Populasi Penduduk Jepang Menurun, Apa Saja Dampaknya?

Rangga Dede
Seorang Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga yang memyukai fotografi dan design
Konten dari Pengguna
3 April 2024 7:04 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangga Dede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : Aleksandar Pasaric (https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berjalan-di-jalan-antar-gedung-2385210/)
zoom-in-whitePerbesar
Source : Aleksandar Pasaric (https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berjalan-di-jalan-antar-gedung-2385210/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang merupakan salah satu negara yang maju di dunia dan asia, dengan berbagai teknologi yang tercipta dari jepang membuat ekonomi negara Jepang meningkat pesat pasca perang dunia 2 dimana negara Jepang mengalami kekalahan. Seiring dengan meningkatnya kualitas perekonomian di Jepang tentu akan memunculkan suatu permasalahan baru, dimana negara Jepang saat ini mengalami permasalahan sosial yaitu penurunan populasi penduduk Jepang.
ADVERTISEMENT
Penurunan populasi ini disebabkan oleh tingkat kelahiran anak yang minim dimana meningkatnya usia pernikahan di Jepang sehingga penurunan populasi terjadi. Fenomena menurunnya populasi yang diakibatkan rendahnya tingkat angka kelahiran ini disebut dengan Shoushika Mondai. Presentase kelahiran di Jepang sudah mulai menurun drastis setelah berakhirnya masa babyboom yang terjadi pada tahun 1947 sampai dengan 1949. Hal ini terjadi dikarenakan pada masa itu sedang proses bertumbuhnya ekonomi di negara Jepang sehingga menguatnya keinginan membatasi kelahiran, pada tahun 1948 ditetapkannya yuuseihogoho yaitu di legalkannya proses aborsi di Jepang.
Selain dikarenakan meningkatnya usia pernikahan d
i Jepang, semakin banyaknya anak muda yang enggan untuk menikah juga menjadi salah satu faktor menurunnya angka kelahiran di Jepang. Hal ini terjadi dikarenakan semakin mahalnya biaya untuk perawatan dan Pendidikan merupakan salah satu alasan para pemuda di negara Jepang memilih untuk menunda pernikahan atau bahkan enggan untuk melakukan pernikahan, menunda pernikahan disebut dengan Bankoka di Jepang sedangkan enggan menikah disebut dengan Minkoka. Pada tahun 1970 rata – rata pria menikah pada usia 27 tahun dan wanita menikah pada usia 24 tahun sedangkan pada tahun 2009 rata – rata pria di jepang menikah pada usia 30 tahun dan wanita menikah pada usia 28 tahun. Munculnya minkoka dan bankoka merupakan dampak dari majunya pendidikan di negara Jepang terhadap kaum perempuan yang menyebabkan kebanyakan Wanita di negara Jepang memilih untuk bekerja daripada menikah. Dengan bekerja akan mendapatkan upah sehingga dapat menunjang fiannsial diri sendiri tanpa memikirkan adanya tanggungan anak menjadi sebuah opsi yang menguntungkan.
Foto oleh RDNE Stock project: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-meja-tulis-kantor-bekerja-7845076/
Menurunnya angka kelahiran di negara Jepang semakin lama menjadi masalah yang sangat serius bagi keberlangsungan ekonomi di negara Jepang dimana kestabilan perekonomian di negara Jepang harus di pertahankan dan di lanjutkan oleh generasi selanjutnya, hal ini berkaitan dengan menurunnya jumlah pemuda di negara Jepang sehingga kurangnya penerus untuk mengurus perekonomian yang berlangsung di negara Jepang. Berkurangnya tingkat populasi anak muda di negara Jepang membuat meningkatnya jumlah populasi orang tua di Jepang, dimana hal ini menyebabkan masalah tersendiri di Jepang masalah ini disebut dengan 高齢化問題 “koreika mondai”. Jumlah lansia di Jepang menurut (Nagashima,1995:4) pada tahun 1950 dari 4,16 juta menjadi 14,89 juta pada tahun 1990 dan perkiraan pada tahun 2025 adalah 35,5 juta orang, selama 40 tahun jumlah lansia mengalami peningkatan sebesar 3,6 kali, peningkatan yang mencolok terjadi pada lansia usia 75 tahun keatas dari 1,07 juta menjadi 5,97 juta orang selama 1950 – 1990 dengan kata lain meningkat sebesar 5,6 kali.
ADVERTISEMENT
Dampak yang terjadi dikarenakan penurunan populasi di Jepang mencakup banyak hal dimulai dari dampak demografi, dampak sosial, dan dampak ekonomi. Dari beberapa dampak tersebut akan menimbulkan masalah baru lagi bagi pemerintahan negara Jepang sehingga hal ini menjadi sangat serius dan genting bagi negara Jepang.
