Jika sama-sama diam, Hasan dan Husein tidak terlihat berbeda. Mereka memiliki kelopak mata yang dalam, alis melengkung dengan bulu acak-acakan, hidung bangir seperti Ayah, rambut ikal kecoklatan, yang sejak SMP selalu dicukur cepak, dan rahang kokoh yang membuat wajah mereka sekilas seperti penuh dendam.
Keduanya akan terlihat berbeda jika salah satu membuka mulut untuk tersenyum, menyeringai, dan berbicara. Gigi depan Husein tumbuh rapi dan berwarna putih terang karena ia selalu menggosok gigi dua kali sehari. Sementara gigi depan Hasan tumbuh berdesak-desakan, maju mundur seperti penumpang labi-labi yang merebut sisa tempat duduk di bangku panjang, dan belakangan warnanya menjadi kuning kecokelatan karena sepulang kerja ia malas menggosok sisa-sisa kopi dan rokok yang menempel seharian. Selama tinggal bersama Cut Mun, keduanya hanya mengunjungi dokter gigi jika ada rasa ngilu di geraham yang tidak berkesudahan, biarpun sudah berkali-kali menenggak air garam.
Ia mulai menekuri katalog buku koleksi Perpustakaan Wilayah yang memuat nama Sultan Sulaiman Syah di bagian judul, namun tidak menemukan apa-apa. Ia menanyakan pada pegawai senior soal koleksi sekitar masa berkuasanya Sultan Sulaiman Syah di Aceh hanya untuk mendapat jawaban, “Mungkin ada informasi tentang beliau di Museum Aceh.”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814