CERPEN "Sayap Kebanggan"

Ridlo Nur Rohmah
mendidik dan berkarya
Konten dari Pengguna
17 Maret 2017 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ridlo Nur Rohmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SAYAP KEBANGGAANKU
Ketika langkah kecil kulangkahkan, disaat gapaian tangan kuulurkan, disaat senyum kebahagiaan datang, ku membuka kehidupan baruku. Kehidupan yang aku inginkan, kehidupan yang aku harapkan, kehidupan yang aku banggakan dimasa tuaku nanti. Ku mencoba untuk mendapatkan kehidupan yang aku inginkan dengan tangan kerasku. Dan tak kusangka aku bisa melahirkan kehidupan baruku. Dunia itu adalah DUNIA BULUTANGKIS.
ADVERTISEMENT
Suatu hari aku mencoba untuk bergabung kesebuah komunitas dikotaku, komunitas PEDULI BULUTANGKIS. Terselip difikiranku aku bisa mengikuti lomba dikota atau bahkan lomba diluar kota. Akan tetapi semua berkata lain. Setelah aku bergabung ternyata komunitas itu hanyalah para sukarelawan yang membantu mengajar pendidikan disebuah desa terpencil. Desa yang penuh keprihatinan tentang pendidikan.
Kecewa sangat terbesit dihatiku, aku berharap, aku bisa bermain bulutangkis dikomunitas ini, dan aku bisa memulai dunia baruku. Akan tetapi tidak ada rasa penyesalan didalam diriku, bahkan aku bahagia bisa menjadi salah satu anggota dari mereka. Aku bisa menyalurkan ilmuku melalui komunitas ini. Selain mereka menjaddi sukarelawan, mereka adalah mantan atlet bulu tangkis yang sudah mengibarkan sayapnya didunia internasional. Sungguh hebatnya mereka.
ADVERTISEMENT
“Tak mudah untuk masuk dunia ini. Walaupun persaingan zaman dulu masih terbilang sedikit dibanding sekarang, tapi tetap saja beban berat yang kami rasakan”. Ucap salah satu altet, ketika aku bertanya tentang pengalaman mereka. Rasa penasaranku bertambah ketika ada salah seorang laki-laki berambut setengah kriting bergabung dalam obrolanku. “Banyak suka duka yang kami rasakan ketika kita bermain. Sukanya kita bisa menambah teman, berolahraga, dan memukul shuttlekok kearah lawan, sedangkan dukanya ketika kita harus melepas dunia itu.” Ucap laki-laki itu.
Tapi yang menambah aku penasaran lagi, mengapa memukul shuttlekok kearah lawan menjadi suka dari bulutangkis. Jawab darinya “ memukul shuttlekok kearah lawan adalah poin terbaik bagi seorang atlet bulutangkis, karena itulah yang menjadi penyemangat kita bahwa kita memang hebat, kita pasti bisa menang, kita pasti bisa mendapat gelar atlet hebat. Itulah yang menjadi motivasiku untuk terus main dibulutangkis. Tapi aku harus berhenti dikala aku harus jatuh yang membuat kakiku cidera”.
ADVERTISEMENT
Perjuangan mereka memang tak sekecil tangan yang menggenggam, tak sekejap mata berkedip, tak semudah merobek kertas, tapi perjuangan mereka seperti berdiri diatas duri yang tajam, diatas jembatan yang rapuh. Mereka hanya berharap dunia itu tetap dapat menerbangkan sayap kebanggaan diatas langit dunia, memberikan senyuman kepada seluruh mata yang memandang.
Ucapan itulah yang memberi motivasi bagiku untuk berusaha meraih apa yang aku inginkan. Perkataan dalam hatiku “akulah yang akan menerbangkan sayap kebanggaan itu diatas langit dunia”.
Hari-hari aku jalani dengan mengikuti komunitas itu. Hari minggu atau hari libur selalu aku manfaatkan untuk bisa belajar bersama mereka, ditengah-tengah kesibukan mereka menyiapkan pembelajaran. Tak ada rasa bosan, tak ada rasa terganggu diwajah mereka ketika mereka mengajariku untuk bermain. Tak ada rasa lelah ketika aku terjatuh dan tak bisa memukul, karena mereka hanya menginkan aku bisa.
