Dampak Buruk Asupan Gula pada Remaja: Ancaman Tersembunyi di Balik Kelezatannya

Rifa Naila Rizki
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki ketertarikan besar pada musik, game, sejarah, sosial, ekonomi dan karya fiksi.
Konten dari Pengguna
26 Desember 2023 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifa Naila Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piring-kreatif-hidangan-7144377/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piring-kreatif-hidangan-7144377/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gula merupakan pemanis alami yang banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari, mulai dari minuman ringan hingga makanan penutup yang lezat. Remaja saat ini cenderung banyak mengonsumsi gula terutama karena kebiasaan makan yang tidak sehat. Gula membuat makanan menjadi lebih enak, namun asupan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan remaja. Artikel ini akan membahas dampak negatif gula pada remaja modern, dengan fokus pada kesehatan.
ADVERTISEMENT
Masalah Obesitas dan Berat Badan
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-orang-tangan-air-4728875/
Salah satu dampak negatif utama dari asupan gula berlebihan pada remaja adalah peningkatan risiko obesitas dan masalah berat badan. Gula, terutama gula yang terdapat pada minuman manis dan makanan olahan, dapat menyebabkan penambahan berat badan secara signifikan. Mengonsumsi gula dalam jumlah besar dapat merangsang pelepasan insulin, hormon yang terlibat dalam penyimpanan lemak. Selain itu, makanan tinggi gula seringkali rendah serat, sehingga remaja cepat merasa lapar saat memakannya dan cenderung makan lebih banyak.
Konsumsi makanan yang lebih banyak atau bahkan berlebihan dapat meningkatkan obesitas pada tubuh manusia. Terlebih lagi, saat ini banyak makanan yang memiliki raza lezat dan tampilan yang menarik tetapi tidak mengandung zat yang baik di dalamnya. Teknologi pangan telah mampu membuat makanan-makanan sintetis, menciptakan berbagai macam zat pengawet makanan dan minuman, zat aditif serta zat-zat flavor. Merebaknya minuman ringan ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia (Tania, 2016).
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dapat menarik para remaja untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi tidak sesuai dengan keperluan tubuhnya. Asupan serat yang rendah dapat menyebabkan gizi lebih, karena mereka cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak yang lebih mudah dicerna dan dibandingkan serat (Setyawati & Eti Rimawati, 2016). Akibatnya, kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyerang mereka.
Gangguan Metabolisme dan Resistensi Insulin
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-muda-dengan-pakaian-tidur-menderita-sakit-kepala-di-pagi-hari-3771115/
Asupan gula berlebih juga dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan resistensi insulin pada usia muda. Insulin adalah hormon yang membantu tubuh menggunakan glukosa (gula darah) untuk energi. Namun, mengonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan sekresi insulin berlebihan. Hal ini membuat sel-sel tubuh kurang responsif terhadap insulin, suatu kondisi yang disebut resistensi insulin.
ADVERTISEMENT
Resistensi insulin dapat menyebabkan keajadian penebalan dan pengerasan dinding arteri yang dinamakan “Aterosklerosis”. Aterosklerosis juga berisiko menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah tepi. Jika para di usia remaja sudah terserang penyakit tersebut, mungkin masa depan mereka dapat terganggu jika tidak ditangani secepatnya.
Kebiasaan Makan Tidak Sehat
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-dua-hamburger-534285/
Asupan gula berlebih pada remaja juga dapat memicu kebiasaan makan yang tidak sehat. Makanan tinggi gula seringkali rendah nutrisi dan serat, yang penting untuk tumbuh remaja.
Kebiasaan makan yang buruk pada masa remaja dapat bertahan hingga dewasa dan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung dan diabetes.
Kesimpulan
Gula memang dapat membuat makanan lebih terasa lezat jika dikonsumsi. Namun, makanan dengan gula yang tinggi dapat membuat rasa puas tidak maksimal dalam konsumsinya. Dengan ketidakpuasan yang ada, para konsumen terutama remaja berpotensi lebih sering menambah porsi konsumsinya. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit menyerang generasi muda dan mengancam masa depan mereka.
ADVERTISEMENT
Karena itu, mengingat permasalahan kesehatan yang dihadapi remaja saat ini, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif asupan gula. Generasi muda perlu dididik tentang pentingnya mengonsumsi makanan seimbang dan membatasi asupan gula tambahan. Selain itu, dukungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat juga berperan dalam mengatasi permasalahan kesehatan pada remaja, terutama yang disebabkan karena konsumsi gula.
Daftar Pustaka
Setyawati, V. A. V., & Eti Rimawati. (2016). POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SERAT SEBAGAI FAKTOR GIZI LEBIH PADA REMAJA. 3(1), 275–284. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/16792
Tania, M. (2016). Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, IV(1), 20–21. https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/403/306