news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Semua Pendemo Kendeng Pulang Setelah Bu Patmi Meninggal Dunia

21 Maret 2017 14:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kayu sisa pasung cor semen warga Kendeng (Foto: Rosa Panggabean/ANTARA)
Patmi (48), seorang peserta demo menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, meninggal dunia akibat serangan jantung. Semua pendemo yang beraksi di Jakarta sejak 13 Maret lalu, akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
"Pagi ini jenazah almarhumah Bu Patmi dipulangkan ke desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan di desanya. Dulur-dulur kendeng juga langsung pulang menuju Kendeng," ujar Muhamad Isnur dari YLBHI dalam siaran pers yang diterima kumparan (kumparan.com), Selasa (21/3).
Padahal sebelumnya, Senin (20/3) malam, mereka tengah menyusun strategi untuk mengubah cara karena merasa tak puas dengan hasil audiensi bersama pemerintah.Aksi lanjutan rencananya diikuti oleh 9 orang, sedangkan warga lainnya mudik termasuk Patmi.
Wajah sedih petani Kendeng saat melakukan aksi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Cor kakinya dibuka semalam, dan persiapan untuk pulang di pagi hari," kata Isnur.
Namun pada Selasa (21/3) sekitar pukul 02.30 WIB, Patmi mengeluh tak enak badan, lalu kejang dan muntah-muntah. Patmi kemudian dibawa ke RS St Carolus, Salemba, namun di perjalanan Patmi meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
"Kami segenap warga yang ikut menolak pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng berduka atas kematian Bu Patmi dalam aksi protes penolakan di seberang Istana Presiden ini," ujar Moh Sobiri, salah satu perwakilan warga yang demo.
"Kami juga ingin menegaskan kekecewaan kami yang mendalam terhadap tumpulnya kepekaan politik para pengurus negara, termasuk pengingkaran tanggung-jawab untuk menjamin keselamatan warga dan keutuhan fungsi ekologis dari bentang alam pulau Jawa, khususnya kawasan bentang alam karst Kendeng," tegas Sobiri.
Wajah sedih petani Kendeng saat melakukan aksi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)