Batu Bersurat, Tanda Masuknya Islam di Malaysia

Risna Marista
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 20:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Risna Marista tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-kuil-di-atas-langit-berawan-326716/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-kuil-di-atas-langit-berawan-326716/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada beberapa pandangan atau hipotesis mengenai masuknya islam ke Malaysia yang sangat bervariasi karena tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia. Azmi (Dalam Sejarah Islam Asia Tenggara,2014: 111) misalnya, berpendapat bahwa Islam datang pertama kali ke Malaysia sejak abad ke 7 M. pandangan tersebut berdasarkan sebuah argumen bahwa pedagang Arab Islam sudah sampai ke gugusan pulau-pulau Melayu, di mana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya.
ADVERTISEMENT
Hipotesis lain dikemukakan oleh Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali di sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu Bersurat di Terengganu yang bertanggal 702H (1303M). Batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisinya, memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. Namun beberapa hipotesis yang dikemukakan tersebut masih kurang kuat untuk membuktikan, karena ada bukti yang lebih kuat dimana pada pada abad ke-3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan itu tertulis nama Syeikh Abdul Qadir ibn Husain Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan, Syeikh Abd al-Qadir adalah seorang da’i keturunan Persia. Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke-3 H (10 M).
ADVERTISEMENT
Di Malaysia, penduduknya terdiri dari beragam etnis dan agama. Sensus nasional tahun 2000 mencatat etnis Melayu berjumlah 65,1% dari seluruh jumlah penduduk. Sisanya terdiri dari 26% Cina; kira-kira 6.9 persen India; dan 2 persen lain-lain. Bicara soal agama, Islam merupakan agama mayoritas di negeri jiran tersebut. Survey yang dilakukan oleh Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life menyebutkan bahwa Muslim Malaysia berjumlah 16.581.000 jiwa, atau 60.4% dari total penduduknya. Sementara sisanya 19,2% memeluk Buddha, 9 % beragama Kristen, 6,3% Hindu, dan sekitar 2,6% saja yang memeluk agama Tionghoa tradisional. Sisanya memeluk agama yang lainnya, termasuk juga di dalamnya aliran kepercayaan (animisme), agama rakyat, Sikh, dan keyakinan yang lainnya. Kuatnya nuansa dan etos Islam di Malaysia dapat ditunjukkan dengan melihat kenyataan bahwa dibandingkan dengan sejumlah negara yang punya jumlah penduduk Muslim dan non-Muslim yang hampir seimbang, hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada simbol-simbol, lembaga dan pengamalan Islam. Dalam perkembangan terakhir, dukungan pemerintah terhadap Islam dapat dilihat dari pembangunan secara besar-besaran pusat Islam di Putrajaya, serta intensifikasi program-program dan kegiatan keislaman melalui lembaga itu. Abdullah Ahmad Badawi yang menjabat sebagai Perdana Menteri sejak tahun 2004 menggantikan Mahatir Muhammad juga tak ketinggalan dalam menyuarakan pesan-pesan Islam. Hal ini dapat ditunjukkan dari konsep pembangunan masyarakat agamis yang digagasnya, yang dikenal dengan istilah “Islam Hadhary”.
ADVERTISEMENT
Referensi : Helmiati. 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.