Ketakutan Akan Masa Depan: Apakah Aku Bisa seperti Mereka?

Ramaliyana Nur Maqfiroh
Mahasiswi aktif program studi Manajemen Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
16 Februari 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ramaliyana Nur Maqfiroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja overthinking. Foto: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja overthinking. Foto: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu berpikir seperti itu ketika sedang melihat pencapaian orang lain? Kamu seringkali mengkhawatirkan masa depanmu, merasa bahwa kamu tertinggal, tidak ada yang dapat dibanggakan dari dirimu. Lantas kamu terdiam, menatap cermin sambil memikirkan rentetan kegagalan-kegagalan yang selalu kamu alami.
ADVERTISEMENT
Saya pernah memiliki pikiran seperti itu. Pemikiran tersebut bermula ketika saya melihat pencapaian orang lain di media sosial yang sangat memukau, karena keberhasilannya. Sejak itu, saya menjalani hari demi hari dengan penuh kekhawatiran dan kebingungan.
Saya mengurung diri di dalam kamar, merasa tidak nafsu makan, tidak tertarik melakukan hal apa pun selain tidur, bahkan tanpa sadar, saya jarang sekali terlibat perbincangan bersama keluarga ataupun sekadar pergi bermain dengan teman-teman.
Di saat yang bersamaan, saya menyadari satu hal. Bahwa, pemikiran seperti itu bukan hanya saya sendiri yang merasakan, tetapi juga banyak teman saya yang mengalami hal serupa.
Menurut Thorspecken (2005) quarter life crisis merupakan suatu keadaan, ketika seseorang mengalami kebingungan terhadap masa depan dan mulai meragukan dirinya. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena setiap harinya kita selalu melihat banyak bermacam-macam pencapaian orang lain di media sosial.
ADVERTISEMENT
Yang secara tidak sadar, menuntut kita untuk dapat melakukan hal serupa, supaya orang lain dapat menganggap pencapaian tersebut sebagai sebuah keberhasilan yang kita ciptakan.
Apakah hanya orang-orang yang memiliki keberhasilan besar yang akan menuai kesuksesan? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah mengerahkan seluruh usahanya untuk mendapatkan pencapaian yang ia anggap besar, namun tidak cukup berarti bagi sebagian orang, sehingga hal tersebut tidak memenuhi syarat ataupun kriteria dari sebuah keberhasilan yang seringkali terlihat.
Mulai sekarang, jangan cemas! Karena saat ini bukan lagi waktunya untuk memikirkan bagaimana kamu bisa di apresiasi atau mendapatkan validasi. Inilah saatnya untuk mengubah pemikiranmu yang semula ingin menjadi ‘peraih apresiasi’ menjadi seorang ‘penikmat proses’.
Pertama, maafkanlah dirimu yang sebelumnya merasa tidak percaya diri. Kamu mungkin terlalu takut, merasa sangat putus asa, seringkali menghindari keramaian, atau bahkan rasanya sangat hancur hingga sulit untuk menjelaskan perasaan tersebut, tetapi maafkanlah.
ADVERTISEMENT
Dengan memaafkan diri sendiri, dapat membawa awal yang baik untuk memulai langkah selanjutnya. Karena, “ketika kita mengira kita akan gagal, maka kita akan gagal” (Benabou & Tirole, 2002). Artinya, kepercayaan diri adalah sesuatu yang kita butuhkan untuk membangun sugesti baik dalam diri.
Agar lebih mudah memaafkan dirimu, cobalah mengingat setiap pencapaian-pencapaian kecil yang telah berhasil kamu lakukan. Misalnya, ketika kamu berhasil mengerjakan tugas tepat waktu, sampai di kampus atau sekolah dengan tidak terlambat, menghemat uang jajan untuk kamu tabung, atau mungkin kamu dapat bangun dengan alarm yang telah kamu jadwalkan.
Hal-hal kecil seperti itu adalah pencapaian dirimu sendiri bukan? Jika memang kamu selalu gagal, apakah mungkin hal semacam itu akan terjadi? Oleh karena itu dibanding memikirkan terus-menerus sebuah pencapaian besar, lebih baik saat ini naiklah secara bertahap, melalui setiap anak tangga yang ada.
ADVERTISEMENT
Kedua, mulailah bangkit, karena sekadar memaafkan dirimu sendiri tanpa aksi nyata setelahnya adalah hal yang sia-sia, seperti menampung air dalam wadah yang bocor. Mungkin awalnya ini akan terasa sulit, namun nikmatilah kesulitan tersebut. Karena ada seorang pepatah menyatakan “pelaut yang ulung bukan lahir dari lautan yang tenang, tapi dari lautan dengan ombak yang besar dan badai”.
Kamu dapat melakukan hal tersebut dengan berbagai cara. Misalnya, mulai aktif kembali melakukan hobi yang sebelumnya terhenti, mencoba hal-hal baru yang belum pernah kamu lakukan, mungkin seperti membuat sesuatu dari tanah liat, menggambar di canvas, menyulam dengan benang wol, atau mungkin renang. Dengan melakukan banyak kegiatan positif, maka secara perlahan, kamu akan mulai bangkit dan tidak hanya terfokus kepada pencapaian orang lain, karena kamu sudah cukup sibuk dengan aktivitas keseharianmu.
Ilustrasi melakukan hobi menyulam. Foto: Shutterstock.com
Ketiga, coba fokus dan kembangkan sesuatu yang kamu sukai. Jika sebelumnya kamu sudah memaafkan dirimu, menjadi lebih percaya diri, mencoba banyak hal baru sehingga secara tidak sadar keluar dari zona nyaman. Maka sekarang, waktunya kamu mulai memiliki tujuan yang sesungguhnya, sesuatu besar yang ingin kamu capai sejak dahulu.
ADVERTISEMENT
Namun, perbedaannya saat ini tujuan pencapaianmu bukanlah untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain, tetapi, merayakan keberhasilan untuk menghargai dirimu yang sudah sangat berjuang keras beberapa waktu belakangan. Dengan mengubah alasan mengapa kamu ingin memiliki keberhasilan besar, maka kamu juga akan lebih mudah dalam menjalani proses panjangnya.
Menjadi seorang penikmat proses bukan suatu ide yang buruk, kan? Maka dari itu, mulai saat ini, berterima kasihlah kepada diri sendiri yang sudah berjuang dan bertahan hingga sejauh ini, dengan menghargai setiap usaha yang telah kita kerahkan, meyakini banyaknya doa yang telah kita langitkan.
Dalam hidup, kita tidak perlu merasa bahwa orang lain menjadi pemenang, dan kita menjadi seorang yang terkalahkan, karena sejatinya, hidup bukanlah sebuah perlombaan. Banyak waktu yang dapat kita gunakan untuk berjalan secara perlahan, menapaki setiap anak tangga yang ada untuk merasakan hidup dengan ketenangan, tanpa persaingan.
ADVERTISEMENT
Kita buktikan bahwa, kita semua pasti bisa menjadi yang terbaik dari versi diri kita yang sebelumnya, tidak ada kata terlambat bagi mereka yang mau dan terus berusaha! Waktu terus berjalan, kesulitan pasti akan berlalu, kemudahan akan segera datang. Semua hal tersebut menjadi nyata apabila kita menjalaninya.
Karena, dengan berdiam diri tidak akan membuatmu baik-baik saja, kan? Ingatlah bahwa, hidup hanya tentang dua hal, yaitu pilihan dan perjuangan.