Kepribadian Muslim sebagai Pendidik: Bangun Jembatan Ilmu & Akhlak Generasi Muda

Muhammad Rafie Akbar
Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Pendidikan Agama Islam Universitas Pembangunan Panca Budi, dan Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka. Pernah menjalani studi pertukaran mahasiswa Ilmu Hukum di Universiti Teknologi MARA, Malaysia (2023)
Konten dari Pengguna
8 April 2024 8:56 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rafie Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru dan Murid di Sekolah (Photo by Taylor Flowe on Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Guru dan Murid di Sekolah (Photo by Taylor Flowe on Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia pendidikan, unsur-unsur pendidikan yang ada di dalamnya sangat berperan signifikan terhadap hasil yang diinginkan. Seorang guru yang memiliki kepribadian dan keteladanan membuat para muridnya lebih terpacu dalam berlomba-lomba mendapatkan ilmu dan menguatkan kreativitas mereka. Tak terkecuali dalam Islam, pendidikan yang baik harus diterima seorang anak sejak kecil – bahkan mulai dari keluarganya.
ADVERTISEMENT
Guru-guru yang memiliki kepribadian muslim menjadi hal yang penting di tengah dunia sekarang ini. Tidak terkecuali di manapun lembaga pendidikan tersebut berada, tentunya peran serta guru sangatlah penting dalam menciptakan generasi muda. Oleh karenanya, guru yang dalam hal ini menjadi pendidik harus menjadi pembangun jembatan ilmu dan akhlak bagi mereka. Dalam artikel ini, kita akan menggali dan memahami lebih dalam tentang kepribadian nilai yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik dengan nilai-nilai keislaman.

Kepribadian Muslim dalam Perspektif Pendidikan

Dalam Islam, konsep kepribadian yang ideal—atau dalam bahasa Arab, akhlaq/akhlak—merupakan sebuah harmonisasi sempurna antara iman, ibadah, dan perilaku mulia, yang semuanya bersumber dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Kepribadian Muslim yang sejati tidak hanya mencerminkan interaksi yang baik dengan sesama manusia dan lingkungan tetapi juga, dan yang lebih penting, hubungan yang kokoh dengan penciptanya. Hal ini adalah sebuah perjalanan untuk mencapai keseimbangan yang mengagumkan antara kebutuhan spiritual dan duniawi, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan seorang Muslim.
ADVERTISEMENT
Dr. H. Hamzah Ya’qub mendefinisikan akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Beliau juga mendefinisikan akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Taqwa atau kesadaran akan kehadiran Allah, merupakan pondasi utama dalam membangun kepribadian Muslim. Di mana hal ini adalah prinsip yang memandu seorang Muslim untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana Allah berfirman :
ADVERTISEMENT
Selain itu, sabar dan syukur adalah dua sifat yang sangat dihargai dalam Islam, mewakili respons spiritual terhadap keberhasilan dan kesulitan dalam kehidupan. Allah berfirman :
Kedua sifat tersebut memperkuat jiwa seorang Muslim dalam menghadapi tantangan hidup dengan hati yang tenang dan rasa syukur yang mendalam.
Dari sisi Sunnah, Nabi Muhammad saw. telah memberikan contoh nyata dari semua nilai-nilai ini. Kejujuran, sebagai salah satu pilar akhlak, dianggap sebagai sumber dari segala kebaikan dan dijanjikan dengan surga. Lebih lanjut adalah kasih sayang, yang merupakan esensi dari ajaran Nabi Muhammad saw. Hal ini menunjukkan pentingnya empati dan perhatian terhadap kebutuhan serta perasaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Terakhir, sifat keteladanan Nabi Muhammad saw. dalam perilaku adalah cerminan utama dari semua nilai ini. Allah swt. memuji beliau dalam Alquran :
Hal tersebut menekankan bahwa untuk menjadi seorang Muslim yang baik, seseorang harus meneladani perilaku dan akhlak Nabi Muhammad saw. dalam segala aspek kehidupan.
Tentunya, dalam mencapai kepribadian Muslim yang utuh tersebut, memerlukan ilmu pengetahuan yang bisa didapatkan dari proses pendidikan bagi manusia. Dalam menjalani kehidupan di dunia, tentunya memerlukan ilmu pengetahuan. Seorang pendidik yang memiliki kepribadian Muslim tentunya dapat membuka cakrawala lebih besar bagi murid-muridnya – tentunya dengan kepribadian yang seutuhnya.
ADVERTISEMENT

