Apresiasi Sastra pada Cerpen "Ia Melagu Merdu Sekali" Karya W.S. Rendra

Rizkyana Azelia
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2022 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizkyana Azelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Ia Melagu Merdu Sekali” merupakan salah satu cerpen yang terdapat pada buku kumpulan cerpen Kenang-Kenangan Seorang Wanita Pemalu. Cerpen ini bertemakan permasalahan sosial, yaitu kemiskinan. Kemiskinan ini dialami oleh tokoh utama pada cerpen ini, yaitu Somad. Somad merupakan anak kecil berusia 10 tahun. Tokoh Somad memiliki sifat pekerja keras, mandiri, dan baik hati. Sifat kerja keras pada Somad digambarkan dengan usahanya yang harus bekerja untuk makan. Dalam cerpen digambarkan bahwa untuk makan Somad harus mendatangi banyak tempat untuk sekadar meminta sisa makanan atau terkadang dengan menjual puntung rokok, hal ini digambarkan dalam kalimat “Kadang-kadang kalau menjumpai puntung rokok, dipungutnya dengan girang. Kalau terkumpul banyak, dapat dijual kepada seorang temannya”. Sifat mandiri pada Somad dapat tampak pada usahanya untuk bertahan hidup sendirian karena sudah tidak memiliki orang tua lagi. Hal ini dipertegas pada kalimat “Somad adalah anak kecil yang amat miskin. Ia baru berumur 10 tahun. Tiada berumah dan tiada berorang tua lagi”. Meskipun Somad hidup dalam kemiskinan, tetapi dia tetap memiliki sifat baik dengan bersedia memberikan sisa makanannya pada seorang kere tua.
ADVERTISEMENT
Tokoh selanjutnya adalah para pedagang di dalam Pasar Singosaren. Para pedagang ini memiliki sifat pelit, hal ini secara jelas dituliskan dalam kalimat “Pedagang-pedagang di dalam Pasar Singosaren sudah ternama kikirnya”. Lebih rinci, sifat pelit para pedagang tergambarkan melalui dialog-dialog yang dilontarkan untuk mengusir Somad, contohnya “Pergi! Lain kali saja datang”. Namun, masih ada satu pedagang yang memiliki sifat baik yaitu dengan memberikan daging pada Somad walaupun daging yang diberikan merupakan daging yang sudah tidak layak untuk dimakan. Tokoh selanjutnya ada Pedagang Jamu yang memiliki sifat pandai dan Teman Somad yang memiliki sifat suka mencuri. Kemudian yang terakhir adalah tokoh Kere Tua. Kere tua memiliki sifat penyayang dan perhatian. Hal ini digambarkan oleh kepeduliannya saat Somad sakit melalui dialog “Ah, ayolah, Nak, kita tidur saja. Mari kita cari tempat untuk tidur di dalam pasar. Nanti kau akan kudongengi sebuah dongeng yang amat menarik hati”.
ADVERTISEMENT
Latar tempat pada cerpen ini kebanyakan berada di Pasar Singosaren atau Pasar Pon karena di pasar ini lah Somad mencari makan dengan meminta-minta dari satu kedai ke kedai yang lain atau dengan cara menjual puntung rokok. Di pasar ini juga Somad tidur hingga wafat karena ia tidak memiliki rumah. Latar waktu yang tergambar dalam cerpen ini adalah pagi hari, hal ini secara tersirat dituliskan dalam kalimat “Namun, hari belum lagi pukul setengah sembilan. Restoran-restoran Tionghoa belum dibuka…”. Selain itu, latar waktu pagi hari juga terdapat saat Somad meninggal dunia yang tersirat dalam kalimat “Sampai datang sinar matahari pagi, kere tua bangun. Dia terkejut, Somad tak bergerak-gerak”. Latar waktu lainnya adalah sore hari saat Somad bermain-main di depan gedung bioskop dan malam hari saat Somad dan Kere Tua tidur di dalam pasar. Suasana pada cerpen ini pun didominasi oleh suasana yang menyedihkan. Suasana menyedihkan ini tergambarkan oleh Somad yang selalu diusir ketika menyusuri kedai untuk mencari makanan, terlebih Somad hanyalah seorang anak berusia 10 tahun yang hidup sebatang kara.
ADVERTISEMENT
Cerpen “Ia Melagu Merdu Sekali” menggunakan alur maju. Pada cerpen ini cerita yang disampaikan secara kronologis yang dimulai dari tahap pengantar cerita yaitu kisah hidup Somad sampai dengan tahap penyelesaian cerita yaitu akhir kisah hidup Somad. Adapun sudut pandang yang digunakan pada cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga karena cerpen ini diceritakan oleh penulis yang berada di luar cerita. Akhirnya cerpen ini memberikan amanat yang dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca untuk selalu bersyukur terhadap apa yang kita punya dan untuk selalu bekerja keras dan tidak mengandalkan bantuan dari orang lain.
“Ia Melagu Merdu Sekali” merupakan cerpen karya W.S. Rendra yang terbit pada tahun 1954. W.S. Rendra merupakan seorang penyair dan dramawan terkemuka di Indonesia. W.S. Rendra juga memiliki julukan “Si Burung Merak” dan dikenal sebagai pendiri Bengkel Teater yang menghasilkan banyak seniman. Selain kegiatannya dalam menulis naskah dan bermain drama, W.S. Rendra juga menulis cerpen yang diterbitkan dalam berbagai majalah, contohnya majalah Kisah. W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo). Oleh karena itu, dalam cerpen “Ia Melagu Merdu Sekali” menggunakan latar tempat yaitu Pasar Singosaren yang berada di Solo. Selain itu, karya-karya dari W.S. Rendra banyak mengangkat persoalan rakyat kecil atau fenomena sosial. Hal ini juga yang menyebabkan cerpen “Ia Melagu Merdu Sekali” memiliki tema kemiskinan yang merupakan fenomena sosial yang kerap menimpa rakyat kecil.
ADVERTISEMENT
Walaupun cerpen ini tidak memiliki cerita dan konflik yang panjang, tetapi cukup menguras emosi pembaca. Emosi sedih dan marah timbul ketika membaca cerpen ini. Emosi sedih timbul karena keprihatinan pada Somad yang merupakan anak kecil sebatang kara, tetapi harus bekerja keras menghidupinya sendiri. Selain itu, emosi marah pun timbul sebagai reaksi dari sikap para pedagang yang tidak memiliki belas kasihan terhadap Somad.
Sebuah karya ketika dibaca oleh orang lain, tentu menghasilkan perspektif yang berbeda-beda. Perbedaan perspektif itu yang kemudian menghasilkan penilaian kekurangan dan kelebihan pada suatu karya tersebut. Kekurangan cerpen ini yaitu kurangnya representasi judul dalam cerita yang diceritakan sehingga pembaca kesulitan memahami maksud dari melagu dengan merdu. Namun, cerpen ini memiliki kelebihan yaitu pembelajaran yang masih relevan dengan kondisi saat ini meskipun cerpen ini diterbitkan tahun 1954.
ADVERTISEMENT