Sejarah Masyarakat Melayu di Embau Jongkong, Kalimantan Barat

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
10 November 2020 17:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Masyarakat Melayu di Embau Jongkong, Kalimantan Barat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di pulau Kalimantan (Borneo). Kawasan Embau berada di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Embau pernah menjadi nama sebuah kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu yang juga merupakan nama salah satu anak sungai Kapuas. Pada tahun 1800-1857, kawasan Embau berada di daerah kolonial Semitau. Hingga pada tahun 1858 Embau dipisahkan dari Semitau dan diurus langsung oleh kerajaan Jongkong dibawah kekuasaan kolonial Belanda. Pada tahun 1882, Jongkong menjadi sebuah Landschap (wilayah setingkat distrik) yang diperintah oleh Raja Sulaiman Suria Negara.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1917 pemerintahan Landschap Jongkong dihapuskan dan diubah menjadi Gouvernementsgebeid; Pangeran Muda Gusti Alam, penguasa saat itu mendapat ganti rugi 1.000 gulden dan berhenti menjadi raja. Sejak tahun 2007, kecamatan Embau diubah menjadi kecamatan Jongkong. Walaupun begitu, nama Embau tetap dikenal oleh masyarakat setempat.
Meskipun kawasan Embau bahkan kawasan Kapuas Hulu secara keseluruhan adalah kawasan pedalaman di mana notabene orang awam berpikir adalah hutan belantara. Namun, Embau dapat dijangkau dengan alat angkutan sungai tradisional yang disebut mutur dan tempil.
Penduduk Embau jika dilihat dari segi etnik dan agama yang dianut temasuk unik jika dibandingkan dengan kawasan lain di Kapuas Hulu yang majemuk etnik dan agamanya. Kawasan Embau-Jongkong ini hampir seluruh penduduknya aslinya menganut agama Islam dan mengaku bersuku Melayu. Penganut agama lain seperti Katolik, Protestan dan Buddha Tionghoa datang ke Embau Jongkong kurang lebih seratus tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara etnisitas dan agama di kawasan ini dan di Kalimantan Barat secara keseluruhan terbilang kompleks. Keadaan ini muncul karena wacana tentang penggolongan etnik merupakan isu yang belum tuntas sampai saat ini. Pada umumnya para peneliti secara sederhana membagi etnik di kawasan ini kepada dua kategori yakni Melayu dan Dayak. Ada pula yang menambahkan kelompok Asia Asing. Meskipun penghuni daerah pedalaman adalah orang Dayak, namun keberadaan orang Melayu di kawasan ini sudah disebutkan ratusan tahun lalu. Menurut Bernard Sellato (1994), asal-usul Melayu Kalimantan Barat sebagiannya adalah orang Dayak, dengan demikian mereka adalah pribumi juga.
Tentu saja menarik untuk menjelaskan bagaimana proses ‘pemelayuan’ terhadap puluhan kampung yang berada di kawasan ini. Pengakuan orang Embau sebagai golongan etnik Melayu, baik oleh mereka sendiri maupun oleh orang luar telah terjadi sejak lama. Kira-kira sejak 200 tahun yang lalu, ketika Islam datang dan dianut penduduk setempat. Sebuah manuskrip yang ditulis tahun 1241 Hijriah (1827 M), oleh Pangeran Ratu Idris yang menceritakan penyebaran Islam ke Kapuas Hulu, termasuk Embau. Pengislaman dilakukan oleh kerajaan Islam Sintang yang pada masa itu dipimpin oleh Ade Abdurrahman alias Abang Pikai dan bergelar Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin. Biasa digelar Sultan Aman yang memerintah tahun 1150 sampai 1200 H (kira-kira 1737-1785 M).
ADVERTISEMENT
Ada pula pendapat lain bahwa proses Islamisasi di Embau bermula pada awal abad ke 19 oleh Pangeran Haji Mohammad Abas dan kerika kerajaan Bunut makin kuat, Abang Barita dari Selimbau yang meneruskan usaha ini. Mungkin saja awal penyebaran Islam dilakukan oleh para pendakwah Islam dari Sintang ke kawasan Embau sejak akhir abad ke 18. Namun, usaha itu lebih dipergiat lagi ketika kerajaan Bunut sudah menjadi kokoh. Kemudian usaha ini semakin berjaya lagi ketika kerajaan Islam Jongkong berdiri pada pertengahan abad ke 19. Sekarang terdapat 47 kampung Melayu di Embau Jongkong yang semua penduduk aslinya menganut agama Islam.
Sumber: Hermansyah. 2010. Ilmu Gaib di Kalimantan Barat. Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia.
ADVERTISEMENT