Menelusuri Karakteristik Utama Pendidik Berkepribadian Muslim dan Strategi Pembelajarannya

Sabar dan Penuh Kasih Sayang

Nabi Muhammad saw. dikenal dengan kesabaran dan kasih sayangnya yang luar biasa, terutama dalam konteks pengajaran. Beliau selalu menghadapi pertanyaan, kesalahpahaman, bahkan penentangan dengan kesabaran yang mendalam, tanpa menunjukkan rasa beban atau kemarahan. Dalam mengajar, Nabi Muhammad saw. tidak pernah buru-buru. Beliau selalu memberikan waktu kepada para sahabatnya untuk mengerti dan menginternalisasi pelajaran.
Kasih sayang beliau tidak hanya terbatas pada kata-kata lembut yang selalu beliau ucapkan tetapi juga tindakan, memberikan contoh yang jelas bahwa empati dan perhatian terhadap kebutuhan individu sangat penting dalam proses belajar. Sebagai pendidik yang berkepribadian muslim, mengadopsi pendekatan yang sabar dan penuh kasih sayang tersebut akan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, di mana siswa merasa dihargai dan dipahami. Hal ini juga membangun situasi keakraban di dalam kelas pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Menurut Imam Al-Zarnuji dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim, guru dituntut mempunyai moral dan integritas yang baik sembari mempunyai sifat penyayang dan sabar. Dengan bekal tersebut, seorang murid akan senang dan betah untuk tetap belajar.

Integritas dan Keteladanan

Dalam dunia pendidikan Islam, keutamaan integritas tidak terbantahkan. Pendidik diharapkan untuk memegang teguh kejujuran dan memastikan tindakannya selaras dengan ajaran yang disampaikan. Lagi dan lagi, tentunya Nabi Muhammad saw. menjadi contoh yang konkret agar kita dapat mengerti tentang integritas dan keteladanan. Kehidupan beliau menjadi cerminan nyata dari nilai-nilai yang beliau ajarkan. Beliau tidak hanya menyampaikan prinsip-prinsip Islam tetapi juga menjalani setiap aspek kehidupannya sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Pentingnya menjadi teladan yang baik sangat signifikan dalam dunia pendidikan, mengingat siswa sering kali mencontoh perilaku dan sikap guru mereka. Dengan demikian, pendidik yang menunjukkan integritas tinggi tidak hanya mendidik dengan kata-kata tetapi juga melalui contoh perilaku mereka sendiri, memberikan inspirasi kepada siswa untuk mengejar kebaikan dan membangun karakter mulia.
ADVERTISEMENT
Mengikuti teladan Nabi Muhammad saw. dalam hal integritas dan keteladanan menawarkan fondasi yang kokoh untuk pendidik dalam mendidik karakter siswa. Kejujuran dan konsistensi dalam perilaku mendemonstrasikan kepada siswa pentingnya nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pendidik yang memasukkan prinsip-prinsip ini dalam pengajaran mereka tidak hanya meningkatkan respect dan kepercayaan dari siswa mereka tetapi juga menanamkan nilai-nilai etik yang akan membimbing siswa dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itu, menjadi teladan yang berintegritas tidak hanya mengajarkan siswa tentang materi pelajaran tetapi juga tentang bagaimana menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Secara psikologis, sebagaimana dikatakan Tamyiz Burhanudin dalam buku Akhlak Pesantren, manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan dengan cara memberi contoh-contoh konkret tersebut pada para siswa.
ADVERTISEMENT

