Sinetron Indonesia, Netizen, dan Urgensi Tangan Dingin Generasi Kreatif

Rachmadila Adelia Putri
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
9 Juni 2023 11:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmadila Adelia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai kreativitas, sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki ide-ide kreatif. Hanya saja beberapa ide kreatif yang ditunjukkan seringkali tidak masuk akal. Salah satunya dalam dunia hiburan sinetron.
ADVERTISEMENT
Sering kali sinetron-sinetron Indonesia mendapat kritik keras dari warganet dengan beragam alasan seperti alur cerita yang semakin lama semakin tidak jelas, pendalaman karakter yang kurang memuaskan, pengambilan gambar yang kurang tepat, bahkan terkesan tidak niat.
Ya, meskipun tidak semuanya sinetron Indonesia seperti itu. Tetapi kebanyakan bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat di rentang usia 17-30 tahun yang sudah bisa menilai secara subjektif.
Sudah menjadi hal yang biasa jika kualitas sinetron selalu sama, menarik di awal membosankan di pertengahan. Rating yang bagus mempengaruhi panjang tidaknya sebuah sinetron.
Maka dari itu tidak perlu heran jika semakin panjang episodenya semakin ngawur dan berbelit-belit karena produser akan terus meminta sang penulis untuk merombak naskah dan membuatnya lebih panjang. Hal ini sepertinya sudah menjadi tradisi dalam persinetronan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit netizen Indonesia membandingkan kualitas sinetron Indonesia dengan drama asal Korea. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa di negara Indonesia banyak yang tergila-gila dengan drama korea atau drakor, khususnya pada anak-anak remaja hingga dewasa awal.
Mereka rela menghabiskan berjam-jam hanya untuk menonton drakor kesukaannya. Hal ini dituliskan pada situs databoks.katadata.co.id sekitar 46 persen penggemar drakor menonton selama 1,5 jam hingga 3 jam per sekali duduk.
Lalu 22 persen menonton di bawah 1,5 jam. Kemudian 21 persen responden yang menonton drakor selama 3-5 jam sekali duduk, dan terakhir ada sekitar 11 persen responden yang kuat menonton drakor hingga lebih dari 5 jam. Dapat disimpulkan bahwa mereka lebih gemar melihat drama korea daripada drama lokal.
ADVERTISEMENT
Bahkan akhir-akhir ini media sosial TikTok ramai membicarakan sinetron Indonesia yang dicap menjiplak drama Korea. Sinetron yang berjudul Miracle of Alea dinilai sebagai bentuk plagiat dari drama Korea berjudul Strong Girl Bong-Soon.
Argumen ini juga dibuktikan oleh salah satu akun TikTok dengan username @jongsuka yang menyandingkan adegan-adegan yang ada di Miracle Of Alea dengan adegan yang sama di drama Korea Strong Girl Bong-Soon.
Keduanya sama-sama memiliki pemeran utama perempuan dengan kekuatan super. Kemudian diceritakan si pemeran utama menahan sebuah mobil besar hanya menggunakan kedua tangannya. Beberapa akun TikTok lainnya pun melakukan hal yang serupa pada kedua judul berbeda negara tersebut.
Ternyata tidak hanya pada judul sinetron Miracle Of Alea saja, beberapa FTV dan sinetron lainnya pun melakukan hal yang sama, menjiplak dari drama Korea dengan dalih terinspirasi. Bahkan poster sinetron berjudul Magic 5 yang tayang di Indosiar malah plek-ketiplek dengan poster Meteor Garden versi Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia sangat membutuhkan penerus generasi bangsa yang kreatif dalam berbagai bidang, khususnya dalam dunia hiburan agar suatu saat negara Indonesia memiliki karya-karya yang bermutu dan berkualitas.
Tidak hanya mementingkan pemasukan tetapi juga memikirkan bagaimana karya-karya yang dihasilkan baik film, series, sinetron, dan karya-karya lainnya mampu bersaing secara global serta semakin dicintai oleh bangsanya sendiri karena untuk memajukan industri hiburan maka diperlukan perubahan.