Diplomasi Taylor Swift di Asia Tenggara: Benefisiasi atau Eksploitasi

Renny Rosa
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia
Konten dari Pengguna
18 April 2024 10:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renny Rosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Taylor Swift di The Eras Tour. Foto: SUZANNE CORDEIRO / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Taylor Swift di The Eras Tour. Foto: SUZANNE CORDEIRO / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konser Taylor Swift yang bertajuk “Eras Tour” bukan sekedar series konser artis pop pada umumnya. Taylor telah melakukan tur di berbagai wilayah negara, namun yang menjadikan Eras Tour menjadi lebih menarik untuk dibahas adalah bagaimana konser ini berdampak pada hubungan diplomatik dan negosiasi di kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Singapura sebagai tuan rumah untuk konser Taylor Swift yang berlangsung dari tanggal 2-9 Maret 2024 telah melakukan negosiasi yang cukup panjang, laporan menunjukkan kesepakatan senilai $3 million per show untuk hak eksklusivitas konser tersebut.
Negosiasi ini juga mencakup klausul eksklusivitas yang melarang Taylor untuk melakukan konser di negara lain di Asia Tenggara selama turnya. Hal tersebut menunjukkan bagaimana Singapura mampu memanfaatkan kehadiran bintang dunia seperti Taylor Swift sebagai peluang bisnis dan meningkatkan pendapatan negara.
Diplomasi budaya adalah alat penting dalam hubungan global, dan mengamankan acara penting dapat meningkatkan prestige dan citra internasional suatu negara. Dalam hal Ekonomi, konser yang dibawakan oleh artis-artis besar internasional seperti Taylor Swift dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap negara tuan rumah, sehingga mendorong peningkatan pariwisata dan belanja daerah.
ADVERTISEMENT
Konser Taylor Swift juga memberikan keuntungan bagi sektor lain seperti penerbangan dan perhotelan. Peningkatan jumlah pengunjung yang datang untuk konser dapat meningkatkan permintaan akan penerbangan dan akomodasi di Singapura. Sementara itu, manajer umum Trip.com Singapura Edmund Ong mencatat total volume pemesanan melalui platform-nya melonjak 275 persen selama periode konser Taylor Swift, dibandingkan dengan periode dari 15-23 Maret 2024.
Edmund mengatakan penerbangan masuk ke Singapura meningkat 186 persen, pemesanan akomodasi melonjak sekitar 460 persen, dan pemesanan objek wisata dan tur meroket 2.373 persen. Direktur penelitian Makroekonomi Maybank, Erica Tay, menyatakan konser Taylor Swift di Negeri Singa bisa mendongkrak pemasukan dari sektor pariwisata sekitar 350 hingga 500 juta dolar Singapura (senilai Rp4,08 sampai Rp5,83 triliun).
ADVERTISEMENT
Reaksi dari negara-negara tetangga menggarisbawahi bagaimana acara budaya dan hiburan berkaitan dengan kebanggaan nasional dan kepentingan ekonomi. Eksklusivitas Singapura mengakibatkan hilangnya potensi manfaat ekonomi bagi negara-negara tetangga dan menimbulkan ketidakpuasan di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, terutama Thailand dan Filipina.
Thailand dan Filipina menyatakan ketidakpuasannya karena tidak diikutsertakan dalam jalur wisata tersebut. Penggemar Taylor di Filipina telah menunjukkan kekecewaan dan frustasi, mengingat popularitas Taylor Swift yang sangat besar di Filipina.
Dengan mempertimbangkan biaya perjalanan dan akomodasi, kesepakatan eksklusivitas berpotensi membatasi kemampuan banyak penggemar untuk menyaksikan konser tersebut. Anggota parlemen Filipina Joey Salceda secara terbuka mengkritik kesepakatan eksklusif Singapura dengan Taylor Swift, ia menyatakan keprihatinan bahwa perjanjian tersebut tidak adil bagi penggemar Filipina.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengisyaratkan kemungkinan memprotes perjanjian tersebut secara resmi. Sedangkan reaksi di Thailand, serupa dengan Filipina, sebagian besar bersifat kritis. Laporan media dan opini publik menyoroti perasaan terkucilkan dan kecewa, menekankan bahwa kesepakatan eksklusivitas seperti itu dapat mendorong kesenjangan regional.
Pemerintah Singapura dan lembaga-lembaga yang terlibat membela eksklusivitas tersebut, dengan alasan bahwa manfaat ekonomi dan publisitas dari penyelenggaraan acara penting tersebut lebih besar daripada kerugiannya. Mereka menyebut logistik, infrastruktur, dan kemampuan memberikan subsidi sebagai alasan mengapa Singapura dipilih sebagai lokasi eksklusif.
Bagi beberapa orang konser Taylor dapat memberikan potensi keuntungan atau benefit baik bagi negara maupun bagi Taylor khususnya dalam hal pendapatan. Kepopuleran Taylor mengantarkannya pada profit yang menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain bagi beberapa orang potensi negatif seperti kesenjangan sosial antar negara dan kesulitan finansial individual dalam menjangkau arena konser juga menjadi permasalahan. Konteks eksploitasi yang dimaksud adalah bagaimana Taylor dan Singapura memanfaatkan kelebihannya untuk meraup keuntungan yang lebih besar dengan kontrak eksklusifitasnya.
Kasus "Eras Tour" Taylor Swift di Singapura mengungkapkan keseimbangan antara diplomasi budaya dan kerja sama regional. Meskipun konser ini merupakan kemenangan bagi Singapura dalam hal modal ekonomi dan budaya, konser ini juga merupakan peluang yang terlewatkan untuk solidaritas regional dan berbagi pengalaman budaya di antara negara-negara Asia Tenggara. Situasi ini menjadi contoh menarik tentang hiburan dan diplomasi dapat bersinggungan, menciptakan skenario saat musik dan politik dimainkan pada panggung yang sama.
ADVERTISEMENT