Takjil War, Semangat Toleransi di Bulan Ramadan

Rahman Tanjung
Widyaiswara Ahli Madya BKPSDM Kabupaten Karawang, Dosen STIT Rakeyan Santang Karawang
Konten dari Pengguna
25 Maret 2024 16:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahman Tanjung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto mengantre Takjil (Sumber: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Foto mengantre Takjil (Sumber: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suatu sore saya dan anak bungsu saya sengaja ke luar rumah sambil ngabuburit untuk sekadar mencari Takjil berbuka Puasa nanti, tapi sayangnya Gorengan yang mau kami beli ternyata sudah tinggal sedikit, itu pun mengantre dengan pembeli lainnya. “Ya…. Takjil War nih”, ucap salah seorang pembeli.
ADVERTISEMENT
Apakah anda cukup familiar dengan istilah Takjil War yang saat ini sedang ramai dibicarakan Warganet tersebut?
Fenomena "Takjil War" atau berebut Takjil ini muncul menjadi suatu candaan atau konten di beberapa Platform Media Sosial yang menceritakan suatu kondisi saat beberapa orang yang berpuasa mengaku kehabisan Takjil ketika mereka berburu di sore hari untuk sajian berbuka, di mana hal ini dikarenakan teman-teman non-muslim kita sudah membelinya terlebih dahulu.
Saat ini kita dapat melihat, di mana beberapa Media Sosial dipenuhi dengan unggahan-unggahan yang memperlihatkan antusiasme dan kegembiraan Masyarakat dalam meramaikan Takjil War. Bahkan, ada sebuah video TikTok yang viral menampilkan suasana di sebuah Gereja, di mana seorang Pendeta berseloroh mengatakan, "soal agama kita toleran, kalau soal Takjil kita duluan".
ADVERTISEMENT
Fenomena yang sebenarnya sudah lama terjadi, kini memuncak kepopulerannya, memberikan angin segar bagi toleransi antar umat beragama di Indonesia. Dengan adanya fenomena tersebut, tampaknya umat Muslim di Indonesia tidak merasa terganggu, bahkan beberapa di antaranya menganggap sebagai hal yang seru dan menghibur. Semua orang, tanpa memandang agama, terlihat bahagia dan penuh kegembiraan.
Latar belakang kebersamaan ini, mungkin tak terlepas dari peristiwa politik yang sempat sejenak menimbulkan pergesekkan dan perbedaan pendapat sesama warga. Pasca Pemilihan Presiden yang penuh dengan polemik, seringkali terjadi adu mulut dan saling ejek antar pendukung. Perbedaan pandangan politik kerap mengakibatkan ketegangan di antara masyarakat. Namun, kehadiran Takjil War di bulan Ramadan ini menjadi semacam penyembuhan atas luka-luka perpecahan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya membuat suasana semakin meriah, fenomena berburu Takjil juga memberikan keuntungan bagi para penjualnya. Dagangan mereka laku keras dan tentunya kebahagiaan pun hadir bersamanya. Bahkan, ada gurauan dari masyarakat Muslim yang menyatakan akan "balas dendam" dengan teman-teman non-Muslim yang sudah membeli Takjil lebih dulu, yaitu dengan memborong Telur saat perayaan Paskah nanti, agar saat perayaan tersebut, Telurnya akan digantikan dengan salah satu makanan ringan atau jajanan anak-anak dari coklat yang kemasannya menyerupai Telur.
Selain itu, ada juga candaan dari para Warganet Muslim yang menyebutkan bahwa teman-teman non-Muslim telah melakukan kecurangan dalam berburu Takjil, karena mereka sudah mulai keluar rumah untuk membelinya sekitar jam tiga sore, di saat orang-orang yang berpuasa dalam kondisi yang sedang lemas. Namun, hal-hal tersebut justru disambut dengan senyum dan kegembiraan, tanpa ada rasa sakit hati.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa video yang ramai bermunculan di media sosial, ternyata banyak dari teman-teman non-Muslim biasa berburu Takjil saat Ramadan dan mereka cukup antusias menyambut Ramadan, karena banyak makanan atau minuman yang hanya dijual saat bulan Ramadan. Bahkan saat ini, mereka tidak hanya sekadar membeli Takjil saja, tetapi juga mengadakan kegiatan buka puasa bersama sembari berbagi Takjil.
Ilustrasi sajian Takjil (sumber: pexels.com/Sami Abdullah)
Istilah Takjil sendiri biasanya merupakan sebutan untuk makanan atau minuman yang dikonsumsi saat berbuka puasa, misalnya saja seperti: Kolak Pisang, Gorengan, Sop Buah, Es Campur dan sejenisnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Takjil memiliki arti “mempercepat (dalam berbuka puasa)”. Bila mengutip dari laman Muhammadiyah, kata Takjil berasal dari Hadis Nabi Muhammad SAW, di mana beliau bersabda "Orang akan selalu baik (sehat) apabila ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."
ADVERTISEMENT
Dalam terminologi bahasa Arab, kata "menyegerakan" dalam Hadis tersebut memiliki makna yang berkaitan dengan momentum, terburu-buru, atau mempercepat (ajjala–yu'ajjilu–ta'jilan). Dari sini, Takjil dikaitkan dengan anjuran untuk menyegerakan waktu berbuka puasa. Namun saat ini, istilah tersebut bergeser maknanya menjadi makanan atau kudapan untuk berbuka puasa.
Fenomena Takjil War yang saat ini ramai jadi perbincangan di Media Sosial, menjadi bukti bahwa toleransi dan kebersamaan antar umat beragama adalah kunci untuk mempererat persaudaraan di Indonesia. Hadirnya bulan Ramadan kini tidak hanya dapat dinikmati oleh umat Muslim semata, tetapi juga dapat dinikmati oleh semua masyarakat, tanpa memandang agama. Hal ini tentunya sejalan juga dengan pemahaman kita sebagai Muslim, bahwa Islam sebagai Rahmatan lil a'lamin atau menjadi rahmat bagi seluruh alam.
ADVERTISEMENT
Takjil War dapat menjadi simbol dari semangat kerukunan, kebersamaan dan kehangatan yang harus terus dijaga dan diperkuat dalam membangun bangsa yang lebih baik.