news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dulu Sopir Angkot, Kini Orang Terkaya Bukan Kaleng-kaleng: Sumbang Rp 30 M ke RS

Konten dari Pengguna
26 November 2020 8:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sopir angkot. Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sopir angkot. Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA
ADVERTISEMENT
Pepatah 'orang kaya bukanlah yang banyak punya, tapi banyak memberi', sepertinya terpatri benar di sosok orang terkaya yang satu ini. Tak sekadar terpatri, namun pesan dalam pepatah itu benar-benar dia praktikkan dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Buktinya, dia tak segan merogoh hingga Rp 30 miliar untuk penanganan COVID-19 yang diberikan secara bertahap dan disalurkan untuk rumah sakit di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Duit 30 miliar rupiah bukan sedikit lho! Kalau sekarang dibelikan emas, bisa dapat 32 kilogram. Ingat ya, 32 kilogram! Bukan 32 gram! Kedermawanan pria yang kini berusia 76 tahun itu, tentu juga dipengaruhi perjalanan hidupnya.
Sebelum jadi pengusaha nasional terkemuka dan masuk daftar orang terkaya, dia pernah hidup sangat susah. Pekerjaan sebagai sopir angkot pun pernah dia geluti demi menyambung hidup.
Pria pemilik nama asli Pang Djoem Phen, bahkan hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarga. Sang ayah, Phang Siu On hanya seorang penyadap getah pohon karet, penghasilannya pas-pasan.
ADVERTISEMENT
Kesulitan ekonomi pada akhirnya membuat sang anak harus rela putus sekolah. Tapi dia tak berdiam diri dan berpangku tangan mengharap bantuan orang lain.
Didorong tekad dan keyakinan yang kuat, sosok yang kini dikenal sebagai Prajogo Pangestu itu memutuskan untuk merantau ke Jakarta, harapannya agar bisa mengubah nasib menjadi lebih baik. Namun, sayang seribu sayang dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Di Jakarta Prajogo tidak mendapatkan pekerjaan, kemudian ia kembali ke kampung halaman dan mencari nafkah sebagai sopir angkutan umum jalur Singkawang-Pontianak.
Prajogo Pangestu, pengusaha nasional yang kini masuk daftar orang terkaya, dulunya pernah jadi sopir angkot. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Berpikir tidak ada perkembangan di profesi tersebut, lantas ia memberanikan diri untuk membuka usaha kecil-kecilan berjualan keperluan dapur dari mulai bumbu hingga ikan asin. Di tahun 1960 Prajogo bertemu dan berkenalan dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun On. Dari sinilah nasibnya mulai berubah.
ADVERTISEMENT
Bong Sun On atau lebih dikenal Burhan Uray, saat itu mengajak Prajogo untuk bekerja di perusahaan miliknya, PT Djajanti Group di tahun 1969. Saat itu ia diserahi tugas mengurus Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di daerah Kalimantan Tengah.
Enam tahun berselang, nama Prajogo mulai dikenal orang, saat Burhan Uray memindahkan PT Djajanti dari Pontianak ke Banjarmasin. Setahun kemudian, Burhan menunjuk Prajogo untuk menduduki posisi sebagai General Manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.
Kariernya sebagai General Manager di perusahaan tersebut terbilang singkat, hanya bertahan selama 1 tahun, kemudian ia memilih untuk mencoba bisnis sendiri dengan bermodal pinjaman dari Bank BRI untuk membeli CV Pacific Lumber Coy yang saat itu sedang mengalami kesulitan keuangan.
ADVERTISEMENT
Perusahaan tersebut sebelumya milik Obos, pengusaha kayu asal Barito Selatan, Prajogo kemudian mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific Lumber yang hingga kini dikenal menjadi perusahaan sektor sumber daya alam terbesar di Indonesia. Kesuksesan yang ia dapatkan tidak menghentikan langkah Prayogo untuk terus berkembang.
Dikutip dari finansial.com, selanjutnya ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Tantangan dan hambatan memang selalu ada bagi orang yang mau berusaha. Mungkin krisis moneter pada tahun 1998 inilah yang menjadi hambatan terbesar Prajogo selama perjalanan kariernya.
Belum lagi, ia harus mengembalikan utang sebesar USD 1,8 miliar akibat krisis keuangan yang dialami Chandra Asri. Tak terkecuali utang Tri Polyta dalam bentuk dolar yang melonjak drastis akibat melemahnya nilai rupiah kala itu.
Ilustrasi Pabrik Foto: ANTARA FOTO/ Aji Styawan
Namun hal tersebut tidak membuat ia terhenti, dengan inovasi yang dilakukan ia berhasil memulihkan keuangan bisnis dengan menggabungkan perusahaan-perusahaan miliknya dalam satu platform bernama Barito Group, yang semula hanya menangani sektor perkayuan akhirnya merambat menjadi petrokimia, minyak sawit mentah hingga properti.
ADVERTISEMENT

Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia

Mengutip forbes.com, sosok Prajogo hingga kini masih masuk daftar orang terkaya di Indonesia. Data per 25 November 2020, menyebut kekayaannya sebesar USD 6,7 miliar atau setara Rp 95 triliun.
Kekayaan sebesar itu menempatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia berdasarkan Indonesia's 50 Richest 2019. Sedangkan di daftar Forbes Billionaires List, dia menempati posisi orang terkaya ke-538 di dunia.
Prajogo Pangestu yang kini berusia 76 tahun, juga sempat mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2019 sebagai tokoh nasional yang berjasa bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara.