Tanoto Dukung Penyiapan Calon Guru Berbudaya Perbaikan Kualitas Berkelanjutan

Program PINTAR
PINTAR atau Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran adalah pogram yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Konten dari Pengguna
4 November 2021 19:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Program PINTAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan layar seminar nasional Inovasi LPTK Ciptakan Guru Berbudaya Perbaikan Kualitas Berkelanjutan, yang digelar Tanoto Foundation bekerja sama dengan empat LPTK dan Kemdikbudristek, (Kamis, 4/11/2021).
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar seminar nasional Inovasi LPTK Ciptakan Guru Berbudaya Perbaikan Kualitas Berkelanjutan, yang digelar Tanoto Foundation bekerja sama dengan empat LPTK dan Kemdikbudristek, (Kamis, 4/11/2021).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta, 14 November 2021 – Mahasiswa calon guru harus dibekali budaya melakukan perbaikan kualitas secara berkelanjutan atau continuous quality improvement (CQI). Setiap mengajar, guru akan menghadapi tantangan-tantangan yang berbeda, seperti ketika pandemi melanda. Untuk itulah CQI sebagai salah satu ciri profesional, harus ditumbuhkan dalam diri mahasiswa program pendidikan profesi guru (PPG) Prajabatan.
ADVERTISEMENT
Demikian disampaikan Prof Muchlas Samani, guru besar Universitas Negeri Surabaya dalam Seminar Inovasi LPTK Ciptakan Guru Unggul, yang digelar Tanoto Foundation, Kamis (4/11).
Menurutnya, keseiramaan LPTK dan sekolah mitra merupakan hal yang mutlak. Hubungan antara dosen pembimbing lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) harus seperti hubungan suami istri yang sedang bekerja sama membimbing anaknya untuk tumbuh, yaitu mahasiswa PPG.
Prof Muchlas juga menyebut, program penguatan dosen pembimbing lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) dalam Program PPG prajabatan yang diinisiasi Tanoto Foundation, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Medan, dan Universitas Pendidikan Indonesia berhasil membuat hubungan DPL dan GP jadi makin harmonis melalui kegiatan lokakarya bersama atau joint workshop.
ADVERTISEMENT
“Tidak terlihat adanya gap, bahkan DPL dan GP sudah tidak sungkan untuk saling memanggil nama masing-masing,” jelas Prof Muchlas yang menjadi adviser dalam program tersebut.
Dengan berkurangnya permasalahan gap psikologis antara DPL dan GP, kemampuan mengajar mahasiswa PPG pun akan bertambah baik karena ada komunikasi yang baik antara DPL dan GP untuk terus berimprovisasi dalam mendampingi mahasiswa. “Intinya, perbaikan kualitas secara berkelanjutan bukan saja tanggung jawab guru, tapi juga dosen LPTK dan semua pendidik yang ada,” tambah Prof Muchlas.
Tanamkan growth mindset sebagai karakter calon guru
Prof Aan Hasanah, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengatakan, budaya perbaikan kualitas secara berkelanjutan juga harus dibarengi dengan ditanamkannya dua nilai penting pada mahasiswa calon guru.
ADVERTISEMENT
Pertama, resiliensi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Misalnya jika permasalahannya adalah terbatasnya media pembelajaran, maka guru harus bisa mencari opsi lain bagaimana bisa menyampaikan pembelajaran dengan media yang ada. Kedua, growth mindset yang baik. Ketika permasalahan yang ditemukan jadi sebuah tantangan dan pelajaran untuk terus bertumbuh di masa depan.
Kecenderungan orang yang punya growth mindset bisa dilihat dengan berbagai indikator. Menurut Prof Syawal Gultom, Ketua Pelaksana Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru (UKMPPG) Kemdikbudristek, setidaknya ada tiga hal utama yang harus dilakukan mahasiswa pasca PPG setelah menjadi guru, agar memiliki growth mindset yang baik.
Pertama, guru harus terus menerus memperbarui materi pembelajaran. Kedua, guru harus terus melakukan perbaikan berkelanjutan dalam merancang pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Ketiga, guru harus terus memperbaiki praktik pembelajaran. “Growth mindset kata kuncinya. Bila tiga hal tersebut terus dikembangkan, maka dia akan jadi guru profesional di Indonesia,” tegas Prof. Syawal.
ADVERTISEMENT
Growth mindset juga dipengaruhi oleh lingkungan pendukung. Jika lingkungan pendukung memberi peluang, maka akan ada kesempatan guru untuk terus bertumbuh. “Oleh karena itu penting sekali proses pembinaan pasca PPG, karena itu justru yang menentukan kualitas guru kita di masa depan,” tambah Prof. Syawal.
Hal itu diamini oleh Prof. Hasanah Aan yang menghimbau bahwa guru yang hebat itu bukan guru bintang belajar, melainkan guru pembelajar untuk masa depan. “Bagaimana cara menciptakannya? Tentu saja dengan terus mendekatkan LPTK dan sekolah mitra untuk terus berkolaborasi menguatkan PPG,” kata Prof Aan.
Penguasaan keterampilan yang sedang berkembang
Cara lain untuk terus menumbuhkan budaya perbaikan kualitas secara berkelanjutan juga bisa melalui program Kampus Merdeka yang dicanangkan pemerintah. Seperti diutarakan Prof. Nizam, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbudristek, jika calon guru ingin membawa growth mindset tadi ke aksi nyata, maka mereka harus berani keluar dari kampus untuk belajar lebih banyak.
ADVERTISEMENT
“Keterampilan guru juga harus terus diasah, bukan hanya soal penguasaan teknologi, tapi juga penguasaan hal-hal yang berkembang saat ini, misalnya pemahaman literasi finansial,” jelas Prof. Nizam.
Terkait dengan penyiapan calon guru melalui Program PPG Prajabatan, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, menekankan pentingnya budaya mutu yang harus menjadi falsasah dalam proses pendidikan calon guru.
“Melalui Program PPG, kita semua harus selalu meningkatkan kapasitas diri untuk selalu berada pada dinamika arah zaman sehingga kita ingin melahirkan calon guru yang selaras dengan dinamika zaman. Mahasiswa calon guru pun harus memiliki budaya mutu yang mengedepankan nilai adaptasi sebagai bagian dari proses perjalanan profesinya saat menjadi guru,” kata Ramdhani.