Kisah Pesugihan: Sudah Banyak Harta, Malah Selingkuh dengan Siluman

Konten dari Pengguna
17 September 2020 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi siluman ular (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siluman ular (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagi-pagi buta, Kodet dengan istrinya, Marfuah, berangkat ke sebuah Gunung Purba dekat kampungnya. Gunung purba tersebut sudah tersohor menjadi pusat pesugihan. Banyak orang datang tak kenal agama hanya untuk meminta rezeki.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, Kodet dan Marfuah ingin juga kaya. Mereka rencananya akan buka usaha ternak ikan lele. Seperti saran dari mertua, Kodet harus sowan dahulu ke sesepuh gunung purba agar usahanya kelak sukses.
Keduanya menuruti apa yang diinginkan orang tua Marfuah. Berangkatlah mereka ke sana dengan membawa bekal yang telah disiapkan. Berbagai jenis sesembahan macam telur putih, ayam cemani hitam, kelapa muda, dan banyak dupa sudah dibawanya. Mereka siap melakukan ritual seperti apapun bentuknya.
***
Pesanan demi pesanan tak henti-hentinya tiba. Baik dari marketplace daring hingga jualan di lokasi, lele ternakan Kodet laku keras. Ia sangat bersyukur dan berterimakasih kepada leluhur gunung purba.
Menurut mereka, kesuksesan ternak lele tersebut dapat diraih berkat restu dari penunggu yang dipercaya sebagai leluhur di gunung purba. Setiap bulan, pasangan Marfuah dan Kodet kerap berziarah ke puncak gunung tersebut.
ADVERTISEMENT
Sekilas, pesugihan macam ini bisa juga dibilang bukan pesugihan. Maklum, tak ada ritual dan amalan khusus yang mesti dilakukan apalagi tumbal. Inilah yang membuat sepasang suami istri itu yakin bahwa pesugihan yang mereka lakukan tidaklah dilarang agama.
"Tapi tetap saja, Det, yang namanya meminta kepada selain Gusti itu ya musyrik, dosa besar."
"Yo anggap sajalah itu perantara. Jangan repot-repot berpikir tentang agama, nanti bisa stress kamu."
Begitulah perbincangan Kodet dengan teman-teman judinya. Saban akhir pekan, karena mungkin sudah kebanyakan penghasilan, Kodet kerap menghabiskan waktu bermain judi dengan teman-temannya.
"Tidak besar-besar, kok, Bu. Paling hanya seratus-dua ratus," kata Kodet kepada istrinya suatu hari menjelaskan jumlah uang yang dipasang judi.
Marfuah pun tak banyak komentar dengan kebiasaan Kodet. Toh selama ini keuangan mereka tak begitu terganggu. Selama mereka melakukan ziarah rutin ke gunung purba, selama itulah keuangan mereka akan terus baik-baik saja. Begitu pikir Marfuah.
ADVERTISEMENT
Saban hari, Kodet dan Marfuah semakin banyak uang. Mobil, perhiasan, renovasi rumah, sudah mereka lakukan. Dihitung-hitung, sudah hampir dua tahun mereka melakukan ini. Jualan pun tak kunjung menurun omsetnya.
Karena sudah tak ada lagi ambisi, semua sudah terbeli, akhirnya uang pendapatan mereka terkadang dibuat foya-foya. Misal, Kodet kerap mentraktir minuman keras untuk teman-temannya. Atau, Marfuah kerap membeli pakaian mahal untuk sekali pakai saja.
Sepertinya, mereka tak bernafsu punya anak. Hubungan ranjang mereka sebenarnya baik-baik saja. Namun, tak ada gairah sama sekali di antara keduanya untuk menimang bayi.
"Sudahlah, biar Gusti yang mengatur. Saat ini kita sudah bahagia dengan banyaknya uang."
"Betul, Kang."
***
"Gila kamu, Det. Istrimu itu sudah menemanimu selama ini. Masa kamu mau mengkhianatinya begitu saja?"
ADVERTISEMENT
"Sudahlah. Ini kan hanya main-main. Lagipula, istriku sudah bahagia dengan kekayaan yang kita raih saat ini. Aku pula yang memberikannya kekayaan."
Perbincangan di meja judi malam itu sedikit panas. Kodet bercerita kepada kawan-kawannya bahwa ia menyukai seorang gadis yang ditemuinya di gunung purba beberapa waktu lalu.
Mereka bahkan sudah sering bertemu tiap malam Selasa di atas gunung purba. Tentu saja, Marfuah tak tahu menahu soal ini. Kodet diam-diam pergi ke gunung purba untuk menemui seorang perempuan pujaan barunya.
Akhir-akhir ini, Marfuah memang sudah melihat perilaku Kodet tampak tak biasa. Ia sering kedapatan tertawa-tawa sendiri tanpa sebab. Namun, Marfuah tak mau ambil pusing. Barangkali itu karena kebahagiaan yang mereka dapat.
"Apa yang sudah kamu lakukan dengan perempuan itu?"
ADVERTISEMENT
"Hahaha. Tidak banyak. Hanya colek-colek sedikit."
Kodet bahkan sudah menceritakan bahwa hubungan perselingkuhannya sudah sampai tahap yang sangat intim. Mungkin hubungan ranjang, atau cuma peluk-pelukan. Ia tak begitu jelas bercerita.
Orang dewasa tentu saja sudah paham akan hal itu. Teman-teman badungnya apalagi. Jelas saja mereka tahu apa maksud cerita Kodet. Dalam pikiran mereka, Kodet sudah mendua hingga tahap hubungan intim.
***
Hari itu cerah sebenarnya, tapi tidak bagi Marfuah. Ia diberi kabar bahwa Kodet tewas terjatuh dari puncak gunung purba. Jasadnya ditemukan di sebuah jurang di gunung keramat itu pada Selasa dini hari.
Marfuah jelas tak percaya dengan kabar tersebut hingga ia benar-benar melihat jasad Kodet terbujur kaku di hadapannya di kamar jenazah rumah sakit. Marfuah menjerit keras. Ia menangis dan memukul-mukulkan tangannya ke lantai hingga pingsan.
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian mencatat sebab kematiannya karena kecelakaan murni saking tak ditemukannya sebab-sebab tak wajar. Saat melakukan pemeriksaan ke sejumlah saksi, polisi tak menemukan satupun hal yang janggal, kecuali pengakuan sang juru kunci gunung purba yang tampak seperti orang melantur.
"Itulah akibat dari bermain-main dengan penunggu gunung suci ini. Jiwanya dicerabut oleh seekor siluman ular karena telah mengikat ikrar pernikahan dengan makhluk dari alam lain."
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.