ADVERTISEMENT
Latihan yang selalu aku lakukan bersama mereka mengantarkan keberanianku untuk mengikuti lomba antar sekolah. Setiap langkah, setiap pukulan aku selalu mengingat ajaran dari mereka bahwa percaya dan yakin bahwa lapangan itu adalah milik kita, kerajaan kita yang akan kita singgahi. Dan itu semua mengantarkanku untuk mendapatkan juara harapan.
Ketika kumulai merebahkan tubuh diatas matras untuk melepas lelah, ku mendengar deringan telfon yang bertuliskan “kamu hebat, kamu juara. Jangan pernah bersedih ketika tak dapat juara yang kamu inginkan, jadikan setiap perlombaanmu sebagai dunia baru yang harus kamu perjuangkan”. Kiriman pesan yang disampaikan oleh salah seorang laki-laki yang menjadi guruku.
Rasa bahagia itu bertambah ketika kudisambut senyuman dari raut wajah orangtuaku, yang memberiku uluran tangan selamat. Doa mereka yang menjadi kekuatanku untuk berkiprah diduniaku yang baru.
ADVERTISEMENT
Tak kusangka dari lomba pertamaku, yang juga mengantarkanku mengikuti kejuaraan lomba diberbagai kota, yang membuatku mendapatkan banyak juara terbaik. Aku bisa menunjukkan bahwa aku mempunyai potensi yang baik.
Kesibukanku mengikuti kejuaraan diberbagai kota membuatku lama tak mengunjungi para guru hebatku di komunitas peduli bulutangkis. Langkahku ingin mendatangi mereka, rasa kangen mendapat bimbingan dari mereka. Setelah aku tiba, ternyata mereka menyambutku dengan penuh kebanggaan. Mereka memanggilku sang juara, sang atlet hebat. Aku hanya bisa tersenyum dan meneteskan air mata. Ternyata begitu banyak orang yang mendukungku, orang yang berharap aku menjadi juara.
Kusempatkan selalu untuk berkomunikasi dengan mereka ketika aku bisa bertemu seperti itu. Canda tawa inilah yang aku rindukan, nasehat-nasehat inilah yang aku harapkan. Ketika itu aku beranjak pergi dari gerombolan asik mereka. Aku duduk di rumah pohon yang mereka buat untuk melihat pemandangan disekitarnya.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba tepukan halus tangan tua dipundakku dari guruku yang mengagetkanku, bertanya “mengapa kamu sendiri disini ?”. Terselip pertanyaan yang kuucapkan “apa yang bapak rasakan ketika bapak sudah dapat meraih dunia kebanggaan bapak yaitu dunia bulutangkis ini, bahkan bapak bisa go internasional. Apa bapak merasa puas diri ?, apa bapak sudah merasa menjadi sangat hebat ?
Senyuman yang menyapaku pertama ketika aku selesai bertanya. Hanya bingung yang aku rasakan pada saat itu, karena guruku hanya diam dan tersenyum.
Jawaban itu akhirnya aku dengar “pastinya bangga donk, setelah sekian lama itu hanya menjadi cita-cita yang hanya diangan tetapi bisa bapak wujudkan. Apalagi bisa go internasional, itu menajadi kebanggan tersendiri bagi bapak. Tapi untuk pertanyaan kamu yang merasa puas dan merasa menjadi sangat hebat, bapak kembalikan kepada kamu sendiri. Kalau kamu bagaimana ? sekarang kamu sudah meraih kejuaraan nasional.”
ADVERTISEMENT
Saat pertanyaan itu dikembalikan kepadaku, aku hanya bisa diam. Lalu aku ungkapkan isi hatiku yang sebenarnya. “ Tidak ada kata puas disetiap juara yang saya dapatkan, akan tetapi saya menggunakan kalimat saya hebat untuk motivasi saya sendiri. ---------