Pelacuran Idealisme Mahasiswa: Menggadaikan Kewarasan demi Kepentingan Pribadi

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2023 14:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa hipokrit. Foto: thevectoryland/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa hipokrit. Foto: thevectoryland/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda, begitulah kata Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka. Mahasiswa sebagai makhluk yang sering dicap idealis memiliki pelbagai peran: agen perubahan, penerus bangsa, penjaga nilai, kekuatan moral, dan kontrol sosial.
ADVERTISEMENT
Idealisme ini muncul sebagai suatu semangat yang murni, memotivasi para mahasiswa untuk bersatu dalam misi membangun ekosistem yang lebih baik dan adil. Mereka menjadi suara-suara yang keras menentang ketidakadilan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Namun, dalam perjalanan idealisme ini, sering kali kita menyaksikan kasus yang mana mahasiswa terjerumus ke dalam perangkap kepentingan pribadi atau golongannya, sehingga tidak berlebihan jika kita menyebutnya sebagai pelacuran idealisme mahasiswa.
Pelacuran idealisme mahasiswa sering kali menghadirkan pertarungan antara kepentingan pribadi dan tujuan bersama. Idealisme, seperti yang pernah dikatakan oleh salah satu pendiri bangsa Indonesia, adalah hal yang begitu berharga dalam jiwa pemuda.
Namun, realitas yang pahit adalah bahwa dalam beberapa kasus, sebagian mahasiswa mulai menggunakan idealisme mereka sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi atau kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Mereka mungkin tergoda oleh janji-janji materi, kekuasaan, atau popularitas, dan pada akhirnya, mereka kehilangan jati diri mereka sebagai agen perubahan yang sejati.
Ini menciptakan dilema moral yang mendalam di antara mahasiswa, yang harus berjuang untuk mempertahankan integritas mereka dalam menghadapi tekanan eksternal, sehingga pertarungan antara idealisme dan pelacuran idealisme menjadi tantangan utama yang harus diatasi oleh generasi pemuda dalam perjuangan mereka untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat.
Idealisme mahasiswa sering dianggap sebagai kekuatan pendorong perubahan sosial yang kuat dalam masyarakat. Mahasiswa, dengan semangatnya yang murni dan suci, sering kali dianggap menjadi agen perubahan yang menggagas reformasi, memperjuangkan hak asasi manusia (HAM), dan berdiri di garis depan dalam berbagai pergerakan sosial.
ADVERTISEMENT
Namun, ironisnya, dalam perjalanan idealisme ini, sering kali kita menyaksikan kasus yang mana mahasiswa menggadaikan kewarasan dan integritas demi kepentingan pribadi atau golongan mereka.
Ilustrasi idealisme mahasiswa. Foto: roompoetliar/Shutterstock
Idealisme mahasiswa sering dianggap sebagai kekuatan pendorong perubahan sosial yang kuat dalam masyarakat. Mahasiswa, dengan semangatnya yang murni dan suci, sering kali dianggap menjadi agen perubahan yang menggagas reformasi, memperjuangkan hak asasi manusia (HAM), dan berdiri di garis depan dalam berbagai pergerakan sosial.
Akan tetapi, ironisnya, dalam perjalanan idealisme ini, sering kali kita menyaksikan kasus yang mana mahasiswa menggadaikan kewarasan dan integritas demi kepentingan pribadi atau golongan mereka.
Dalam lingkungan kampus, mahasiswa sering terlibat dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan pengalaman sosial yang bermakna.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa kasus, organisasi-organisasi ini dapat menjadi wadah untuk pemenuhan kepentingan pribadi dan politik, mengorbankan tujuan awal mereka untuk memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
Inilah saat ketika idealisme mahasiswa mulai terkikis, ketika semangat perubahan yang semula kuat tergerus oleh ambisi pribadi, oportunisme politik, atau bahkan korupsi.
Pertarungan antara idealisme dan pelacuran idealisme menjadi lebih tajam ketika mahasiswa mesti menghadapi tekanan eksternal dari pihak-pihak yang berkepentingan, seperti politisi yang mencoba memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Dalam menghadapi godaan ini, mahasiswa harus terus berjuang untuk mempertahankan integritas dan kesetiaan pada prinsip-prinsip mereka yang sejati. Kesulitan moral ini menciptakan dilema mendalam yang menempatkan mahasiswa di persimpangan antara idealisme mereka dan godaan yang mungkin menghancurkan inti perjuangan mereka.
ADVERTISEMENT
Sementara idealisme mahasiswa tetap menjadi aset berharga dalam upaya perubahan sosial, pengawasan internal dan eksternal perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa idealisme ini tidak tergadaikan demi kepentingan pribadi atau golongan.
Bagaimanapun, mahasiswa masih memiliki peran penting dalam menjaga kualitas demokrasi dan keadilan dalam masyarakat, dan semangat mereka harus terus diberdayakan untuk mencapai perubahan yang positif dan berkelanjutan.
