Kini, Kupu-Kupu Itu Telah Resmi Pergi

Ahmad Dyandra Rama Putra Bagaskara
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
17 Desember 2023 9:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Dyandra Rama Putra Bagaskara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kupu-kupu. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kupu-kupu. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan kali ini mungkin akan sedikit berbeda dengan tulisan-tulisanku sebelumnya. Sebab, pada tulisan ini, aku tak akan menulis opini yang berkaitan dengan isu-isu internasional. Apalagi, menulis opini yang berkaitan dengan isu-isu pemilihan umum (pemilu) 2024 yang kini sedang berseliweran di mana-mana.
ADVERTISEMENT
Pada tulisan ini, aku ingin sedikit bercerita. Bercerita tentang sebuah kisah asmara yang bertepuk sebelah tangan. Namun, izinkan aku mengisahkan kisah tersebut dengan memakai analogi seekor kupu-kupu indah yang terbang di udara.
Jadi, kala itu, Kamis (5/9/2023) sekitar pukul 13.00 siang WIB, seekor kupu-kupu kecil bersayap merah tiba-tiba datang ke rumahku. Sontak, aku yang sedang duduk santai di teras rumahku pun terpana melihat indahnya warna sayap kupu-kupu itu. Sebab, itu merupakan kali pertama aku melihat seekor kupu-kupu yang memiliki sayap dengan warna merah menyala.
Tanpa tedeng aling-aling, aku pun langsung menyambangi kupu-kupu itu. Kupandang dan kulihat setiap bagian dari kupu-kupu itu dengan seksama. “Sungguh indah makhluk ciptaan Tuhan ini,” ucapku dalam hati yang terpesona dengan keindahan kupu-kupu itu.
ADVERTISEMENT
Usai takjub memandangnya, aku pun lantas masuk ke dalam rumah. Kuambil ponsel pintarku untuk mengabadikan indahnya kupu-kupu itu. Sebab, aku khawatir, kupu-kupu itu tak akan datang lagi. “Cekrek,” bunyi suara kamera yang datang dari ponsel pintarku.
Usai selesai mengambil beberapa foto dari kupu-kupu itu, sontak, iya pun pergi. Iya pergi dengan mengepakkan sayap merahnya seraya terbang ke udara. Aku pun terus memandanginya sampai kupu-kupu itu hilang dari pandanganku. “Semoga, esok ia kembali,” doaku dalam hati berharap kupu-kupu itu datang lagi.
Ia datang lagi
Potret kupu-kupu yang sedang hinggap di sebuah bunga (Foto: pexels/Magda Ehlers)
Pucuk dicinta ulan pun tiba. Doaku terkabul. Kupu-kupu indah bersayap merah menyala yang kemarin datang ke rumahku itu datang lagi. Kala itu, Jumat (6/12/2023) sekitar pukul 14.00 siang WIB, kupu-kupu itu singgah lagi ke rumahku.
ADVERTISEMENT
Namun, pada hari itu, kupu-kupu itu hinggap di setangkai bunga yang kutanam di pekarangan rumah. Di hari sebelumnya, kupu-kupu itu hinggap di bejana besar tempat ibuku biasa menampung air hujan.
Dengan sigap, aku pun keluar rumah dan menyambutnya dengan senyuman. Sama dengan hari sebelumnya, aku pun lantas membawa ponsel pintarku untuk mengabadikan momen kupu-kupu itu bersama diriku.
Hari itu, kupu-kupu itu singgah di rumahku agak lama. Selain hinggap di setangkai bunga yang kutanam di pekarangan rumah, ia juga sempat beberapa kali terbang berputar-putar di halaman depan rumahku. Sungguh lucu dan imut jika dipandang. Aku pun kembali mengabadikan momen kupu-kupu itu saat terbang dengan ponsel pintarku.
Sore pun tiba. Sekitar pukul 17.00 WIB, kupu-kupu itu pun pergi meninggalkan rumahku. Ia terbang ke arah barat, tempat matahari akan jatuh terbenam. “Hati-hati, ya! Semoga selamat sampai tujuan,” ucapku dalam hati mendoakan kupu-kupu itu agar selamat sampai ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
Usai melepas kupu-kupu itu pergi, aku pun berpikir untuk membuat sebuah taman bunga di halaman depan rumahku. Taman itu, nantinya, akan kuperuntukkan jika kupu-kupu itu datang lagi. Sebab, aku ingin membuatnya nyaman di kala ia singgah lagi ke rumahku.
Keesokan harinya, aku pun bergegas ke toko bunga. Kubeli banyak bunga yang paling harum untuk menghiasi taman yang akan kubuat. Singkat cerita, taman bunga itu pun jadi. Aku pun melihatnya dengan penuh gembira. “Pasti kupu-kupu itu akan menyukai taman ini,” ujarku dalam hati.

