Akhir Dominasi Pasukan Napoleon atas Wilayah Eropa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 Juli 2018 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: commons.wikimedia.org
Sikap Rusia yang tidak menghiraukan kebijakan Sistem Kontinental yang diterapkan oleh Prancis atas wilayahnya, dan bahkan terkesan menentang Prancis dengan menerapkan pajak tinggi kepada berbagai komoditas perdagangannya, membuat pemerintah Prancis di bawah pimpinan Napoleon memusatkan perhatiannya untuk menginvasi wilayah Rusia pada 1812.
ADVERTISEMENT
Pertempuran pertama yang melibatkan pasukan Prancis dengan pasukan Rusia terjadi pada September 1812 di kota Brodino, sebelah barat Moscow. Pertempuran itu tidak berlangsung lama, pasukan Rusia memutuskan untuk mundur karena melihat dominasi pasukan Prancis.
Pasukan Prancis yang merasa memiliki keuntungan besar memutuskan untuk terus bergerak maju mengejar pasukan Rusia yang lari ke arah Moscow. Pasukan Prancis tidak mendapatkan banyak perlawanan, sehingga mereka berhasil memasuki wilayah pinggiran kota Moscow. Namun, pasukan Prancis dikejutkan ketika mengetahui bahwa kota yang akan mereka kuasai telah dikosongkan oleh penduduknya. Hal itu diketahui sebagai strategi dari pasukan Rusia untuk melemahkan pasukan Prancis yang tidak mengetahui keadaan medan di wilayahnya.
Militer Prancis yang telah melangkah terlalu jauh ke arah timur mendapat masalah besar karena pusat logistik mereka, yang teletak di barat dan tengah Eropa, kesulitan untuk menyalurkan kebutuhan pasukannya yang berada terlalu jauh. Pasukan Prancis mesti bertahan dengan memanfaatkan segala makanan dan barang yang mereka temukan di kota yang mereka duduki.
ADVERTISEMENT
Penderitaan pasukan Prancis semakin bertambah setelah terjadi sebuah kebakaran besar di kota Moscow, yang menghancurkan banyak gudang logistik di sana. Gedung-gedung dan berbagai fasilitas lainnya pun ikut hancur terbakar. Kejadian itu diyakini sebagai ulah dari pasukan Rusia yang menyelinap masuk ke dalam kota, dan membakar semua fasilitas yang ada. Pasukan Rusia ingin mengurung pasukan Prancis di wilayahnya dengan hanya memiliki sarana penunjuang hidup yang sangat sedikit.
Sebagaimana diketahui, musim dingin yang terjadi di Rusia sangatlah mengerikan, berbeda dengan wilayah Eropa lainnya. Pasukan Prancis pun harus menghadapi keadaan itu tanpa makanan, tanpa pakaian musim dingin, tanpa tempat tinggal, dan tanpa amunisi yang cukup. Ditambah sesekali mereka harus menghadapi serangan-serangan kecil yang dilancarkan pasukan Rusia.
ADVERTISEMENT
Melihat posisi pasukannya yang semakin terjepit, Napoleon memutuskan untuk menarik mundur pasukannya meninggalkan Rusia pada Oktober 1812. Kondisi pasukan Prancis pun sudah sangat mengkhawatirkan, banyak di antara mereka yang jatuh sakit akibat musim dingin dan kelelahan dalam perjalanan.
Kerugian yang diderita Prancis dalam upaya penyerangan ke Rusia sangat besar. Pasukan Prancis yang awalnya berjumlah 680.000 orang, hanya tersisa puluhan ribu saja. Kekalahan yang diderita oleh Prancis tersebut telah membangkitkan semangat pasukan Rusia yang selama ini telah tertekan dengan kekuatan pasukan Napoleon. Selain Rusia, beberapa negara yang telah lama bermusuhan dengan Prancis mulai menunjukkan semangat perjuangan baru untuk melakukan serangan balik ke wilayah Prancis.
Prancis harus dihadapkan dengan munculnya kembali koalisi beberapa kerajaan Eropa yang ingin melakukan balas dendam atas kekalahan mereka sebelumnya. Napoleon akhirnya mengahadapi pertempuran besar di kota Leipzig, Jerman.
ADVERTISEMENT
Pasukan Prancis, yang sedikit kalah jumlah, harus berhadapan dengan pasukan koalisi yang terdiri dari Rusia, Prusia, Austria, dan Swedia. Beberapa ahli meyakini bahwa pertempuran yang terjadi di Leipzig merupakan pertempuran pasukan darat terbesar yang pernah terjadi di Eropa, sebelum meletusnya Perang Dunia I.
Pasukan Prancis mengalami kekalahan pada pertempuran di Leipzig. Hal itu lantas membuat mereka harus mundur sampai ke dalam wilayah mereka sendiri. Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh pasukan koalisi untuk masuk ke wilayah Prancis. Pertempuran kembali dilanjutkan di wilayah Prancis yang berjalan sangat ketat.
Di bawah pimpinan Napoleon, pasukan Prancis berjuang mati-matian mempertahankan wilayah mereka. Tetapi akhirnya pasukan koalisi dapat menundukkan kota Paris pada April 1814. Mereka memaksa Napoleon lengser dari jabatannya sebagai penguasa Prancis. Napoleon berhasil ditangkap hidup-hidup dan diputuskan untuk dibuang ke pulau Elba, yang terletak di sebelah barat Italia.
ADVERTISEMENT
Masa pengasingan Napoleon di pulau Elba tidak berlangsung lama, ia berhasil melarikan diri dan kembali ke wilayah Prancis pada 1815. Setelah berhasil kembali, Napoleon langsung disambut oleh sebagian rakyat dan pasukan yang masih setia kepadanya. Napoleon berupaya untuk membentuk kekuatan baru guna mengambil alih kembali kekuasaannya atas Prancis.
Kabar tentang kemunculan Napoleon berhasil diketahui oleh pemimpin pasukan koalisi. Pada 18 Juni 1815, pasukan Napoleon yang masih belum siap berperang harus kembali menghadapi pasukan koalisi dalam pertempuran di wilayah Waterloo, Belgia. Upaya Napoleon untuk mengambil kembali kedudukannya mengalami kegagalan, dan ia pun ditangkap untuk kedua kalinya.
Belajar dari pengasingan Napoleon sebelumnya, kali ini pasukan koalisi mengirim Napoleon ke wilayah pulau St.Helena di samudera Atlantik. Para koalisi tidak ingin Napoleon kembali melarikan diri karena ditempatkan di pulau yang dianggap terlalu dekat dengan Prancis. Di Pulau St.Helena ini Napoleon tidak dapat melarikan diri karena letaknya yang sangat jauh.
ADVERTISEMENT
Napoleon terpaksa tinggal di sana hingga ajal menjeputnya pada 1821. Maka berakhirlah perjuangan tokoh besar Prancis itu, yang pada masanya berhasil memicu peperangan besar di sebagian wilayah Eropa, yang menurut beberapa pihak telah memakan korban hingga 4.000.000 jiwa.
Sumber: Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta: Brilliant Book