Lewat 'Marsinah: Cry Justice', Pejuang Hak Buruh Itu Terkenang Abadi

Aksi topeng Marsinah Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Play Stop Rewatch, Jakarta - Jika bicara tentang Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei setiap tahunnya, khususnya di Indonesia, maka tidak akan lengkap rasanya bila tak mengingat perjuangan tokoh bernama Marsinah. Kisah tentangnya diabadikan dalam film semi-dokumenter yang berjudul Marsinah: Cry Justice.

Pada artikel ini, Play Stop Rewatch memutuskan untuk kembali mengangkat isu Marsinah lewat pembahasan film yang dirilis pada tahun 2001 tersebut.

Slamet Rahardjo, sutradara film Marsinah: Cry Justice, mengambil sudut pandang dari kisah hidup Mutiari untuk menceritakan kisah Marsinah. Terlepas dari kasus pembunuhan terhadap Marsinah itu sendiri, film tersebut juga menceritakan buruknya sistem peradilan dan kekuasaan di negeri ini pada era Orde Baru.

Cover film Marsinah: Cry Justice (Foto: Wikipedia)

Dikisahkan, seorang pria bernama Hari Sarwano mencari istrinya, Mutiari, yang hilang sejak Oktober 1993. Tidak hanya Mutiari, teman-temannya juga menghilang entah ke mana. Kemudian, dijelaskan bahwa Mutiari dan rekan-rekannya disekap dan disiksa untuk dipaksa merancang pembunuhan terhadap Marsinah.

Marsinah adalah tokoh yang memperjuangkan nasib buruh, salah satunya lewat aksi menuntut kenaikan upah dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250 per hari. Nahas, aksi demonstrasinya tersebut malah mengantarnya menemui ajal, lewat kematian yang dinilai misterius. Hingga hari ini, banyak pihak yang menganggapnya pantas menyandang status pahlawan buruh Indonesia.

Film semi-dokumenter ini mengingatkan kita akan salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia. Menurut Play Stop Rewatch, amatlah perlu bagi kita untuk tetap mengingatnya dan peduli. Marsinah: Cry Justice bisa kalian saksikan secara luas lewat internet karena sudah beredar lewat platform video mana pun.

Penulis: Andri