Ilustrasi idealisme mahasiswa. Foto: roompoetliar/Shutterstock
Jika idealisme mahasiswa tergadaikan, yang menjadi korban, lagi dan lagi, adalah rakyat. Rakyat sering kali cuma dijadikan sebagai objek penderitaan oleh kepentingan mereka untuk memenuhi hasrat kepentingan pribadi atau golongannya. Miris sekali apabila penderitaan rakyat cuma dijadikan sebagai portofolio karier oleh para mahasiswa pragmatis dan oportunis.
Hal ini menciptakan guncangan yang semakin dalam di masyarakat. Sementara mahasiswa semestinya menjadi pengawas moral dan kontrol sosial, mereka justru terlibat dalam kezaliman dan kemunafikan yang merugikan rakyat yang semestinya mereka perjuangkan.
ADVERTISEMENT
Penting untuk diingat bahwa peran mahasiswa dalam perjuangan untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat adalah suatu kehormatan yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab.
Idealnya, mereka mesti mempertahankan idealisme mereka, menjaga integritas, dan menghindari godaan yang dapat merusak prinsip-prinsip mereka.
Sebaliknya, mahasiswa yang memilih untuk memanfaatkan perjuangan rakyat sebagai trampolin untuk karier pribadi ataupun golongan mereka tidak cuma mengkhianati kewajiban moral mereka sebagai agen perubahan, tetapi juga merampas harapan rakyat yang mempercayakan masa depan mereka pada mahasiswa.
Seorang budayawan menyatakan:
Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa, pada suatu saat tiba masa ketika teriakan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau mahasiswa pada umumnya tidak lagi dihiraukan oleh rakyat, hal tersebut mencerminkan situasi yang mendalam dalam dinamika peran mahasiswa dalam masyarakat. Alasan utama adalah terkait dengan citra dan kredibilitas mahasiswa di mata masyarakat.
ADVERTISEMENT
Rakyat akan mulai meragukan teriakan BEM atau mahasiswa ketika mereka merasa bahwa teriakan itu hanya merupakan tindakan retorika kosong yang bertujuan untuk mencapai kepentingan pribadi atau politik para mahasiswa.
Terutama ketika rakyat mulai melihat mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan, malah terlibat dalam tindakan-tindakan yang tidak bermoral, seperti korupsi, pemerasan, atau politik oportunis. Dalam situasi seperti ini, rakyat akan kehilangan kepercayaan mereka pada mahasiswa sebagai pembela keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Ilustrasi idealisme mahasiswa. Foto: roompoetliar/Shutterstock
Selain itu, jika teriakan BEM atau mahasiswa terlalu sering terfokus pada perjuangan internal untuk memperebutkan jabatan atau kekuasaan politik praktis, rakyat juga akan merasa bahwa perjuangan tersebut bukan lagi untuk kepentingan bersama.
Teriakan yang tidak menghasilkan perubahan nyata dalam masyarakat akan dianggap cuma sebagai bagian dari pertunjukan politik yang tidak memiliki dampak nyata pada perbaikan kondisi sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, adalah tugas mahasiswa untuk menjaga citra mereka sebagai pembela kebenaran dan keadilan. Mereka mesti selalu memprioritaskan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongannya.
Dengan demikian, mereka bisa mempertahankan kepercayaan rakyat dan memastikan bahwa teriakan mereka tetap menjadi suara yang didengar dan dihormati dalam perjuangan menuju perubahan yang lebih baik dalam masyarakat.
Pada akhirnya, masa depan idealisme mahasiswa dan peran mereka dalam masyarakat bergantung pada keputusan yang diambil oleh para mahasiswa sendiri. Idealisme adalah sebuah nilai yang patut dijunjung tinggi, tetapi harus diiringi dengan tanggung jawab moral dan integritas yang kuat.
Mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan perubahan yang positif dalam masyarakat, tetapi hal itu hanya akan terwujud jika mereka tetap setia pada nilai-nilai mereka, menghindari godaan kepentingan pribadi atau golongan, dan menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama.
Ilustrasi idealisme mahasiswa. Foto: Pictrider/Shutterstock
Masyarakat, pada gilirannya, juga memiliki peran penting dalam memahami dan mendukung idealisme mahasiswa. Mereka harus menghargai peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan perbaikan sosial.
ADVERTISEMENT
Dengan kerja sama yang baik antara mahasiswa dan masyarakat, kita dapat menghindari pelacuran idealisme dan memastikan bahwa teriakan mahasiswa tetap menjadi suara yang berarti dalam upaya menuju perubahan yang lebih baik.
Idealisme, meskipun sering disalahgunakan, tetap menjadi aset berharga dalam perjuangan untuk keadilan, kesejahteraan, dan perubahan positif dalam masyarakat. Untuk itu, marilah kita semua, baik mahasiswa maupun masyarakat, bersatu dalam menjaga idealisme sebagai semangat yang memandu kita menuju masa depan yang lebih baik dan adil.