Saat Berada di Titik Terendah

Ulumia
Mahasiswi
Konten dari Pengguna
14 Januari 2022 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ulumia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pict by pixabay
zoom-in-whitePerbesar
pict by pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bermula saat kontrak kerjaku habis di pertengahan tahun 2020 saat itu. Yaaa.. sama sekali tidak terfikirkan olehku sebelumnya berakhirnya kontrak kerjaku di saat masa Pandemi Covid-19, aku tahu kontrakku akan habis 3 hari sebelum kontraku habis, saat itu aku tidak bisa berkata apapun dan tidak bisa menceritakan hal itu kepada siapapun bahkan keluargaku sendiri.
ADVERTISEMENT
Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa habisnya sebua kontrak sangat berat bagiku, bukan? Ya, tentu saja ini berat bagiku, bagi aku yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas tanpa punya pengalaman kerja apapun, sebelum pandemi saja sudah sangat sulit mendapatkan sebuah pekerjaan ditambah saat itu pandemic sedang sangat tinggi-tingginya di Indonesia, bahkan banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar, banyak pedagang-pedagang yang kekurangan pemasukannya karena adanya Pandemi Covid-19, apalagi untuk mendapatkan sebuah pekerjaan tentu sangat sulit. Di tahun tersebut juga aku kehilangan salah satu anggota keluargaku, tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah bagiku juga bagi keluargaku.
Semua kepahitan yang kurasakan hanya bisa ku pendam sendiri, tidak ada teman untuk berbagi cerita. Hancur? Tentu saja, merasa kehilangan arah, merasa kosong, merasa iri dengan teman-teman yang bisa berkuliah yang masih bisa bekerja bahkan sempat terfikirkan akan mengakhiri hidup. Sempat merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri dan juga Sang Pencipta, mengapa semua hal berjalan tidak sesuai dengan keinginanku, seakan-akan ujian hidup ini datang tak ada hentinya kepadaku, selama 6 bulan aku menganggur hidupku sangat berantakan.
pict by pixabay
Sampai tiba di suatu hari aku menemukan sebuah kata-kata yang sangat bermakna di sebuah Social Media, aku ikuti akun Social Media tersebut dan kebetulan sang pemilik akun menerbitkan sebuah buku pertamanya yang berjudul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” tanpa fikir panjang aku langsung membeli buku tersebut saat PO (Pre-Order) karena aku sudah sangat kagum dengan tulisan dan kata-kata yang beliau buat, apalagi karyanya dijadikan dalam sebuah buku. Dan benar saja buku inilah yang sangat aku butuhkan dalam keadaanku saat itu.
ADVERTISEMENT
Buku yang berjudul “Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah” di tulis oleh Alfi Syahri Ramadhan atau yang lebih dikenal dengan Alfialghazi, seorang perwira muda transportasi darat yang memilih pensiun dini dengan terhormat setelah 2,5 tahun mengabdi. Beliau mengundurkan diri pada Maret 2019 yang merupakan keputusan besar dalam hidupnya. Setelah mengalami kegagalan direndahkan. Berkat tulisannya ini beliau dihubungi oleh beberapa penerbit buku yang tidak tanggung-tanggung langsung ingin menerbitkan beberapa karya Alfialghazi yang hanya menunggu gilirannya saja.
Semua isi dalam buku itu benar-benar sangat menamparku, menangis sejadi jadinya aku saat membaca bab demi bab dalam sebuah buku itu, sampai kutemukan sebuah kalimat,
“Kata orang
“sudahlah, kamu itu bisa apa?” Ucap mereka yang tak percaya padamu.
ADVERTISEMENT
Begini, orang bisa berkata bahwa kamu telah padam, kamu telah kalah, kamu telah selesai, tapi yang menentukan tetap dirimu sendiri.
Ada atau tak ada komentar, ada atau taka da ucapan terima kasih, ada atau tak ada pendukung, kamu harus tetap berusaha, walaupun harus bersabar menempuh perjalanan seorang diri.
Kalah menurut manusia tidak masalah, semua orang bebas beropini, tapi jangan sampai kamu kalah di hadapan dirimu sendiri.
Mari berjuang kembali.”
Berkat buku ini kutemukan kembali semangat dalam diriku, dan belajar mulai menerima hidup, bahwa tidak semua hal harus sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi yakinlah bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik.
Buku ini mengajarkan dan mengingatkan bahwa apapun masalah yang dihadapi jangan lupakan Sang pencipta libatkan Allah dalam setiap langkahmu, kamu tidak akan merasa sendiri jika ada Allah di dalam hatimu.
ADVERTISEMENT
Penulis juga mengajarkan untuk jangan terlalu cepat berburuk sangka dan yakinlah bahwa pilihan Allah sudah pasti yang tebaik, Ikhlaskan apapun keadaannya karena Allah tahu perasaan hamba-Nya dan jalan keluar terbaik sudah dipersiapkan. Dan yakinlah bahwa setelah kesedihan akan datang kebahagiaan, tetapi ada iman yang tetap harus dijaga.
Akhir dari buku ini terdapat pesan tersirat yaitu ketika Allah hadirkan hidayah untuk mengetuk pintu hati, sambut hidayah itu, karena hidayah adalah bentuk cinta kasih Allah terhadap hamba-Nya. Kisah yang diangkat sangat relevant dengan hidup kebanyakan orang sehingga buku ini terkesan sangat memotivasi.
Dari buku yang luar biasa ini dapat disimpulkan bahwa sesulit apapun keadaannya, jangan mudah berputus asa. Pertolongan Allah selalu hadir untuk hamba-Nya yang senantiasa berdoa dengan ikhlas dan sabar. Ketika bahagia hadir, jangan pernah untuk berbalik arah. Tetaplah istiqamah dengan ketaatan dan jadikan surga sebagai tujuan akhir yang istimewa.
ADVERTISEMENT
Buku self reminder kehidupan! must-read untuk orang-orang yang sedang merasa hampa dan merasa jauh dari sang pencipta, agar semakin kuat langkah kaki dan juga jiwa kita!
pict by pixabay