Segelas Air saat Terjaga

Rina Anita Indiana
Universitas Bhayangkara Surabaya. Brevet ABC Perpajakan. Bersertifikat Konsultan Pajak B. Kuasa Pengadilan Pajak.
Konten dari Pengguna
22 September 2021 13:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rina Anita Indiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : freepik
zoom-in-whitePerbesar
sumber : freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bapakku pendiam. Suaranya jarang terdengar. Rumah sering berisi hanya monolog ibuku dan keributan dari kami berempat, anak-anaknya. Bapakku mungkin seperti ayah Ikal yang digambarkan Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi. Posturnya tinggi besar. Tangannya juga kasar dan menghitam khas pekerja lapangan yang lebih banyak dipanggang matahari daripada duduk di dalam ruangan teduh.
ADVERTISEMENT
Saat kecil aku punya kebiasaan yang, entah aneh entah unik. Saat terbangun di malam hari karena haus aku selalu memanggil bapak.
“Bapak, haus,” seruku. Kalau dipikir-pikir sekarang, betapa manjanya. Aku tentu bisa mengambil sendiri.
Bapak selalu bangun lalu mengambilkan segelas air. Hal itu berlangsung mungkin sampai aku berumur sepuluh tahun. Sebuah kebiasaan yang terkenang begitu manis dalam memoriku. Semacam ingatan bahwa bapakku selalu ada saat aku membutuhkan.
“Ma, tolong ambilkan minum,” seru anakku di malam hari.
Aneh sekali. Aku tidak mengajarinya men-copy aku. Aku juga tidak pernah menceritakan hal itu. Entah bagaimana mereka bisa melakukan persis seperti aku.
Dan seperti apa yang dilakukan bapakku, aku selalu mengambilkannya minum. Walaupun seharusnya aku bisa siapkan botol kecil di samping tempat tidurnya, atau mengajari mengambil sendiri minumnya. Tapi tidak.
ADVERTISEMENT
Semacam ada rasa sentimental. Semacam ada harapan, anakku akan mengingat segelas air itu sampai saat mereka dewasa nanti. Seperti aku mengingat bapakku sampai sekarang.
Orang tua tentu saja tidak hanya memberikan kebaikan, tapi juga kasih sayang. Menjadi sebuah kisah manis yang terus berlanjut dari Adam hingga akhir dunia nanti.
Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.