Self-healing: Pengelolaan Emosi Gaya GenZ?

Rahmah Atria
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
30 November 2021 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmah Atria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kali ini, media sosial Twitter diramaikan dengan video Tiktok yang mengajak pengguna untuk melakukan self-healing pada suatu arena permainan dengan meluapkan emosi dengan menghancurkan barang-barang. Tapi sebenarnya, apa sih self-healing itu?
ADVERTISEMENT

Self-healing

Menurut Perianto (2021) self-healing merupakan proses penyembuhan diri karena memiliki luka batin dengan bantuan kekuatan dari dalam diri sendiri. Sedangkan menurut Dr. Diana Rahmasari, (2020) self-healing merupakan metode penyembuhan penyakit tanpa obat, tetapi dengan menyembuhkan dan mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam di dalam tubuh.
Istilah self-healing secara resmi diperkenalkan oleh Loyd Alexander, seorang psikolog dan terapis pengobatan komplementer dan Johnson seorang spesialis kanker pada tahun 2011 di Amerika Serikat. Self-healing merupakan salah satu terapi positif psikologi yang menargetkan pengelolaan dan pengendalian stres secara fisiologis (Loyd, 2014).
Jika menelusuri kata kunci ‘self-healing’ kolom pencarian akan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Self-healing dikenal dalam pengobatan fisik manusia, material bangunan: beton, hidrogel, poliester dan lainnya. Jadi secara sederhana, self-healing dalam psikologi manusia dapat diartikan sebagai proses penyembuhan diri karena luka batin dengan melakukan berbagai pengendalian diri yang dilakukan oleh diri sendiri. Lalu apasih tujuan dari self-healing ini?
ADVERTISEMENT

Tujuan

Tujuan utama self-healing tentunya untuk pulih dari luka batin. Selain itu self-healing juga bertujuan untuk memahami diri sendiri, menerima kekurangan, dan membentuk pikiran positif. Self-healing disebut juga dapat memulihkan kesehatan fisik, karena mental dan fisik berjalan beriringan dan saling berkaitan.
Menurut Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si dalam (Novanty, 2021) Self-healing dapat dikatakan sukses ketika individu mampu memahami dan menerima perasaan dan pikiran yang menganggu. Keberhasilan self-healing dapat dibuktikan ketika individu dapat merasa nyaman dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari walaupun dimungkinkan sejumlah perubahan sebagai konsekuensi proses adaptasi dari kondisi sebelumnya.

Bagaimana Caranya Self-Healing?

Ilustrasi perempuan menjaga kesehatan mental. Foto: Shutterstock
GenZ yang saat ini berusia hingga 24 tahun pastinya memiliki segudang permasalahan menuju life quarter crisis. Akibatnya GenZ memaknai self-healing dengan berbagai cara: Masuk arena permainan menghancurkan barang, checkout keranjang di angka kembar, menonton drakor, fangirling oppa Korea, hingga beredar meme self-healing dengan rebahan di jalanan, memecahkan batu, dan masih banyak lagi!
ADVERTISEMENT
Lalu pertanyaannya, setelah melakukan “self-healing” di atas, apakah seorang individu dapat memahami dan menerima perasaan dan pikiran yang mengganggu? Apakah individu merasa nyaman dan mampu kembali melakukan aktivitas seperti semula? Hmmm… sepertinya tidak.
Maka dari itu, perlu diketahui bagaimana metode yang tepat untuk melakukan self-healing. Dikutip dari Lang (2018), metode yang dapat dilakukan agar tujuan self-healing dapat tercapai adalah dengan:
• Memberikan Jeda pada Emosi
Memvalidasi segala jenis emosi yang sedang dirasakan, kemudian memberikan jeda untuk berpikir “Ke mana emosi ini harus ditempatkan?”, kemudian melepaskan emosi pada tempatnya.
• Melihat Kebahagiaan pada Sekitar
Coba lihat sekeliling, mari apresiasi sekitar sekecil apa pun itu. Melihat matahari terbit, aroma hujan, atau sekelompok semut yang sedang bekerja sama mengangkat makanan.
ADVERTISEMENT
• Memberikan Tubuh Istirahat yang Cukup
Seperti dijelaskan sebelumnya, fisik dan mental berjalan beriringan dan saling berkaitan. Memberikan tubuh istirahat seperti tidur 8 jam sehari dapat memberikan dampak positif.
• Berbicara dengan Diri Sendiri
Apa yang sebenarnya diinginkan? Situasi seperti apa yang diharapkan? Berikan berbagai pertanyaan pada diri sendiri untuk dijawab oleh diri sendiri pula.
• Berdamai dengan seseorang
Punya masalah dengan seseorang di masa lalu dan belum terselesaikan? Coba lah menjadi orang pertama yang menghubungi individu terkait, lalu mulai sampaikan perasaanmu.
Bagaimana? Apakah berhasil untuk memahami dan menerima perasaan yang mengganggu? Jika self-healing belum bisa menyelesaikan emosi yang ada atau emosi tersebut dirasa terlalu berat untuk dikelola sendiri, tidak ada salahnya loh meminta bantuan orang terdekat atau profesional sekaligus!
ADVERTISEMENT

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Diana Rahmasari, S. M. (2020). Self Healing is Knowing Your Self. Surabaya: Uneasa University Press.
Lang, N. (2018, December 30). 21 Ways to Help Yourself Heal. Retrieved from Thought Catalog: https://thoughtcatalog.com/nico-lang/2013/04/21-ways-to-help-yourself-heal/
Loyd, A. (2014, July). Alexander Loyd Services. Retrieved from The Relationship Codes: https://www.dralexanderloyd.com/the-healing-codes
Novanty, E. E. (2021, July). Tips for self-healing to overcome inner wounds. Retrieved from News.Unair.Ac.Id: http://news.unair.ac.id/en/2021/07/12/tips-for-self-healing-to-overcome-inner-wounds/
Perianto, E. (2021). SELF HEALING BAGI PESERTA DIDIK DAN ORANGTUA. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No.4, 425.