Penguasaan Ilmu dan Keikhlasan dalam Mengajar

Penguasaan materi pengajaran oleh pendidik Muslim bukan sekadar kewajiban, namun hal itu adalah prasyarat untuk menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan berdampak bagi siswa. Seorang guru harus lebih dari sekadar pemberi informasi, yakni mereka harus menjadi pemandu yang memungkinkan siswa untuk menjelajahi dan memahami kompleksitas materi dari berbagai perspektif.
Kemampuan ini didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang konsep dan prinsip yang diajarkan, yang memungkinkan guru untuk menyesuaikan penjelasannya agar sesuai dengan kebutuhan belajar yang beragam di antara siswanya. Dengan demikian, penguasaan materi ini tidak hanya meningkatkan kredibilitas dan efektivitas seorang pendidik tetapi juga memperkaya proses pembelajaran, membuatnya menjadi pengalaman yang lebih menarik, interaktif, dan berarti bagi setiap siswa.
Di sisi lain, keikhlasan dalam mengajar merupakan jiwa dari pendidikan Islam, menempatkan kebaikan siswa di atas segalanya. Pendidik yang ikhlas mendekati tugas mengajar mereka dengan niat murni untuk memberdayakan siswa, bukan untuk mencari pengakuan atau keuntungan pribadi. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang didasarkan pada kepercayaan dan rasa hormat timbal balik, di mana siswa merasa dihargai dan dipahami.
ADVERTISEMENT
Keikhlasan semacam itu tidak hanya memotivasi siswa untuk berusaha mencapai potensi terbaik mereka tetapi juga menanamkan dalam diri mereka nilai-nilai penting seperti integritas, kerendahan hati, dan kesungguhan dalam belajar. Hal tersebutlah nantinya dapat membuat mereka mudah dalam mengembangkan ide, berbagi edukasi yang ada sesama temannya, dan sifat dedikasi yang kuat atas ilmu.
Melalui pendekatan yang berpusat pada keikhlasan ini, pendidikan Islam berupaya tidak hanya untuk mendidik pikiran tetapi juga untuk membentuk karakter siswa, mempersiapkan mereka untuk tidak hanya sukses dalam kehidupan akademis tetapi juga menjadi individu yang berbudi luhur dalam masyarakat.

Fleksibilitas dan Inovasi Pembelajaran

Zaman terus berubah, dan dengan perubahan itu datang perkembangan baru dalam teknologi dan strategi pembelajaran. Pendidik Muslim perlu menunjukkan fleksibilitas dalam pendekatan mereka, menerima bahwa metode tradisional mungkin perlu disesuaikan atau diperbarui. Inovasi dalam pengajaran—menggunakan teknologi baru untuk memperkaya pembelajaran, misalnya—dapat membantu menjadikan materi lebih relevan dan menarik bagi siswa.
ADVERTISEMENT
Adaptasi dan inovasi ini tidak berarti meninggalkan prinsip-prinsip dasar Islam. Namun sebaliknya, ini tentang menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam konteks yang berubah, memastikan bahwa pendidikan Islam tetap relevan dan efektif di era modern. Sebagai contoh, di dunia sekarang yang penuh dengan aplikasi dan software yang dapat diakses secara digital, seorang pendidik berkepribadian Muslim harus mampu menguasainya. Sesederhana menggunakan aplikasi mutakhir seperti Canva dalam membuat presentasi, video, dan media pembelajaran lainnya.

