Jerman vs Jepang dalam Sejarah: Restorasi Meiji dan Aliansi Blok Poros

Pasthiko Pramudhito
Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
23 November 2022 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pasthiko Pramudhito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilutrasi sejarah | Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi sejarah | Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jerman dan Jepang akan saling bertemu satu sama lain pada partai pembuka Grup E Piala Dunia 2022 di Khalifa International Stadium, Qatar, pukul 20:00 WIB. Dalam ajang Piala Dunia, ini jadi kali pertama kedua negara bertemu. Jerman membawa pasukan terbaik mereka yang dihiasi nama-nama fresh seperti Youssoufa Moukoko, Kai Havertz, David Raum, Armel Bella-Kotchap, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sementara. ‘SamuraI Biru’ juga membawa pemain-pemain andalan mereka, sebut saja Takufesi Kubo, Takumi Minamino, dan Daichi Kamada.
Dalam latar belakang historis, kedua negara sudah lama menjalin hubungan. Saat Jepang sedang dalam kondisi terpuruk karena menjadi negara yang tertutup dan tertinggal akibat rezim Shogun, mereka berusaha bangkit untuk mengejar ketertinggalan. Langkah itu diambil pada pemerintahan Kaisar Meiji (1867-1912). Kaisar Meiji mencanangkan gerakan yang dikenal sebagai Restorasi Meiji yang dimulai tahun 1867 untuk mengubah Jepang menjadi negara yang modern.
Usaha untuk memodernisasi Jepang tersebut tak lepas dari bantuan Jerman dengan adanya pertukaran budaya dan ilmu yang dilakukan. Kaisar Meiji mencanangkan sebuah langkah kongkrit disebut oyatoi gaikokujin yakni mengundang intelektual asing guna membantu Jepang dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Dari situ, para intelektual Jerman pun berdatangan ke Jepang, mereka merestorasi bidang-bidang krusial, misalnya Julius Scriba yang memperkenalkan ilmu pengobatan barat untuk bidang kedokteran, K.F. Hermann Roestar sebagai penasehat dibidang hukum, K. W. Jacob Meckel dibidang militer, dan lain sebagainya.
Jerman juga memberi pengaruh atas sistem pemerintahan Jepang lewat lahirnya Konstitusi Meiji pada tahun 1889 yang diperkenalkan oleh Rudolf von Gneist (guru dari Max Weber) dan Lorenz von Stein saat Ito Hirobumi—perdana menteri Jepang era Meiji—napak tilas ke Berlin dan Vienna tahun 1882.
Konstitusi Meiji menerapkan sistem pemerintahan monarki konstitusional yang mengadopsi gaya Prussia di mana Kaisar berperan sebagai penguasa utama dan memiliki kekuasaan politik yang besar. Namun, kekuasaan dibagi dengan anggota parlemen yang dilantik.
ADVERTISEMENT
Berkat Konstitusi Meiji, Jepang menjadi negara yang begitu maju di Asia dengan memiliki sistem perundangan-undangan sendiri.
Bersatu dalam Perang Dunia II
Hubungan Jerman dan Jepang sempat merenggang pada masa Perang Dunia I, kala itu Jepang bergabung dengan blok sekutu bersama Inggris dan Jerman dalam blok Poros. Pergantian estafet kepemimpina pada kedua negara membuat Jerman dan Jepang kembali dekat.
Jerman dipimpin oleh dictator, Adolf Hitler dari partai NAZI, sementara Jepang dipimpin kaisar Hirohito.
Adolf Hitler berambisi untuk menciptakan Ruang Hidup (Lebensaraum) dengan rencananya menginvansi Uni Soviet. Jerman mengirim Menteri Luar Negerinya, Joachim von Ribbentrop ke Tokyo untuk menegosiasikan hubungan Jepang dan Jerman yang lebih mesra untuk membentuk Blok Poros.
ADVERTISEMENT
Blok Poros didirikan yang dipimpin oleh Adolf Hitler (Jerman), Benito Mussolini (Italia), dan Hirohito (Jepang). Aliansi ketiga negara ini disahkan pada 27 September 1940 dalam Pakta Tripartit. Blok Poros, melawan Blok Aliansi yang diisi oleh Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Soviet.
Pada akhirnya Jerman dan Jepang sama-sama menerima kekalahan pada Perang Dunia II. Pasca Perang Dunia II, Jerman dibagi ke dalam 4 wilayah berdasarkan Perjanjian Postdam, sementara Jepang hancur lebur setelah dua kotanya Hiroshima dan Nagasaki terkena bom atom. Jepang harus mengganti kerugian perang yang tertuang dalam Perjanjian San Fransisco.