Kisah Pelaku Pesugihan yang Tertipu saat Melakukan Ritual di Pohon Genderuwo

Konten dari Pengguna
16 September 2020 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi genderuwo (Foto: Tirto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi genderuwo (Foto: Tirto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siang itu sedang terik-teriknya panas. Seperti biasa, Hadi mendorong gerobak odong-odong miliknya ke tempat mangkal biasa.
ADVERTISEMENT
Namun, karena cuaca yang tidak mendukung, jasa odong-odong milik Hadi sepi pengunjung. Apalagi, anak-anak jaman sekarang malah lebih suka bermain gadget daripada odong-odong.
Hadi sebenarnya bukanlah seorang penjual odong-odong. Dia dulunya seorang pengusaha mebel yang sukses. Akan tetapi, beberapa minggu lalu dia bangkrut.
Semua asetnya ludes dia jual untuk menutupi utang-utang. Sekarang, Hadi terseok-seok mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi, usaha odong-odong yang dia jalani akhir-akhir ini tidak bisa memberikan pendapatan pasti bagi Hadi. Selain daya belinya yang murah, odong-odong sudah semakin tidak diminati oleh anak-anak. Hadi semakin terpuruk.
Memang, ia sempat berpikir untuk melakukan pesugihan. Tapi dia tidak akan sanggup memberikan tumbal untuk pesugihan yang ia jalani nanti. Terlebih, dia juga percaya kalau pesugihan itu bukan cara yang baik untuk mendapat kekayaan.
ADVERTISEMENT
Namun, Hadi tidak ingin terlalu keras kepala. Ia tak punya pilihan lain selain melakukan itu. Kemudian, Hadi melakukan riset kecil-kecilan tentang pesugihan yang tidak mensyaratkan tumbal. Ternyata, ada satu jenis pesugihan yang tidak memerlukan tumbal yaitu melalui genderuwo.
Esoknya, Hadi langsung menemui dukun dari kenalannya untuk berkonsultasi perihal pesugihan yang akan dilakoni. Sesampainya di sana, Hadi diberi wejangan dan syarat untuk melakukan pesugihan itu.
“Mbah, saya ingin melakukan pesugihan melalui genderuwo,” pinta Hadi.
“Oh, pesugihan yang tidak pakai tumbal itu ya. Gampang saja. Kamu hanya perlu bertapa di pohon gayam di dalam hutan sambil bersujud menyembah pohon itu.
Nanti kamu tunggu saja, kalau ada yang bersuara, itu berarti Mbah genderuwo sudah datang. Tapi, kamu harus bayar jasa saya 10 juta dulu,” jelas dukun itu.
ADVERTISEMENT
“Loh Mbah, bukannya kalau datang ke genderuwo itu harus bawa masakan gagak dan berdiri telanjang ya?” tanya Hadi.
“Tau dari mana kamu?” tanya dukun itu panik.
“Wah, gini-gini saya riset dulu Mbah sebelum melakukan pesugihan semacam itu,” balas Hadi.
Ilustrasi perdukunan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“Halah, itu mah hoax, gak bener itu. Kamu hati-hati, biasanya yang kayak gitu informasinya dilebih-lebihkan biar kelihatan terpercaya. Kalau sudah begitu, biasanya sih penipuan.
Tapi kamu tenang saja, di lapak Mbah ini semuanya terpercaya. Jadi, kamu lakukan saja apa yang saya bilang,” jelas dukun itu berusaha meyakinkan.
Hadi berpikir sejenak. Tiba-tiba dia merasa ragu karena dia bingung mana yang lebih benar, hasil risetnya atau perkataan dukun itu. Tapi, Hadi tidak ambil pusing.
ADVERTISEMENT
Meski harus mengorbankan sisa tabungannya, dia tidak peduli. Hadi ingin cepat-cepat kaya. Kemudian, dia sepakat untuk membayar dukun itu sesuai dengan jumlah yang disebutkan.
---
Beberapa hari kemudian, Hadi mendatangi pohon gayam di tengah hutan pada tengah malam. Dia sudah menunggu-nunggu hari di mana ia akan mendapatkan kekayaan mendadak.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Hadi menemukan pohon itu. Tanpa menunggu lama, Hadi langsung melakukan ritual sesuai arahan dukun.
Setelah beberapa jam, Hadi merasa lelah melakukan posisi sujud. Nyamuk-nyamuk juga mulai menggigiti tangan dan kakinya. Hadi perlahan-lahan kehilangan fokusnya. Ia heran, kenapa sampai sekarang makhluk itu belum muncul juga.
Tiba-tiba, Hadi terjatuh dari posisi sujudnya. Dia kelelahan. Panik karena terjatuh, Hadi tidak ingin ritualnya gagal. Ia kemudian kembali ke posisi semula, bersujud menghadap pohon gayam itu.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian, Hadi lamat-lamat membuka matanya. Ia terkejut sekali melihat keadaan sekitar yang sudah terang benderang.
Ternyata, Hadi tertidur semalaman di depan pohon gayam itu. Dia panik karena ritualnya gagal. Ia menangis tersedu-sedu karena tidak berusaha maksimal.
Mendengar itu, seseorang di balik pohon datang menghampiri Hadi.
“Loh, kamu siapa?” tanya orang itu.
“Lah, kamu sendiri siapa?” tanya Hadi heran.
“Sebentar-sebentar. Apa kamu ke sini semalam untuk melakukan pesugihan melalui genderuwo?”
“Kamu tahu dari mana?” tanya Hadi bingung.
“Wah, sepertinya kita kena tipu ini. Kamu kemarin datang ke lapak dukun Mbah Darjo kan?”
“Iya benar. Kok kamu bisa tahu semua? Maksudnya apa kita kena tipu?” tanya Hadi semakin panik.
Akhirnya, mereka berdua bergegas menuju lapak dukun yang mereka datangi beberapa hari sebelumnya. Dugaan orang itu ternyata benar. Mereka berdua telah ditipu oleh dukun abal-abal.
ADVERTISEMENT
Sial, maki Hadi. Uang sisa yang dimilikinya telah ludes untuk melakukan pesugihan yang ternyata penipuan itu. Ia juga menyesal tidak percaya dengan dirinya sendiri.
Mungkin jika dia percaya hasil risetnya tentang pesugihan itu, pasti ritualnya akan berhasil. Hadi yakin, genderuwo itu tidak muncul karena Hadi salah cara untuk memanggilnya.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.