Dampak Demografi
Source : iStock by leodaphne (https://media.istockphoto.com/id/1281458131/id/foto/rumah-jepang-tua-yang-ditinggalkan-di-beppu-oita-jepang.jpg?s=2048x2048&w=is&k=20&c=_0BP1URYeofGvbw2YGWODONKP7e2cI51OVhqBWeu4NI=)
Dampak demografi yang terjadi adalah meningkatnya jumlah populasi orang tua atau lansia di negara Jepang yang mengakibatkan ketidak seimbangan antara populasi lansia dan usia muda produktif di negara Jepang. Ketidak seimbangan ini mengakibatkan adanya suatu wilayah yang dimana penghuninya kebanyakan adalah para orang tua, jika tidak adanya generasi muda yang meneruskan keberlangsungan suatu wilayah maka lama kelamaan wilayah tersebut akan menjadi kosong atau tidak berpenghuni, fenomena tersebut disebut dengan akiya yaitu ditinggalkannya rumah atau wilayah oleh penghuninya karena meninggal, pindah, dan kebanyakan karena tidak mempunyai ahli waris. Salah satu contohnya ada di wilayah Nagoro, Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima.
ADVERTISEMENT
Dampak Sosial
Foto oleh Tien Nguyen: https://www.pexels.com/id-id/foto/jalan-berjalan-pagar-urban-17658368/
Dampak sosial yang terjadi adalah dimana anak – anak generasi muda tidak mempunyai banyak teman dengan usia yang sebaya untuk bermain dan bersosialisasi dikarenakan terjadinya penurunan tingkat angka kelahiran. Hal tersebut berkaitan dengan berdampaknya jumlah anak – anak yang masuk ke sekolah dimana murid ajaran baru yang semakin lama semakin sedikit jumlahnya terutama di desa desa tepencil, banyak SD yang pada akhirnya tutup dikarenakan sudah tidak adanya anak – anak yang mendaftar sebagai murid ajaran baru, hal ini juga terjadi di tingkat universitas sehingga pemerintah Jepang saat ini banyak merekrut mahasiswa dari luar negeri untuk belajar di negar Jepang. Ada pula dampak sosial pada tenaga kerja yang ada di Jepang, dengan menurunnya tingkat usia muda produktif maka semakin sedikit pula tenaga kerja yang tersedia sehingga untuk mengatasi hal tesebut banyak perekrutan tenaga kerja dari negara lain sehingga banyaknya para pendatang dari negara asing yang datang untuk bekerja dan menjadi penduduk sementara atau bahkan permanent di negara Jepang. Hal ini akan menimbulkan lebih banyaknya penduduk pendatang daripada penduduk asli dari Jepang (pribumi) sehingga pendatang akan lebih mendominasi di kemudian hari jika dibiarkan terus menerus.
ADVERTISEMENT
Dampak Ekonomi
Foto oleh vitalina: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-berjalan-di-jalur-pejalan-kaki-3800101/
Dampak ekonomi yang terjadi berkaitan dengan dampak sosial dimana semakin sedikit tenaga kerja di usia muda mengakibatkan perputaran ekonomi yang tidak stabil, dimana di khawatirkan aktivitas perekonomian di Jepang menjadi hilang dan mundur dikarenakan perindustrian akan memerlukan tenaga kerja yang produktif jika tenaga kerja tidak mencukupi ditakutkan industri akan runtuh dikarenakan jam kerja yang singkat dimana lansia tidak bisa bekerja lebih lama dibandingkan dengan anak muda, hal tersebut mempengaruhi dalam jumlah produktifitas suatu perusahaan sehingga pendapatan akan menurun, dan lama kelamaan akan bangkrut diakarenakan pendapatan perusahaan yang kurang dan akan meningkatkan jumlah angka pengangguran di Jepang. Selain hal tersebut jika berkurangnya tenaga kerja dengan usia produktif juga mempengaruhi perputaran uang dimana jumlah pensiunan yang meningkat dengan banyaknya tunjangan yang di fasilitasi oleh pemerintah, lama kelamaaan akan mengalami kesulitan dikarenakan berkurangnya jumlah Angkatan kerja dan bertambahnya beban generasi produktif, sehingga hal ini akan sangat menghambat bagi pertumbuhan ekonomi di negara Jepang.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan bahwa penurunan populasi yang sedang terjadi di Jepang saat ini merupakan masalah yang sudah muncul dari tahun 1950an pasca perang dunia ke 2 dan masih menajadi masalah yang sangat serius bagi pemerintahan Jepang sampai saat ini, dimana sebuah negara memerlukan pembaruan dalam hal lain penerus untuk terus melanjutkan perekonomian di suatu wilayah sehingga wilayah tersebut dapat terus berlangsung dan tidak musnah.