Jalan Berliku TKW Hong Kong untuk Menjadi Sarjana

Rizki Kha.
Aku, Hong Kong, dan berbagai kisah diantaranya. Pejuang Saga (Sesdilu 63)
Konten dari Pengguna
1 April 2019 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Kha. tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi upacara wisuda (sumber: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi upacara wisuda (sumber: pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekolah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Umumnya kendala utamanya adalah kesulitan membagi waktu untuk belajar dan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Terutama buat mereka yang berprofesi sebagai pekerja rumah tangga di negeri orang. Namun, semangat untuk memperbaiki nasib menjadi modal utama bagi Dina, bukan nama sebenarnya, seorang pekerja migran Indonesia di Hong Kong untuk menjadi seorang Sarjana.
ADVERTISEMENT
"Bapakku cuma buruh tani dengan anak tiga, Bu. Lulus SMA gak punya biaya untuk lanjut sekolah. Daripada aku dikawinin di kampung, mending jadi TKW ke Hong Kong," ujar Dina.
Dina tiba di Hong Kong pada pertengahan tahun 2015, tidak lama setelah aku mulai bertugas di sana. Setahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga, Dina merasa ada kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. Berbagai kegiatan pelatihan dan pengembangan diri yang diselenggarakan oleh KJRI Hong Kong maupun lembaga lainnya sering ia ikuti, dan saking aktifnya, akhirnya kami bertemu.
Program peningkatan keterampilan memasak untuk PMI yang diselenggarakan oleh KJRI Hong Kong (sumber: KJRI Hong Kong)
Aku sering meminta Dina untuk membantu kegiatan kami disela-sela hari liburnya. Dina yang saat itu berusia 24 tahun adalah sosok wanita yang sangat aktif dan ceria, cocok dijadikan koordinator atau public relation untuk menggiring teman-temannya memeriahkan kegiatan yang kami laksanakan.
ADVERTISEMENT
Hari itu aku coba menghubungi Dina untuk meminta bantuannya dalam kegiatan pelatihan yang akan kami lakukan minggu depan. “Bu, minggu depan aku ada webinar (seminar online), aku lagi ikutan kuliah di UT (Universitas Terbuka), Bu. Tapi nanti aku tetep bantu kerahkan teman-teman ya,” jawab mantan wakil ketua OSIS SMA di daerah Tulungagung ini.
suasana kelompok belajar UT Hong Kong (sumber: facebook UT Pokjar Hong Kong)
Mendengar jawabannya, ada rasa haru dan bangga yang terlintas di dada. Dalam beberapa kali pertemuan, ia memang sempat mengungkapkan keinginannya itu. Hasrat menjadi sarjana yang lama ia pendam, karena harus membantu mengurus ekonomi keluarga. Belum lagi kewajibannya untuk membayar hutang biaya penempatan yang dikenakan oleh pihak agen di Hong Kong dan PJTKI di Indonesia. Setelah dua tahun bekerja, imipiannya itu akhirnya bisa terlaksana.
ADVERTISEMENT
Sejak diresmikan tahun 2014, Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Layanan Luar Negeri (UPBJJ-UT LLN) telah memberikan layanan pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualifikasi dan kapasitas pribadi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri. Hal ini termasuk teman-teman Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Hong Kong.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang pendidikan, nota kesepahaman antara Universitas Terbuka dan Kementerian Luar Negeri pun semakin memantapkan dukungan pemerintah terhadap pelayanan Pendidikan bagi WNI yang berada di luar negeri.
“Data terakhir per Februari 2019, total mahasiswa UT di luar negeri berada dikisaran 2.300 orang,” menurut Wakil Rektor Bidang Akademik UT, Mohamad Yunus, dalam acara Sarasehan UT dengan Atase Pendidikan pada bulan Februari lalu di Jakarta.
ADVERTISEMENT
suasana ujian UT Pokjar Hong Kong (sumber: KJRI Hong Kong)
Di Hong Kong sendiri tercatat terdapat sekitar 180 siswa aktif tiap tahunnya. Sejak tahun 2010, UT Kelompok Belajar (Pokjar) Hong Kong telah banyak mencatat Sarjana-sarjana di bidang studi Sastra Inggris, Administrasi Bisnis, Komunikasi, Hukum, Manajemen, dan Akuntansi.
“Jurusan Sastra Inggris bidang penerjemahan menjadi favorit teman-teman di Hong Kong. Dari 32 orang siswa yang mendaftar di UT awal tahun ini saja, sebagian besar memiliih jurusan itu,” ungkap Emy, narahubung UT Pokjar Hong Kong, yang aku hubungi beberapa waktu lalu.
Emy sendiri merupakan mantan pekerja rumah tangga di Hong Kong yang telah menyandang gelar Sarjana Sastra Inggris lulusan UT tahun 2016.
“Mantan UT Hong Kong sekarang sudah banyak yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di Indonesia, bahkan ada yang mengajar di sekolah internasional,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
upacara wisuda sarjana Universitas Terbuka di Jakarta (sumber: www.ut.ac.id)
Dengan sistem yang terbuka dan fleksibel, UT menghendaki siswanya untuk belajar atas prakarsa dan inisiatif sendiri. Bahan ajar yang telah disiapkan, memungkinkan para siswa untuk belajar mandiri dengan memanfaatkan teknologi. Demi menjadi sarjana, para pekerja migran di Hong Kong ini rela menggunakan waktu liburnya, tiap hari minggu untuk mengikuti webinar atau pokjar yang diorganisir secara mandiri.
“Lulusan UT Hong Kong bahkan ada yang maju jadi Caleg DPRD II di Ciamis loh, Bu. Hebat kan?!” klaim Emy dengan bangga, sebelum kami menutup pembicaraan kami via telepon sore itu.
Ratusan sarjana telah berhasil dicetak melalui program jarak jauh yang dikembangkan oleh UT di luar negeri. Kesempatan untuk memperbaiki nasib menjadi terbuka dengan lebar dengan adanya peluang ini. Tinggal seberapa besar keinginan masing-masing individu untuk mengubah nasib sendiri, yang akan menentukan jalan hidup di kemudian hari.
ADVERTISEMENT