Tak kembali lagi

Potret kupu-kupu yang sedang hinggap di setangkai bunga (Foto: pexels/Satria Bagaskara)
Keesokan harinya, kutunggu kupu-kupu itu datang ke taman bunga yang telah kubuat. Kuberharap, iya datang cepat untuk menikmati harumnya bunga yang telah kutanam di taman bungaku. Namun, sayang, berjam-jam kumenunggu, kupu-kupu itu tak datang jua. “Oh, tidak apa. Mungkin, esok dia akan datang,” harapku dalam hati.
ADVERTISEMENT
Kutunggu lagi kupu-kupu itu keesokan harinya. Namun, sama dengan hari sebelumnya, kupu-kupu itu tak datang jua. “Ke mana, ya, dia? Apa dia sakit?” tanyaku dalam hati. “Ah, mungkin, sekarang dia sedang berjalan-jalan ke tempat lain,” sautku dalam hati menenangkan diri.
Beruntungnya, harapanku kembali terkabul. Keesokan harinya, kupu-kupu itu datang. Ia datang di saat aku sedang berada di taman bunga yang kupersiapkan untuknya. Aku pun senang bukan kepalang. Langsung kusambangi kupu-kupu itu seraya tersenyum. “Akhirnya, kau datang juga,” kataku menyambutnya.
Namun, entah mengapa. Belum sampai 5 menit kupu-kupu itu singgah, dia sudah pergi lagi. Padahal, biasanya, dia kerap singgah ke rumahku dalam waktu yang cukup lama. Aku pun tak tahu kupu-kupu itu pergi ke mana.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, hal yang sama pun terjadi lagi. Kupu-kupu itu kembali singgah ke taman bungaku. Namun, kupu-kupu itu tampak tak menyukai aroma bunga yang ada di taman bungaku. Sebab, dia tampak gelisah dan terlihat tak nyaman berada di sana. Dia pun sontak pergi lagi. Pergi meninggalkan taman bunga yang telah kupersiapkan untuknya.
Aku pun terdiam dan terheran-heran. “Mengapa dia tak menyukai bunga-bunga ini? Padahal, ‘kan, ini bunga terharum yang pernah kubeli,” kataku dalam hati. Pertanyaan itu terus menghantuiku sepanjang hari. “Ya, sudahlah. Tak apa. Mungkin, besok dia akan datang lagi,” harapku dalam hati.
Sayangnya, harapanku itu urung terjadi. Kupu-kupu itu tak datang lagi. Hari demi hari, minggu demi minggu, kupu-kupu itu pun tak kunjung datang. Kutunggu dia dengan penuh harap. Namun, lagi-lagi dia tak datang. “Ke mana kau wahai kupu-kupuku?” tanyaku dalam hati seraya melihat ke awan.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, sesuatu tak mengenakkan pun terjadi. Di pagi hari, Kamis (7/12/2023) sekitar pukul 08.00 pagi WIB, kulihat kupu-kupu itu singgah ke taman yang ada di halaman depan rumah tetanggaku.
Namun, aku tak menanggapinya dengan serius. Sebab, aku pikir, usai singgah ke taman bunga yang ada di halaman depan rumah tetanggaku itu, ia akan singgah ke taman bungaku.
Sayangnya, anggapanku itu rupanya salah besar. Kupu-kupu itu nyatanya tak pernah singgah ke taman bungaku lagi. Setiap hari, ia malah singgah ke taman bunga yang ada di halaman depan rumah tetanggaku. Rasa sedih, kecewa, dan gelisah pun bercampur jadi satu. Sebab, aku telah menyiapkan taman bunga ini untuknya dengan serius.
Namun, aku pun tersadar. Rupanya, taman bunga yang ada di halaman depan rumah tetanggaku itu telah lama dibuat. Taman bunga itu pun terlihat lebih indah dan memikat daripada taman bunga yang ada di halaman depan rumahku. Bunganya lebih banyak, lebih harum, serta ada air mancur yang semakin menambah keindahan taman bunga milik tetanggaku itu.
ADVERTISEMENT
Hal-hal lain pun terungkap. Kupu-kupu itu rupanya memang kerap singgah ke taman bunga yang ada di halaman depan rumah tetanggaku. Jadi, tak ayal, jika dia lebih menyukai taman bunga miliknya. Lagi pula, seperti yang tadi sudah kuceritakan, taman bunga tetanggaku itu memang terlihat lebih indah dan memikat daripada taman bunga milikku.
Meski begitu, harapanku masih ada. Aku masih berharap kupu-kupu itu akan kembali datang ke taman bunga yang sudah kupersiapkan untuknya. Namun, harapan itu tak kunjung terjadi. Kupu-kupu itu tak pernah singgah ke taman bungaku lagi. “Ya, sudah. Mungkin, kupu-kupu itu lebih menyukai taman bunga milik tetanggaku,” kataku dalam hati.
Sulit dipercaya dan diterima. Sebab, kini, kupu-kupu itu telah resmi pergi. Kupu-kupu itu telah resmi pergi meninggalkan taman bunga yang sudah kupersiapkan untuknya. Dia terlihat menjauh dan tak mau lagi datang ke taman bunga milikku itu.
ADVERTISEMENT
Ya, sudah. Apa mau dikata. Mungkin, dia memang lebih menyukai taman bunga milik tetanggaku. Aku pun tak punya hak memaksa kupu-kupu itu untuk menyukai taman bunga milikku. Sekali lagi. Kini, kupu-kupu itu, telah resmi pergi. Mungkin saja, hari itu menjadi pertemuan terakhirku dengan kupu-kupu itu.
Akhir kata. Selamat tinggal kupu-kupuku! Terima kasih telah menyempatkan singgah di taman bunga sederhana yang sudah kupersiapkan dengan penuh kekurangan ini. Kudoakan, semoga, engkau bahagia di taman bunga yang seharusnya. Di taman bunga yang lebih indah, lebih harum, dan lebih nyaman untuk ditinggali.
Sayonara!