news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pembunuhan Massal Hari Santo Bartolomeus di Prancis

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
5 Mei 2018 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah petaka menimpa negara Prancis tahun 1559-1598. Berawal dari sebuah perselisihan yang dilakukan dua agama besar di negara tersebut untuk sama-sama menyebarkan pengaruh dari ajaran yang mereka percaya. Agama kembali menjadi alasan masyarakat berbuat anarkis. Mereka merasa tindakan berdasarkan kepentingan agama adalah jalan legal yang diizinkan oleh tuhan mereka. Perang agama yang kemudian dikenal dengan French Wars of Religion, mempertemukan pengikut Gereja Roma di Prancis dengan penganut Protestan Calvin. Keduanya memiliki kepentingan penting dalam mempertahankan ajaran mereka di Prancis yang sama-sama telah diikuti oleh banyak penganutnya. Perebutan pengaruh yang seharusnya dilakukan dengan cara berdakwah berubah menjadi ajang adu kekuatan. Siapa saja yang berhasil menyingkirkan terlebih dahulu lawannya maka akan mendapatkan kuasa penuh atas wilayah Prancis untuk menyebarkan ajarannya.
ADVERTISEMENT
Pada 24 Agustus 1572, Kota Paris berubah menjadi arena pembantaian. Kota yang penuh dengan keindahan itu telah dibanjiri oleh darah orang-orang yang ingin mengukir sejarah baru. Paris ketika itu bukanlan kota bebas seperti yang kita kenal sekarang, tetapi sebuah kota yang setiap kehidupannya diatur oleh aturan mutlak para penguasa. Manusia tidak memiliki hak untuk menentukan hidupnya. Keadaan seperti itulah yang membuat agama tumbuh menjadi sebuah jalan terbaik bagi masyarakat untuk mendapatkan kebebasan. Namun semuanya berubah ketika para penguasa menempatkan agama sebagai bagian dari kepentingan poltik mereka. Pengaruh penguasa yang mulai melemah dialihkan kepada pengaruh agama, sehingga salah satu agama didukung penuh oleh penguasa Prancis ketika itu, Charles IX yang bekuasa dari tahun 1560 sampai 1574.
ADVERTISEMENT
Seluruh masyarakat Paris terpaksa terlibat dalam perang itu demi mempertahkan kehidupan mereka. Bahkan mereka yang tidak terlibat dalam salah satu agama pun harus ikut angkat senjata demi terjaganya hak hidup mereka. Tidak ada satupun tempat di kota itu yang dapat digunakan sebagai perlindungan. Hanya dalam waktu dua bulan, peperangan telah menyebar ke seluruh wilayah Prancis.
Akhirnya kaum Protestan Calvin, yang dikenal juga dengan kaum Huguenot, menjadi sasaran utama yang harus dimusnahkan. Melalui serangkaian perang yang dilakukan untuk melawan penganut Gereja Roma, kaum Huguenot benar-benar kewalahan. Semakin terlihat jelas bahwa para penguasa telah membantu Gereja Roma dalam pembantaian tersebut. Kaum Huguenot bukannya tanpa perlawanan, namun upaya yang mereka lakukan selalu berakhir dengan kekalahan dan tidak pernah ada yang selamat. Peristiwa pembunuhan massal itu kemudian dikenal dengan Pembunuhan Massal Hari Santo Bartolomeus.
ADVERTISEMENT
Kaum Huguenot dianggap sebagai kelompok kafir oleh sebagian orang, bahkan oleh Raja Charles IX. Sampai kapanpun kaum Huguenot tidak akan mendapatkan tempat di wilayah Prancis selama Charles IX berkuasa. Hal itu disebabkan ibu Charles IX, Catherine de'Medicis, berasal dari keluarga Medicis Florence yang kental dengan ajaran gereja Italia. Raja Charles IX menempatkan kepentingan pemusnahan Kaum Huguenot itu menjadi yang utama sehingga masyarakat sipil yang bukan penganut Gereja Roma ikut terlibat dalam pembataian itu karena meresa itu adalah titah raja yang wajib dilaksanakan.
Sumber : Elga, A. Yusrianto. 2014. Kisah-Kisah Pembantaian Kejam dalam. Peperangan Dunia. Yogyakarta : Palapa.
Foto : stoplusjednicka.cz