Kala Ngabuburit Diserbu Kaum FOMO

Rifka Firzanah Rahmasari
Mahasiswa aktif Untag Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, prodi Ilmu Komunikasi.
Konten dari Pengguna
14 April 2023 19:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifka Firzanah Rahmasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah warga menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat muslim karena menjadi bulan yang diturunkannyaAl-Quran sebagai pedoman umat muslim dalam mendapatkan hidayah dan petunjuk dari-Nya. Umat muslim menyambut bulan suci dengan berpuasa yaitu menahan rasa dahaga dan lapar serta tutur perilaku. Dengan berpuasa umat muslim dapat mencapai derajat takwa atau kesadaran diri bahwa Allah SWT selalu hadir bersama umat muslim dan mengawasi perbuatan kita.
ADVERTISEMENT
Nuansa Ramadhan 1444 H Kembali dirayakan pada bulan Maret hingga April 2023, masyarakat Surabaya kembali menikmati suasana Ramadhan setelah adanya pandemi COVID-19. Di dalam bulan berpuasa masyarakat umat muslim memiliki kegiatan atau tradisi seperti membangunkan sahur, buka bersama, Itikaf di Masjid, dan Ngabuburit atau mencari takjil.
Namun bulan puasa kali ini sedikit lebih berbeda dengan puasa sebelumnya, karena kita telah beranjak ke dalam perkembangan teknologi. Masyarakat Indonesia terutama anak muda sekarang mudah digandrungi oleh Sosial Media salah satunya yaitu aplikasi TikTok.
Dengan Aplikasi TikTok semua orang bisa membuat konten dan melihat konten berupa video yang sedang trending pada era sekarang. Hal ini dapat berdampak pada aspek sosial salah satunya yaitu FOMO (Fear Of Missing Out) sebagai kekhawatiran ketika orang lain memiliki pengalaman yang lebih memuaskan/berharga dan dicirikan dengan adanya dorongan untuk selalu terhubung dengan orang lain (Przybylski, Murayama, Dehaan dan Gladwell (2013)).
ADVERTISEMENT

FOMO dan Budaya dalam Ramadhan

Sumber: Penulis pada saat Observasi
Pasar malam Kodam Surabaya merupakan salah satu tempat destinasi kuliner Ngabuburit atau mencari takjil yang sedang ramai pada Sosial Media seperti TikTok pada saat Ramadhan. Banyak sekali yang datang pada pasar malam tersebut, namun setelah diperhatikan lebih dalam ternyata rata-rata pengunjung dari pasar malam Kodam Surabaya ini merupakan anak muda. Sehingga hal ini mempengaruhi aspek segi pemasaran kuliner pada pasar malam Kodam Surabaya.
Rata-rata pedagang menjual makanan dan minuman yang disukai oleh anak muda seperti Korean Food, Japanese Food, makanan viral dari Prancis seperti Mille Crepes dan lain sebagainya. Yang sebagaimana akhir-akhir ini viral pada Sosial Media TikTok, TikTok yang menyuguhkan konten video dengan penjelasan informasi yang mudah dipahami, serta menggunakan lagu trending saat ini. Hal ini lah yang membuat Sosial Media TikTok memiliki jumlah unduhan tinggi pada PlayStore.
ADVERTISEMENT
Faktanya dikarenakan didukung oleh faktor FOMO anak muda yang takut dalam ketinggalan momen saat melihat konten di dalam sebuah sosial media TikTok sehingga dapat mengubah arus ide penjualan bagi para pedagang. Di sekeliling pasar malam Kodam Surabaya kuliner makanan dan minumannya tidak sevariatif seperti dulu. Dari seberang ke seberang yang lain, dari sebelah ke sebelahnya lagi terdapat pedagang yang berjualan dengan produk sama.
Menurut JWT Intelligence (2012) FOMO dipengaruhi oleh enam faktor pendorong yaitu keterbukaan informasi di media sosial, usia, social one-upmanship, topik yang disebar melalui hashtag, kondisi deprivasi relatif, dan banyaknya stimulus untuk mengetahui informasi.
Dengan adanya rasa kecemasan yang dialami individu dapat mempengaruhi keadaan sosial, dalam sisi sudut pandang pedagang yang harus mengikuti tren makanan atau minuman viral pada Sosial Media sehingga hal ini membuat pedagang lain berpikir hal yang sama dan menyebabkan penjualan yang sama maka yang terjadi akan pengurangan pemasukan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari sisi sudut pandang pembeli Individu akan cenderung memaksakan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan sesuatu yang viral dengan mewajibkan diri untuk mengecek Sosial media dan posting ke dalam Sosial media untuk menunjukkan eksistensinya. Esensi yang berkurang dalam budaya ngabuburit atau mencari takjil pada bulan Ramadhan ialah esensi kebersamaan, rasa syukur dalam berbuka, dan berbagi bersama.

Apakah individu harus memiliki pendirian?

Sumber: Penulis pada saat Observasi
Dari fenomena sosial ini menunjukkan bahwa perilaku atau sifat dapat membuat perubahan pada sekitarnya. Hal ini dikarenakan dampak dari FOMO. Berdasarkan KBBI arti kata ‘Pendirian’ adalah pendapat atau keyakinan yang dipakai tumpuan untuk memandang atau mempertimbangkan sesuatu. Dengan memiliki sifat pendirian yang kuat seseorang individu tidak akan mudah terpengaruh oleh sesuatu hal yang membawanya ke dalam dampak negatif.
ADVERTISEMENT
Budaya ngabuburit atau mencari takjil pada bulan Ramadhan memang tidak mudah menghilang, namun kita tidak cukup hanya menikmati esensi bulan Ramadhan ini pada sesuatu yang sedang viral karena tujuan dari adanya puasa ialah mendekatkan diri dengan Allah SWT. Menikmati bulan Ramadhan tidak harus dengan memaksakan diri untuk terlibat dalam sebuah Sosial Media.
Mengekspresikan diri dengan eksistensi memang hak bagi setiap orang, namun akan lebih baik apabila tidak menghilangkan makna bulan Ramadhan. Tidak mendoktrin orang lain untuk mengikuti hal yang terkesan memaksa.