Mengucapkan “Hati-Hati di Jalan”

Saya percaya seseorang dapat jatuh cinta pada pandangan pertama. Segalanya dapat diselaraskan seiring berjalannya waktu—selera humor, preferensi tim bola, posisi seks—tapi tak ada yang dapat menggantikan sengatan listrik yang muncul pada perjumpaan perdana. Pada detik itu, saya percaya segalanya telah berubah. Ada kehidupan sebelum pertemuan kalian, dan ada kehidupan setelahnya.

Dalam ingatan saya, pertemuan saya dan R seperti sinetron. Orang-orang berangsur lengang, suara bising berubah redam, bintang-bintang berjatuhan dari angkasa. Kenyataannya tentu tak sedramatis itu. Kami berkenalan di acara kantor gara-gara sesi networking. Siang itu kami tiba dalam keadaan separuh hati dan mengantuk. Tapi ketika kami berjabat tangan, saya yakin saya telah jatuh cinta untuk terakhir kalinya.

Selama enam tahun setelahnya, kami terjebak dalam siklus yang berulang. Kami dimabuk luapan emosi dan rasa kasih sayang yang hampir menyerupai ketergantungan, tanpa pernah menyatakan berhubungan secara resmi. Lalu setelah beberapa pekan atau bulan dalam keadaan abu-abu seperti ini, ia akan hilang. Bisa berbulan-bulan, bahkan pernah setahun lebih. Tanpa terkecuali, sesuatu akan membuatnya akan hadir lagi. Saya akan menerimanya dan kami kembali ke titik nol.