Ini 5 Tingkat Kepemimpinan yang Perlu Diketahui

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
20 April 2023 17:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seri The Art of Leadership
Kepemimpinan adalah pengaruh, hal ini berulang kali ditegaskan John C. Maxwell dalam buku-bukunya. Menurut Maxwell, kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang. Terlepas dari benar atau tidaknya, dari definisi-definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan banyak ahli, sebagian besar memiliki benang merah terkait dengan pengaruh. Dengan bahasa yang berbeda-beda, sebagian besar definisi mengenai kepemimpinan membawa istilah “pengaruh” di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Karena kepemimpinan terkait erat dengan pengaruh, maka mengembangkan pengaruh adalah berarti mengembangkan kemampuan atau lingkup kepemimpinan. Kenapa kita harus mengembangkan kemampuan kepemimpinan kita? Karena semakin besar dampak yang ingin kita capai, pengaruh kita harus semakin besar. Semakin tinggi kita ingin memanjat, semakin tinggi juga kemampuan yang harus kita miliki.
Salah satu pertanyaan yang cukup sering ditanyakan dalam hal kepemimpinan adalah apakah seorang pemimpin dilahirkan atau diciptakan. Dengan kata lain, apakah kemampuan atau sifat kepemimpinan merupakan bakat alami bawaan, ataukah merupakan keterampilan atau kemampuan yang didapat melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan ataupun pengalaman.
Jawabannya adalah, memang benar bahwa seorang pemimpin sebetulnya dilahirkan, karena memang setiap manusia pasti hadir ke dunia ini melalui proses kelahiran. Tidak ada manusia yang tidak dilahirkan. Kabar baiknya, banyak ahli mengenai kepemimpinan yang berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan bukanlah sesuatu yang mutlak merupakan bakat alami atau bawaan lahir. Memang benar bahwa ada orang-orang yang memiliki bakat kepemimpinan secara alami, namun hal ini bukan berarti seseorang yang tidak dilahirkan dengan bakat kepemimpinan tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang baik.
Seseorang yang tidak dilahirkan dengan bakat kepemimpinan, namun memiliki kemauan yang besar untuk mempelajari keterampilan kepemimpinan, bisa jadi kemudian justru menjadi sosok pemimpin yang lebih baik daripada orang yang dilahirkan dengan bakat kepemimpinan, namun tidak mau atau tidak dapat mengembangkannya.
Perlu kita ingat bahwa setiap tindakan atau perbuatan terdiri atas tiga komponen:
1. Kemampuan
2. Kesempatan
3. Kemauan
Kemampuan merupakan suatu hal yang dapat dilatih dan dikembangkan. Sedangkan kesempatan dapat dicari atau diciptakan. Landasan dari keduanya adalah kemauan, yang berasal dari diri sendiri. Seseorang bisa saja memiliki kemampuan yang memadai, dan kesempatan untuk melakukan sesuai keinginannya, namun tanpa kemauan, maka tindakan atau perbuatan tersebut besar kemungkinan tidak akan pernah terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, seseorang yang sedang dalam kesulitan keuangan sangat besar, kemudian terbesit niatnya untuk merampok sebuah bank. Meskipun mungkin awalnya ia tidak memiliki kemampuan atau keterampilan untuk merampok bank.
Namun karena dorongannya sudah sedemikian kuat, ia lalu membaca berbagai buku atau mencari berbagai informasi mengenai merampok bank. Lalu ia mengintai bank yang sudah ia tuju untuk mencari kesempatan merampok bank tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya tindakan atau perbuatan yang positif, tindakan yang negatif melanggar hukum pun terdiri atas ketiga komponen di atas.
Seseorang yang memiliki keinginan besar untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinannya, maka ia akan berusaha mengembangkan kemampuannya dan mencari berbagai kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan kepemimpinannya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana sudah disebutkan di atas, karena kemampuan kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan pengaruh, maka untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan, seseorang harus berusaha mengembangkan pengaruh yang dimilikinya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pengaruh sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dengan demikian, pendefinisian kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, sudah cukup tepat.
Untuk dapat mengembangkan pengaruh dan potensi kepemimpinan kita, kita perlu memahami tingkat kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pemimpin karena posisi
2. Pemimpin karena keinginan
3. Pemimpin karena hasil yang dicapai
4. Pemimpin karena manfaat
5. Pemimpin karena diri pribadi

