Inggris vs Iran dalam Sejarah: Konsesi Reuter

Pasthiko Pramudhito
Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
21 November 2022 21:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pasthiko Pramudhito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Grup B Piala Dunia 2022 menjadi perhatian publik, sebab diisi oleh negara-negara yang saling memiliki latar belakang historis satu dengan lainnya. Di antaranya ada Inggris, Iran, Amerika Serikat, dan Wales. Laga pembuka grup B akan mempertemukan Inggris vs Iran pada pukul 20.00 WIB. Tercatat, laga ini menjadi pertemuan pertama kedua negara dalam ajang sepak bola internasional.
ADVERTISEMENT
Namun, relasi antara Inggris dan Iran sudah memiliki sejarah yang panjang. Dari beberapa catatan, kedua negara sudah memiliki hubungan sejak abad ke-13 saat Raja Edward I mengirim utusannya Geoffrey of Langsley ke Persia untuk menjalin kerjasama.
Hubungan kedua negara tersebut dapat dilihat dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, sosial, geografi, dan lain sebagainya. Dalam bidang ekonomi terdapat satu kesepakatan antar kedua negara yang cukup menarik untuk diulik, yakni Konsensi Reuter.
Tahun 1872 akibat sedang lemahnya ekonomi Persia, raja Persia Naser al-Din Shah mau tak mau menandatangani sebuah kontrak dengan pengusaha Inggris, Baron Julius de Reuter. Hasil dari Konsesi Reuter ini membuat Inggris memiliki hak monopoli atas sumber daya dan infrastruktur di Persia seperti Jalan, telegraf, pabrik dan ekstrasi sumber daya alam untuk 70 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Sebagai gantinya, Persia mendapatkan imbalan dari pembangunan selama 5 tahun ke depan dan keuntungan 60% keuntungan dari pendapatan bersih untuk 20 tahun ke depan.
Konsesi ini memiliki dampak yang besar bagi Persia, salah satu tokoh imperialis Inggris, George Curzon dalam catatannya Persia and the Persian Question menilai Konsesi Reuter adalah “Penyerahan paling lengkap dari seluruh sumber daya industri yang pernah diberikan sebuah kerajaan kepada pihak asing yang pernah diimpikan.”
Alhasil konsesi ini mendorong protes dari berbagai kalangan masyarakat Persia. Misalnya dari kalangan ulama yang geram karena jika jalur kereta api yang dibangun akan membawa kerusakan di tanah muslim, akibat dari rencana Baron Reuter yang ingin membangun kereta api melewati tempat suci di selatan Tehran.
ADVERTISEMENT
Akibat berbagai kecaman yang datang, Nasir al-Din Shah akhirnya membatalkan kesepakatan hanya kurang lebih satu tahun setelah Konsesi Reuter disepakati. Kegagalan Konsesi Reuter menjadi pendorong adanya pemberontakan lain masyarakat Persia terhadap pihak asing.
Tahun 1890 misalnya, masyarakat Persia berbondong-bondong melakukan protes terhadap Konsesi Tembakau yang merupakan upaya Inggris untuk melanggar kedaulatan Persia. Namun, disisi lain Iran justru bak dijajah secara “gerilya”, karena banyaknya pengusaha Inggris yang mendirikan usahanya di sana seperti penemuan minyak di Masjid Soleiman, pendirian Perusahaan Minyak Anglo-Iran, dan Konsesi D’Arcy yang mengizinkan Inggris untuk memiliki hak atas minyak di Iran. Sementara, Baron de Reuter justru mendirikan "kerajaanya" di Iran dengan mendirikan Bank Imperial Persia.
ADVERTISEMENT