lebih banyak menjadi lapak bagi warga Sedayu untuk menggelar jualannya. Peternak lele misalnya, bisa langsung menjual hasil panennya langsung ke konsumen. Demikian juga dengan jagung, kedelai dan hasil panen lain. Semakin ramai dan semakin bervariasi jenis barang dan jasa yang ditawarkan.
Ada juga produk-produk pabrik kualitas premium, seperti makanan beku premium. Selain itu, barang-barang bekas pakai yang ditawarkan seperti sepeda, kompor, dan alat-alat elektronik juga ramai ditawarkan. Meskipun bukan hanya produk lokal, nafas Jagoriko tetap terasa, karena penjual dan pembeli dipertemukan secara langsung di grup WSO. Sebagain besar melayani Cash on Delivery (COD), sehingga memungkinkan untuk saling bertukar barang atau jasa. Memudahkan penjual maupun pembeli, memutus rantai distribusi menjadi lebih sederhana.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, semua orang bisa berjualan, bahkan menjual hal-hal yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Salah satu lapak di grup WSO menjual mangga muda, yang dalam keterangannya, dijual karena dahan pohon mangga patah. Mangga muda bisa menjadi uang ketika ditawarkan di WSO.
Beberapa minggu lalu, di perbukitan Sedayu tumbuh jamur secara bersamaan. Karena waktu panennya bersamaan dan jamur tidak tahan lama, jamur harus segera sampai ke konsumen. 1kg jamur yang sudah dibersihkan dan direbus, ditawarkan 15-25rb/kg. Warga berbondong-bondong memanen jamur dan menjual segera di WSO. Grup WSO tiba-tiba penuh dengan obrolan tentang jamur.
Tangkapan Layar Grup Sedayu Online, diakses tanggal 23 Juli 2021, pukul 13.40 WIB.
“Semua orang Sedayu hari ini menunya sama, yaitu jamur”. Demikian salah satu komentar anggota WSO.
Anggota WSO tidak hanya Warga Sedayu, tetapi juga warga DI Yogyakarta dan sekitarnya, serta warga Sedayu yang tinggal di luar DIY bahkan d luar Negeri. Warga sekitar Sedayu banyak yang ikut menggelar dagangannya. Beberapa hari lalu, warga Kulon Progo, Kapanewon Kalibawang menawarkan kedelai yang baru dipanen, dengan harga Rp4000,00, diantar sampai rumah. Terlihat melalui kolom komentar, cukup banyak peminatnya.
ADVERTISEMENT
Tentu tidak semua interaksi di group itu manis dan menyenangkan. Ada saja gesekan-gesekan antaranggota yang selalu efektif memancing komentar. Salah satunya, pembeli yang merasa kecewa ketika penjual baby cumi yang menjanjikan COD tidak datang-datang padahal sudah janjian. Pembeli ini sudah membayangkan akan makan malam yang lezat dengan baby cumi cabe hijau. Selain ditanggapi oleh para pembeli lain yang pernah mengalami hal yang sama, komentar justru ramai dibalas oleh para penjual lain yang membalas dengan cerita-cerita tentang betapa seringnya penjual diberi harapan palsu oleh para pembeli.
Jagoriko dan WSO secara berkelindan tumbuh menjadi sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial. Inilah yang oleh Boerdieu (1972) dan Coleman (1988) disebut sebagai modal sosial. Berbeda dengan modal ekonomi dan modal manusia yang konsepnya lebih dulu dikembangkan dan popular dalam ilmu sosial, modal sosial baru bisa berfungsi ketika terjadi interaksi dengan struktur sosial. Keuntungan yang diperoleh dari modal sosial ini bisa keuntungan individu maupun kelompok.
ADVERTISEMENT
Modal sosial yang terbentuk melalui Jagoriko dan WSO telah memberikan keuntungan bagi individu dengan kemudahan-kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari dan juga harga harga yang lebih murah. Bagi kelompok, keuntungan yang didapatkan berupa tersalurnya aspirasi warga, terutama pada akses layanan publik. Bukan hanya itu, grup WSO secara efektif mampu mentransformasikan hal-hal baik seperti kampanye pelestarian lingkungan dan kontrol sosial pada pelanggaran norma di masyarakat.
Modal sosial yang terwujud dalam gotong royong masyarakat melalui Jagoriko dan grup WSO telah menjadi sarana pertahanan warga pada masa pandemi. Masyarakat sudah sedemikian saling bahu membahu dalam situasi krisis ini. Saatnya pemerintah harus lebih bekerja keras menyokong UMKM lokal agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
ADVERTISEMENT