Integrasi Ilmu Agama dan Umum: Membuat Murid Berpikir Lebih Luas dan Mendalam

Integrasi ilmu agama dan umum merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk menyatukan pengetahuan dan nilai-nilai yang bersumber dari agama dengan ilmu-ilmu umum seperti sains-teknologi, sosial sains, dan humaniora. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa tidak ada pemisahan yang tajam antara ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya dapat saling melengkapi dalam memahami dunia dan kehidupan manusia. Dengan mengintegrasikan kedua bidang ilmu ini, pendidikan menjadi lebih holistik, memperkaya pemahaman siswa tentang kehidupan dari berbagai dimensi—baik fisik maupun spiritual.
ADVERTISEMENT
Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara pernah menyatakan bahwa integrasi ilmu tidaklah sekadar menyatukan ilmu sekuler dan agama, namun keduanya harus diangkat ke tingkat epistemologis. Sederhananya, harus dibawa kepada hakikat atau teori pengetahuan tersebut.
Pendidik berkepribadian Muslim tentunya harus menyadari bahwa banyak dari dunia Islam melakukan dikotomi pengetahuan, yang pada akhirnya menyebabkan beberapa Muslim menganggap ilmu sekuler sebagai bid'ah (sesat) atau bahkan haram, karena orang-orang tak beragama Islam (kafir) yang menciptakannya. Dikotomi seperti inilah yang menciptakan disintegrasi pada tingkat klasifikasi pengetahuan, oleh karena itu, kita harus serius membangun dan menciptakan integrasi holistik dan sistematis agar integrasi antara ilmu-ilmu dapat tercipta.
Pandangan dikotomi itu telah menciptakan penyimpangan pandangan tentang sumber pengetahuan. Para pendukung ilmu-ilmu agama hanya mengakui keabsahan sumber ilahi, seperti kitab dan tradisi Nabi Muhammad saw. yang berlandaskan hadis. Sebaliknya, para ilmuwan sekuler berlaku hanya mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari persepsi akal atau dunia empiris.
ADVERTISEMENT
Tentunya, guru yang berkepribadian Muslim seutuhnya perlu melihat fenomena ini sebagai tantangan besar di zaman sekarang. Seorang murid di masa kini perlu memahami banyaknya ilmu di luar sana dan tidak boleh semata-mata menyalahkan ilmu satu dengan lainnya. Justru dengan kesadaran yang kuat tersebut, akan menciptakan berbagai perspektif dan pendapat yang memajukan generasi muda dengan daya kritisnya. Selain itu, melatih kecerdasan emosional untuk menerima adanya perbedaan pandangan di berbagai sisi. Dengan itu, dapat meraih spiritualitas yang utuh sebagai seorang Muslim.

Refleksi: Sebuah Penutup

Oleh karena itu, peran guru yang memiliki kepribadian dan keteladanan sangatlah penting. Kehadiran mereka tidak hanya mengilhami semangat belajar murid, tetapi juga memperkaya kreativitas mereka. Hal ini terutama berlaku dalam konteks pendidikan Islam, di mana keberhasilan pendidikan dimulai sejak dini, baik rumah dan di sekolah. Guru dengan kepribadian Muslim memegang peranan kunci dalam membentuk generasi muda. Mereka harus menjadi pembangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan akhlak, mempersiapkan murid untuk menjadi individu yang seimbang secara spiritual dan duniawi.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pendidikan berbasis Islam, sifat-sifat integritas, penguasaan ilmu, keikhlasan, dan fleksibilitas dalam pembelajaran adalah kunci untuk membentuk karakteristik guru yang berdaya. Guru yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan pengetahuan umum tidak hanya menghasilkan siswa yang berpikir luas dan mendalam, tetapi juga membantu mereka mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama.
Dengan memahami esensi kepribadian Muslim dalam perspektif pendidikan, guru dapat menjadi panutan bagi murid-muridnya, membimbing mereka menuju kesuksesan tidak hanya dalam kehidupan akademis tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial mereka. Mari bangun jembatan tersebut untuk masa depan yang lebih baik.
Tulisan ini adalah pemenuhan tugas dari Dr. Fatima Rahma Rangkuti, S.Pd., M.Pd.