3 Kontroversi Seputar Film 'Once Upon a Time in Hollywood'

Konten Media Partner
2 September 2019 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Quentin Tarantino di film Pulp Fiction (Foto: Miramax)
zoom-in-whitePerbesar
Quentin Tarantino di film Pulp Fiction (Foto: Miramax)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Once Upon a Time in Hollywood adalah film garapan sutradara andal Quentin Tarantino yang menceritakan tentang aktor Rick Dalton dan stuntmant-nya, Cliff Booth, dengan latar masa keemasan Hollywood pada tahun 1960-an. Ini merupakan film bergenre historical fictions, di mana semua nama artis dan kejadian benar-benar nyata.
ADVERTISEMENT
Ketika film ini rilis, walaupun sudah diberitahu bahwa ini hanyalah sebuah film what-if yang mengambil latar kisah nyata, film ini tetap memicu kontroversi dari beberapa pihak.

Reaksi Tarantino di Cannes Film Festival

Mei 2019, Once Upon a Time in Hollywood melakukan penayangan perdananya di Cannes Film Festival. Dari ulasan yang sudah masuk, beberapa memuji filmnya, namun film ini juga tidak luput dari kritikan para kritikus. Salah satu kritikan dari kritikus adalah mereka mempertanyakan bahwa film ini tidak fokus pada kejadian pembunuhan Sharon Tate oleh anggota keluarga Manson pada Agustus 1969.
Ketika Tarantino ditanyakan mengenai peran Margot Robbie yang sangat minor, padahal seharusnya menjadi inti utama dari cerita ini, ia menolak hypothesis reporter tersebut. Sejak itu, berita ini tersebar dengan sangat cepat di media sosial bahwa film ini lebih fokus kepada karakter fiksinya daripada menyorot kisah tragis Sharon Tate.
ADVERTISEMENT
Sejak Once Upon a Time in Hollywood rilis pada Juli 2019, kemudian para penonton mulai menyadari maksud dari Tarantino tersebut. Film ini bukan cerita tentang keluarga Manson ataupun mereka ulang pembunuhan Sharon Tate.

Penggambaran Bruce Lee

Bruce Lee pun juga turut hadir meramaikan film ini dan diperankan oleh aktor Mike Moh. Dalam filmnya, ia berada di set The Green Hornet, serial televisi ABC yang ditayangkan pada 1966. Di sana, ia terlihat sangat arogan dan kelakuannya tersebut dijadikan bahan bercandaan dalam film ini. Apalagi ketika Cliff Booth meledeknya dengan meniru suara ikonik yang dibuat oleh Bruce Lee.
Alhasil, adegan tersebut banyak menerima kritikan karena menggambarkan Bruce Lee dengan sangat tidak layak. Partner latihan Bruce Lee, Don Inosanto, menyatakan kalau Bruce Lee yang sesungguhnya tidak akan pernah merendahkan Muhammad Ali seperti yang terjadi pada filmnya.
Cliff Booth bertarung dengan Bruce Lee (Foto: IMDb)
Putri Bruce Lee, Shannon Lee, juga kecewa dengan hal ini. Ia menyangka dengan kecintaan Tarantino pada genre kung-fu seperti juga ayahnya, seharusnya Tarantino tidak menggambarkan ayahnya yang seakan-akan mengagung-agungkan kung-fu dan bisa merendahkan orang lain.
ADVERTISEMENT
Shannon Lee pun mengharapkan permintaan maaf dari Quentin Tarantino atau mengakui kalau Bruce Lee seharusnya tidak seperti itu dan tidak terlalu mengenal Bruce Lee.
Sayangnya, Tarantino mempertahankan penggambarannya terhadap Bruce Lee pada press junket di Moskow. Ia berkata kalau Bruce Lee adalah tipikal pria yang arogan dari caranya berbicara dan ia tidak mengada-ada karena pernah mendengarnya berbicara seperti itu.

Kritik Boots Riley

Anggota keluarga Manson yang digambarkan sebagai hippies (Foto: IMDb)
Boots Riley, sutradara film Sorry to Bother You, mengkritik Tarantino karena karena salah menginterpretasikan Charles Manson dan anggota keluarganya.
Anggota keluarganya yang digambarkan sebagai Hippies sangat tidak tepat karena keluarga Manson yang sangat konservatif ini adalah orang-orang kulit putih yang secara terang-terangan menyatakan perang dengan orang berkulit hitam. Mereka tidak cocok digambarkan sebagai Hippies yang terkesan lebih liberal.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andri