1. Pemimpin karena posisi

Ini adalah tingkat paling dasar dari kepemimpinan. Orang lain mengikuti sang pemimpin karena posisi atau jabatan yang dipegangnya. Sang pemimpin memang memiliki pengaruh, namun pengaruh tersebut terbatas pada jabatan atau posisi yang diembannya. Pengaruh yang timbul antara sang pemimpin dengan orang-orang yang ia pimpin berasal dari wewenang yang ia dapat dari posisi atau jabatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemimpin pada tingkat ini biasanya menjadi pemimpin atau memiliki pengaruh karena gelar yang dimiliki, atau karena pengangkatan dirinya pada posisi atau jabatan tertentu. Pengaruh sang pemimpin tidak akan pernah dapat melampaui jabatannya, kalau ia tidak mengembangkan pengaruh kepemimpinannya ke tingkat berikutnya.

2. Pemimpin karena keinginan

Pemimpin pada tingkat ini biasanya ditandai dengan karakteristik bahwa ia memimpin dengan hati. Karena sang pemimpin mencintai orang-orang yang ia pimpin, maka orang-orang tersebut bersedia mengikutinya dengan sukarela.
Karena sang pemimpin mencintai orang-orang yang ia pimpin, maka hubungan mereka bersifat timbal balik, tidak hanya berbentuk perintah satu arah saja. Sang pemimpin juga akan memperhatikan kondisi dan perkembangan orang-orang yang dipimpinnya atau pengikutnya. Ia akan mencurahkan energi, waktu dan pikirannya pada keinginan dan kebutuhan pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Para pengikut pada tingkat ini memiliki tingkat kepatuhan yang jauh lebih tinggi kepada pemimpinnya, karena mereka mengetahui bahwa pemimpin mereka memiliki kepedulian kepada mereka. Mereka mengetahui bahwa pemimpin mereka bukan hanya berorientasi pada hasil atau peraturan semata, namun juga memperhatikan mereka. Mereka merasakan bahwa pemimpin mereka memimpin dengan hati, bukan hanya dengan kepala atau rasionalitas belaka.

3. Pemimpin karena hasil yang dicapai

Pada tingkatan ini, melalui momentum yang berhasil dicapai melalui pertumbuhan, para pengikut merasakan adanya hasil yang dicapai. Apabila pada tingkat sebelumnya, kaitan antara pemimpin dengan pengikutnya masih bersifat ikatan hati, pertemuan antara pemimpin dengan pengikut terjadi karena adanya ikatan tersebut, maka pada tingkatan ini, baik pemimpin maupun pengikut sudah berorientasi pada hasil.
ADVERTISEMENT
Baik pemimpin maupun pengikut menyadari bahwa mereka memiliki tujuan bersama yang perlu diraih. Pada tingkatan ini, pemimpin dan para pengikutnya berbagi visi bersama yang akan mereka capai. Semua orang mendukung pertumbuhan bersama, untuk sama-sama memenuhi kebutuhan dan mewujudkan sasaran.

4. Pemimpin karena manfaat

Pemimpin pada tingkat ini telah berhasil memberdayakan pengikutnya dengan baik. Ia telah mampu mengembangkan pengikutnya menjadi calon-calon pemimpin berikutnya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat mencetak pemimpin penerusnya. Seorang pemimpin dianggap gagal apabila ia justru menciptakan kondisi di mana ia tidak tergantikan.
Pada tingkatan ini, proses pencapaian sasaran dan hasil telah berjalan dengan otomatis, semua orang terlibat dengan kinerja yang sangat baik. Ini terjadi karena seluruh pihak bersinergi dalam mencapai tujuan dan mewujudkan sasaran bersama.
ADVERTISEMENT

5. Pemimpin karena diri pribadi

Pada tingkatan ini, para pengikut telah menjadi pengikut yang sangat loyal, bahkan bersedia mengorbankan dirinya bagi sang pemimpin. Ini terjadi karena para pengikut menaruh kepercayaan yang sangat besar kepada pemimpin mereka. Mereka meyakini bahwa pemimpin mereka telah mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi mereka.
Sang pemimpin terbukti selama waktu yang lama menjadi sosok yang mencetak dan mengembangkan pemimpin-pemimpin lainnya dengan kemampuan yang juga hebat. Dalam tingkatan ini, biasanya pengaruh sang pemimpin sudah melampaui batas-batas pengikutnya. Ia menjadi orang yang banyak dicari, tidak hanya oleh para pengikutnya, namun juga oleh orang-orang lain. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling sulit dicapai, hanya sedikit orang yang benar-benar mencapai tingkatan ini.
ADVERTISEMENT