Mala(h)petaka

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
27 Juli 2020 22:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Something to note: Make sure not to go too deep because on the right side there are two extremely fragile cables," kata seseorang di video tutorial di YouTube. Saya paham tapi malah lupa. Saya sodok-sodok sekenanya dan... "KRAK!"
ADVERTISEMENT
***
iPhone 8 saya difoto oleh Denia Oktaviani.
Tulisan kali ini tentang iPhone 8 milik saya. Produk keluaran Apple yang sesungguhnya sudah serbacukup untuk saya. Cukup nyaman digenggam pakai satu tangan—karena ukurannya yang kecil, cukup kencang, cukup keren.
Yang tidak cukup hanyalah satu: Waktu dipakai menelepon, suaranya tidak cukup besar. Suara lawan bicara terdengar keciiil sekali.
Sampai-sampai pernah saya diajari untuk menelepon pakai loud speaker—volume dikecilkan lalu ponsel ditaruh di telinga seperti biasa. Semenjak WFH, intensitas menelpon meningkat sehingga bergantung banget ke AirPods.
Suara kecil iPhone ternyata banyak dikeluhkan, terbukti banyak yang bertanya di Reddit dan sebangsanya.
Kira-kira solusinya ada tiga: Pertama, membersihkan lubang sepiker (di KBBI, speaker itu sepiker) yang bolong-bolong di atas layar; kedua, mengutak-atik software pengatur volume termasuk mengubah stereo jadi mono, atau mengganti speakernya.
ADVERTISEMENT
I've done the first two, nothing solved. Jadi Jumat lalu saya membongkar ponsel ini untuk mengganti si sepiker. Sebenarnya ini pembongkaran yang kedua karena yang pertama dilakukan sehari sebelumnya tapi gagal total soalnya saya malah membeli spare part sepiker untuk ponsel yang berbeda (hadehhh).
Dan karena ini pembongkaran yang kedua, maka saya sudah tidak lagi lihat tutorial di YouTube. Merasa hafal, jadilah jemawa. Dan bermula dari kebodohan ini malapetaka terjadi.
Saya benar-benar lupa kata-kata orang yang bilang there are two extremely fragile cables (seperti di paragraf satu) itu.
Begini adegannya: Saya sodok-sodok sekenanya dan... "KRAK!" Suara layar (LCD) iPhone terbuka dengan paksa. Olalaaa... ternyata dalam proses ini saya menyobek ribbon cable!
ADVERTISEMENT
(Ribbon cable itu semacam kabel pipih berwarna hitam. Kalau dilihat via mikroskop, di dalam kabel ini banyak komponen listriknya)
Padahal konstruksi iPhone sesungguhnya simpel, dan kuncinya adalah: Lepaskan layar dari badannya. Badan iPhone seperti sasis mobil ladder frame. Semua perangkat ditempel di situ.
Berbuat bodoh satu kali itu bisa dimaafkan. Sedangkan saya sudah berbuat bodoh berkali-kali, jangan-jangan malah itu passion saya. Sudah ribbon cable rusak, spare part sepiker yang saya beli pun enggak berdampak apa-apa. Suara tetap kecil.
Hal terakhir yang bikin saya hampir menyerah adalah muncul tulisan ini waktu ponsel dinyalakan: TOUCH ID - unable to activate Touch ID on this iPhone.
Touch ID itu bahasa Apple untuk menyebut home button. Itu lho, tombol bulat besar di bawah layar. Saya pencet-pencet dan benar saja, ia bergeming seperti mayat.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, saya datangi tukang servis iPhone. Katanya, ponsel saya bisa sembuh dengan cara mengganti seluruh layarnya (karena ribbon cable itu menyambung dengan layar). Ya, sudah. Mau bagaimana lagi.
Enggak sampai setengah jam, layar baru terpasang. Home button pun berfungsi kembali. Dan, pembaca yang budiman, ternyata volume sepiker tiba-tiba besar dan normal. Saya menduga lubang sepiker di layar selama ini hanya tersumbat kotoran.
Oh, ya. Kata tukang servisnya, "Hati-hati ya, iPhone ini sudah dibongkar jadi enggak bakal water resistant lagi." Ah, sudahlah, namanya juga anak muda.