Bahasa Romansh di Swiss: Upaya Konservasi Budaya

ruth yohanna
Diplomat sejak 2012. Suka menyulam dan jepret foto.
Konten dari Pengguna
1 November 2022 22:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ruth yohanna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Allegra!", demikian sapaan dalam bahasa Romansh, bahasa nasional ke-4 di Swiss yang resmi diakui sejak 1938, setelah bahasa Jerman, Perancis, dan Italia. Bahasa Romansh (atau Rumantsch, dalam ejaan aslinya) hanya dipakai sekitar 60.000 penduduk Swiss sesuai sensus tahun 2020 dan mayoritas penuturnya berdomisili di provinsi Grisons (atau Grischuna, dalam bahasa Romansh) yang terletak di Swiss bagian tenggara, berbatasan langsung dengan Liechtenstein, Austria dan Italia.
Kantor pengadilan tingkat provinsi, atau "Dretgira chantunala" dalam bahasa Romansh (dokumentasi: pribadi)
Provinsi Grisons dikenal dunia melalui Davos, kota tempat perhelatan World Economic Forum (WEF) digelar; atau St. Moritz, kota yang dipenuhi turis untuk menikmati kemewahan resort ski; atau Bernina Express, rangkaian kereta panorama yang memukau dunia. Jika datang ke provinsi Grisons, pengunjung akan melihat petunjuk jalan dan papan pengumuman berbahasa Romansh yang tersebar merata di kota maupun di sepanjang jalur transportasi umum.
"Scumandau da traversar ils binaris", salah satu contoh penggunaan bahasa Romansh agar penumpang tidak melewati batas rel kereta api (dokumentasi: pribadi)
Bahasa Romansh merupakan hasil akulturasi bahasa Latin yang dahulu dipakai prajurit Romawi dengan bahasa Rhaetian yang digunakan penduduk asli provinsi Grisons. Bahasa ini bahkan tidak dikenali dalam aplikasi terjemahan Google. Walaupun kini penutur bahasa Romansh semakin lama semakin sedikit, Swiss tetap mengakui bahasa ini sebagai bahasa nasional untuk kepentingan konservasi budaya. Tidak tanggung, anggaran 7,6 juta Swiss Franc (sekitar 120 miliar Rupiah) rela digelontorkan setiap tahun untuk upaya konservasi bahasa Romansh.
Teks bait lagu tentara Romawi dalam bahasa Romansh, diperkirakan dicatat pada tahun 1726, dipajang di Museum Nasional di Kota Chur, ibukota provinsi Grisons (dokumentasi: pribadi)
Upaya Swiss tersebut dapat diadaptasi di Indonesia, dengan memperbanyak plang jalan atau papan pengumuman yang menuliskan bahasa daerah, terutama di kawasan yang memiliki bahasa daerah dengan penutur sedikit. Praktik ini dapat mulai diterapkan, antara lain untuk Bahasa Kubu di Jambi, Bahasa Baduy di Banten, Bahasa Maanyan di Kalimantan Tengah, Bahasa Alor di Maluku, beberapa contoh bahasa daerah yang kini penuturnya berjumlah kurang dari 60.000 orang.
Salah satu contoh penggunaan bahasa daerah "Selamot Kesaboy de Pagun Bebatu" pada plang pengumuman di Desa Bebatu, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara (dokumentasi: pribadi)
Melestarikan bahasa sama dengan melestarikan budaya. Jadi, bahasa daerah apa yang kamu kuasai?
ADVERTISEMENT